ثلاثة وثلاثون

103 6 1
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد

☪︎☪︎☪︎

“dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

[QS Asy-syrah/94:8]

☪︎☪︎☪︎

Lesa membuka kedua matanya, saat samar-samar mendengar suara lantunan ayat suci Al-Quran. Dengan gerakan hati-hati ia meraih ponselnya. Sekarang menunjukkan pukul lima kurang seperempat pagi. Lesa duduk perlahan dan menatap tangannya dan juga kakinya.

“Aku pingin pipis, kalau aku panggil Masnya, dosa, gak, ya?” tanyanya pada diri sendiri.

Semalam, setelah Julian datang kembali ke rumah sakit dengan tas ransel berukuran besar. Pak Sabar, Julian, dan Mas Galuh terlibat perbincangan di luar ruang, meninggalkan Lesa dan Mbak Tari di dalam ruangan hingga sampai pukul setengah sepuluh malam.

Awalnya Pak Sabar ingin menemani Lesa sampai pagi, tapi mengingat hari itu juga ada jadwal ronda malam, akhirnya Lesa dititipkan dengan Julian. Dengan peringatan, Julian tidak boleh berada dalam satu ruangan kecuali kalau ada hal darurat. Dan karena Julian memiliki niat yang kuat, maka ia mengiyakan atas izin kakaknya, Mas Galuh

Sadaqallah hul azim.”

“Mas,” panggil Lesa dengan suara sedikit keras setelah Julian menutup mushafnya.

Karena merasa terpanggil, Julian menampakkan dirinya di kaca pintu melihat Lesa yang melambaikan tangannya, Julian mengangguk lantas membuka pintunya. Bukannya langsung masuk, tapi ia malah berdiri diam dengan kepala yang sudah berada di dalam ruangan.

“Saya boleh masuk?”

Lesa mengangguk sebagai jawaban. Begitu sampai di sebelah Lesa, Julian menundukkan kepalanya, hal itu malah membuat Lesa tersenyum simpul.

“Aku mau ke kamar mandi, Mas bisa bantu bawakan tiang infusnya?” tanya Lesa pelan. Ayolah, ia malu mengutarakannya.

Julian mengangkat kepalanya lantaran kaget, begitu pun Lesa hendak melihat reaksi Julian, berakhir mereka berdua malah saling adu tatap, sebelum pintu tiba-tiba di buka.

“Selamat pagi, bagaimana? Apakah Anda butuh bantuan?” itu perawat yang datang sembari membawa buku catatan, obat, dan juga sarapan.

Dalam batin Julian ia tak henti-hentinya mengucapkan syukur atas kedatangan perawat itu. Dengan begitu ia tak perlu mengantar Lesa ke kamar mandi, kan?
Lesa mengangguk, “Alhamdulillah udah enggak sesakit kemarin, Sus. Aku boleh minta tolong gak, Sus?” tanya Lesa kepada suster itu yang sedang mengatur tegangan cairan infusnya.

“Boleh, mau minta tolong apa?” tanya balik suster itu ramah.

“Aku mau ke kamar mandi, boleh bantu aku buat bawakan tiang infusnya?”

Suster itu mengangguk dan mulai membantu Lesa ke kamar mandi. Selain membawakan tiang infusnya, Lesa juga di tuntun oleh suster itu, mengingat lututnya masih sakit.

Di Bawah Langit Subuh (Seson 1||SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang