BAB 26

380 10 0
                                    

WARNING!!
Baca cerita dari awal mengingat ada plot twist

Ruth berselancar di internet, jari jemarinya sibuk mengetik, matanya membaca berbagai artikel mengenai cara menggugurkan kandungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruth berselancar di internet, jari jemarinya sibuk mengetik, matanya membaca berbagai artikel mengenai cara menggugurkan kandungan. Ruth sudah bertekad untuk menggugurkan kandungannya, anak yang di rahim Ruth sekarang tidak boleh berkembang, dan Alvazka tidak boleh tahu perihal ini. Jika Alvazka tahu, Ruth bisa di buang begitu saja karena Ruth tidak akan menyenangkan lagi bagi pria itu.


Ruth bangkit dari kasur, menuju dapur untuk mengambil buah nanas yang sudah ia beli kemarin. Di apartemen hanya ada Ruth seorang, Alvazka tidak pernah pulang semenjak hari itu. Sudah seminggu berlalu, Ruth belum melihat pria itu. Ruth hanya di kasih tahu oleh Pak Bram jika Alvazka sedang menyelidiki kasus dan tidak memiliki waktu luang untuk sekedar pulang.


Ruth memakluminya saja, mungkin Alvazka sudah bosan. Sedari awal Ruth harus mempersiapkan dirinya akan segala kemungkinan yang terjadi di kemudian hari, dan inilah yang Ruth takutkan, Ruth sangat takut Alvazka berubah.


Ruth menarik napas, menghilangkan sesak yang menghampirinya. Gadis itu membuka pintu kulkas, mengambil buah nanas yang masih utuh. Ruth juga mengambil pisau yang akan ia gunakan untuk memotong buah nanas. Ruth meletakkan buah nanas di meja dapur, mulai membuang kulitnya dengan hati-hati. Walaupun sedikit kesusahan karena kulitnya keras, tapi Ruth akhirnya berhasil. Ruth memotong buah nanas menjadi potongan-potongan kecil, menaruhnya di atas piring.


Ruth membawa piring yang berisi buah nanas ke sofa, sebelumnya ia sudah membersihkan meja dapur dari sisa kulit buah nanas. Ruth duduk di sofa, menaruh piring di pangkuannya. Cukup lama Ruth memandangi piring yang berisi buah nanas, cukup banyak, hampir memenuhi piring besar itu. Tangannya menusuk potongan kecil buah nanas dengan garpu.


Ruth tampak ragu untuk memasukkan buah nanas yang sudah tertusuk di garpu ke dalam mulutnya. Ruth memejamkan matanya sejenak, meyakinkan dirinya jika ini adalah keputusan yang tepat. Keputusan yang tidak akan merugikan siapa pun, tapi Ruth harus mengorbankan cabang bayi di perutnya.


Akhirnya buah nanas itu berhasil masuk ke mulut Ruth, menggigitnya. Ruth memejamkan mata, bulir air mata menetes saat gadis itu membuka matanya, isak tangis terdengar kemudian. Dengan di iringi isak tangis, Ruth terus memasukkan buah nanas ke dalam mulutnya sampai penuh.


Ruth segera menepis air matanya saat mendengar seseorang membuka pintu apartemen. Ruth menoleh ke belakang, melihat jika Pak Bram ada di sana, tersenyum padanya. Ruth balas tersenyum, kemudian kembali menarik kepalanya ke posisi semula.


"Doyan banget sama buah nanas, Ruth?" tanya Pak Bram, duduk di sofa, seberang Ruth. Pria itu menatap Ruth heran, mulut gadis itu menggembung di penuhi buah nanas, dan di pangkuannya ada piring yang berisi buah nanas begitu banyak.


Ruth mengangguk, berusaha menelan buah nanas yang ada di mulutnya dengan susah payah. "Aku lebih suka buah nanas muda, Pak, tapi dekat sini adanya ini aja" bohong Ruth. Gadis itu tidak menyukai buah nanas, dan Ruth terpaksa memakan buah nanas karena keadaan. Ruth sebenarnya membutuhkan buah nanas muda, tapi yang ia temukan hanya buah nanas yang sudah matang.

DARK PSYCHE  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang