BAB 16

570 19 0
                                    

WARNING!!
Baca dari awal mengingat cerita mengandung plot twist
BAB KHUSUS 21+
Bocil di skip


Tubuh Ruth yang meringkuk di balik selimut, memeluk dirinya sendiri bergerak perlahan. Gadis itu terbangun dari tidur lelapnya, telinga Ruth tidak lagi mendengar suara dari luar. Mungkin, teman-teman Alvazka sudah pulang, dan ini juga sudah tengah malam, jam beker di samping nakas menunjukkan Pukul 00.10.


Ruth merasakan tenggorokannya kering, tangannya mengucek matanya sejenak. Lalu, Ruth melangkah keluar dari kamar, sangat gelap.

Apa Alvazka juga sudah tertidur?

Ruth melangkah sangat pelan, tidak ingin membuat keributan yang akan membangunkan Alvazka.


"Ke mana, Ruth?"


Suara dari balik kegelapan itu menghentikan langkah Ruth, mata gadis itu menatap ke sofa ruang tamu, samar-samar Ruth bisa melihat Alvazka sedang duduk di sana.


Ruth berdeham, menetralkan tenggorokannya yang kering. "Aku mau ambil minum di dapur" ucap Ruth dengan suara serak khas orang bangun tidur.


Tidak ada jawaban dari Alvazka, Ruth berdeham lagi. "Kamu belum tidur, Va?" tanyanya.

Pertanyaan yang jawabannya Ruth sendiri sudah tahu, sudah pasti pria itu belum tidur karena baru beberapa menit yang lalu Ruth mendengar suaranya.


Kembali tidak mendapat jawaban, Ruth memutuskan untuk melanjutkan langkahnya ke dapur, mengambil minum. Dengan sedikit menggerutu atas apa yang ia alami barusan, buat apa Alvazka menyapanya jika pria itu tidak berniat mengobrol dengannya, dan kenapa pula Alvazka harus berdiam diri di dalam kegelapan.


Ruth mengeluarkan minuman dingin dari kulkas, menuangkannya ke dalam gelas, kemudian meneguknya. Tenggorokan Ruth terasa sangat lega ketika air dingin itu masuk ke sana, membasahi tenggorokannya yang kering. Ruth meletak gelas bekas ia pakai di wastafel, akan mencucinya besok pagi, bukan, nanti pagi karena ini sudah berganti hari. Ruth juga mengembalikan botol minuman yang tadi ia ambil dari kulkas, kemudian menutup pintu kulkas.


"Ruth"


Ruth terperanjat saat suara Alvazka terdengar begitu dekat, tangannya bergerak mengusap dada, jantungnya terasa berhenti berdetak selama beberapa detik. Ruth membalikkan badan, ia bisa melihat Alvazka yang berdiri di belakangnya.

Sejak kapan pria itu berada di sana?


"Iya?" balas Ruth, sedikit ragu, menatap ke arah Alvazka yang masih dapat ia lihat wujudnya, pencahayaan di dapur memang remang-remang.


Ruth merasakan tangan kekar milik Alvazka membelai pipinya, kemudian berpindah ke leher gadis itu. Ruth memejamkan mata, merinding saat tangan Alvazka bergerak dengan begitu lambat, seakan merayunya.

DARK PSYCHE  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang