واحد وثلاثون

78 5 1
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد

☪︎☪︎☪︎

“Segala takdirmu ada di tangan Allah.”

[DBLS]

☪︎☪︎☪︎

Qobitul nikaha... “

Secara spontan kedua kelopak matanya terbuka dan tubuhnya terjingkat bangun. Nafasnya terengah-engah, keringat di pelipisnya mengalir secara perlahan di gelapnya malam kali ini. Tangan kirinya mengelus ulu hatinya sembari mengucap istigfar dengan pelan. Kedua retinanya menatap liar setiap sudut kamarnya.

“Alhamdulillah,” gumamnya lega.

Entah sudah kali ke berapa, Lesa terbangun tengah malam karena mimpi yang sama. Kali ini mimpinya lebih ekstrem dari yang sebelumnya. Di dalam mimpi kali ini membuat degup jantungnya menggila setelah terbangun. Dengan gerakan perlahan dan hati-hati ia meraih satu botol air mineral di sampingnya dan mulai meminumnya dengan perlahan setelah mengucapkan basmallah.

Usai meminum, Lesa menyandarkan punggungnya di dinding dan memeluk boneka kelinci yang sudah usang. Pikirannya masih melayang di alam mimpi tadi.
Saat ia memakai pakaian pengantin khas Jogja duduk di atas pelaminan bersama dengan lelaki yang ia hafal betul suaranya dan parasnya, yaitu Gus Zidin.

Jantungnya mulai berdegup kencang memikirkan hal yang tidak-tidak.

“Ya Allah ada apa ini? Kenapa aku malah mimpi nikah sama orang yang aku kagumi?” gumam Lesa.

Kedua tangannya saling bertautan di atas pangkuannya dengan degup jantung yang semakin melambat, seiring dengan nafasnya yang kembali normal.

Perlahan ia meraih ponsel di sebelahnya, melihat jam. Ternyata sekarang pukul setengah empat pagi.

“Jadi maksud dari mimpi itu, Allah menyuruhku salat malam, kah?” tanya Lesa pada diri sendiri.

Lesa menyalakan lampu kamarnya. Terlihat tempat tidurnya berantakan, buru-buru ia merapikannya tanpa menimbulkan suara. Setelah itu ia menyiapkan sajadah dan mukena untuk salat tahajud. Begitu selesai ia keluar kamar menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu. Dan kembali lagi ke kamar.

“Allahuakbar,” takbiraul iqram dikumandangkan, pertanda salat dimulai. Detik itu juga dunianya terpusat pada Sang Pencipta.

☪︎☪︎☪︎

“Tadi malam aku mimpi nikah untuk yang ketiga kalinya dan ketiga kalinya dengan orang yang sama pula. Kamu tahu kenapa?”

Setelah berangkat sekolah, Lesa langsung menuju kelas Tia yang kebetulan masih sepi. Ia ingin berbagi cerita dengan sahabatnya.

Tia menganggukkan kepalanya tanda mengerti lantas menatap Lesa sepenuhnya, itu adalah kebiasaannya saat berbicara dengan orang-orang.

“Sa, orang yang datang ke alam mimpi kita itu tidak akan pernah menjadi milikmu, selamanya,” kata Tia mengusap pundak Lesa berniat menguatkan.

“Bisa saja itu adalah sebuah teguran dan peringatan dari Allah supaya kamu tidak memikirkan secara berlebih makhluk ciptaan-Nya daripada pencipta-Nya."

Di Bawah Langit Subuh (Seson 1||SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang