اثنان وثلاثون

81 6 1
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد

☪︎☪︎☪︎

“Dengarkan nasihat bapak dan ibumu apabila kau tak ingin terjadi sesuatu hal yang nantinya akan kau sesali.”

[DBLS]

☪︎☪︎☪︎

Lesa langsung membuka kedua kelopak matanya begitu telinganya mendengar sebuah bisikan.

“Nak, bangunlah!”

Pandangannya langsung kabur dan objeknya menjadi ganda. Samar-samar ia merasakan seperti ada sesuatu yang mengalir di punggung tangannya. Juga telinganya mendengar percakapan yang tidak terdengar jelas, lantaran kesadarannya belum kembali utuh.

Beberapa kali kedua kelopak matanya mengerjap menyesuaikan pandangannya agar lekas pulih. Sekitar lima menit dari ia tersadar, akhirnya pandangannya sudah mulai pulih bersamaan dengan kesadarannya. Plafon putih bersih menjadi pandangan pertamanya, ia mengernyitkan alisnya. Tunggu. Ia tadi kan tidak sadarkan diri setelah tragedi tabrakan.

“Aaaa mamake,” teriak Lesa saat secara spontan ia bangkit dengan paksa. Tangan kirinya nyeri apalagi kakinya seperti mati rasa. Kedua kelopak matanya terpejam meresapi rasanya itu sendirian.

Jadi, bisikan itu dari mana, batin Lesa sembari menahan rasa sakitnya.

Siapa sangka teriakan Lesa itu malah membuat dua orang laki-laki yang semula terlibat percakapan mendekati Lesa dengan raut khawatir.

“Mbak, Mbak kenapa? Apa yang sakit?”

Lesa membuka kedua kelopak matanya seketika langsung mengucap istigfar saat jarak wajahnya dengan laki-laki itu sangat dekat, mungkin dua jengkal tangannya. Lelaki itu tersadar lantas menjauhkan wajahnya dan buru-buru menekan tombol darurat di samping tiang infus Lesa.

“Mas ini yang kemarin lusa saya mintai tolong nurunin kipas, kan?” tanya Lesa menatap sekilas laki-laki di depannya sebelum kembali mengalihkan pandangannya menatap tangan kirinya yang diperban.

“Iya, saya Julian.”

“Terus kenapa masnya di sini? Dan kenapa aku bisa ada di sini?”

Julian menggaruk kepalanya yang tak gatal. Jujur ia bingung harus menggunakan kosa kata seperti apa saat berbicara dengan perempuan di depannya. Dan ia merasa heran, perempuan di depannya ini amnesia ringan karena benturan atau memang daya ingatnya rendah? Eh, Astagfirullah.

Julian suudzon, deh.

Baru saja Julian akan menjawab, dokter beserta asistennya masuk ke dalam ruangan, dan Julian lebih memilih menyingkir membiarkan dokter memeriksa perempuan di depannya ini. Ia berdiri di belakang, mengamati bagaimana dokter itu memeriksa perempuan itu.

“Luka di lutut kamu tidaklah parah, hanya luka ringan yang butuh pengobatan luar saja. Untuk tangan kirimu ada sedikit keretakan karena kecelakaan. Mungkin butuh waktu sedikit lama untuk kembali pulih seperti semula. Tolong diusahakan jangan banyak bergerak, apalagi lengan kirimu, walaupun ada balok kayu yang bisa mengurangi gerakan di tulang, tapi saya sarankan kurangi pergerakan pada lengan kirinya. Apalagi saat kamu bangun spontan tadi.”

Di Bawah Langit Subuh (Seson 1||SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang