BAB 23

381 15 0
                                    

WARNING!!
Baca dari awal bab mengingat cerita mengandung plot twist


Rekaman CCTV yang membuktikan alibi Rafa berhasil mereka temukan, di CCTV terbukti Rafa masuk ke hotel tepat setelah pria itu pulang dari Polda. Rekaman itu juga membuktikan jika Rafa keluar dari hotel Pukul 10.15, setelah mayat Novi di temukan di TKP. Pria itu tidak pernah keluar dari hotel dalam jangka waktu itu, sudah di pastikan dari rekaman CCTV.

“Biar gue yang ngadap atasan” ucap Alvazka, bangkit dari duduknya, membawa print out tangkapan layar rekaman CCTV yang menunjukkan waktu masuk dan keluar Rafa dari sana.

Alvazka melangkah keluar ruangan setelah melihat Pasha dan Arya mengangguk. Pria itu sedikit mengusap wajahnya, menghilangkan rasa kantuk yang mendera, matanya juga tampak sudah sangat lelah.

Alvazka mengetuk pintu ruangan Pak Doni, Kepala Divisi Tindak Kejahatan Berat, membuka pintu itu saat mendengar suara Pak Doni yang menyuruhnya masuk.

Pak Doni meletakkan gagang telepon di tempat semula, ia baru selesai menelepon dengan seseorang. “Untung kamu ke sini, Va. Kejaksaan mau bawa Rafa nanti siang..”

“Pak, ada yang mau saya omongin” potong Alvazka.

Pak Doni mengangkat kedua alisnya. “Kamu mau ngomongin apa, Va? Kalau Rafa gak mau ngaku, biar kejaksaan yang interogasi dia”

“Bukan Rafa pelakunya, Pak”

“Buktinya udah di temuin kan? Media juga udah nuntut buat segera tangkap pelaku, atasan juga udah push Saya, Va”

“Pak, walaupun kita di push, Saya gak bisa tangkap rekan Saya sendiri, Pak. Bukan karna gak mau, Pak, tapi Rafa emang gak salah, Pak. Ini bukti yang menguatkan alibi Rafa” Alvazka menaruh print out rekaman CCTV yang ia bawa di atas meja.

Pak Doni mengambil kertas itu, melihatnya. “Bisa aja Rafa keluar sebentar, Va”

“Saya tahu Bapak bakalan ngomong kayak gitu” ucap Alvazka, mengeluarkan flashdisk yang berisi keseluruhan rekaman CCTV dari awal Rafa masuk sampai keluar lagi. “Ini semua rekaman CCTV yang ada di hotel, Pak, tanpa di potong. Pintu akses hotel cuma ada dua dan di kedua tempat itu ada rekamannya”

“Jadi, Saya izin buat lepasin Rafa sekarang, Pak. Kalau atasan masih belum percaya dengan alibinya, bisa tonton rekaman CCTV di flashdisk yang Saya kasih” tambah Alvazka.

Pak Doni menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, memijit pelipisnya. “Atasan baru aja nelpon Saya, Va. Nyuruh buat bawa Rafa ke kejaksaan. Nanti Saya coba ngadap atasan, Saya akan perjuangin kerja keras kalian yang udah buktiin kalau Rafa gak bersalah”

“Terimakasih, Pak, sudah mempercayai kami”

Pak Doni tersenyum. “Tentu saja Saya mempercayai kalian. Tapi, Saya minta tolong satu hal, Va” Pak Doni menjeda ucapannya. “Temuin pelaku secepatnya, Va. Kalau kalian kekurangan personil bisa minta bantuan tim 2, bilang kalau saya yang suruh. Media udah ribut tentang kasus Necky, atasan di kejar-kejar sama media”

“Ya, mereka kan gak tahu gimana prosesnya kita, Pak. Media tahunya cuma beritain kasus tanpa tahu apa yang kita temuin pas nyelidikin kasus”

“Kamu tahu, Va, gimana tajamnya mulut media dalam mempengaruhi masyarakat, kepolisian bisa kalah sama media di mata masyarakat” ucap Pak Doni, tertawa singkat.

Alvazka segera pamit dari ruangan Pak Doni, kembali ke ruangan tim 1. Di sana Alvazka melihat Rafa yang sudah di bebaskan, dan kembali bertugas seperti biasa.

Rafa memeluk Alvazka. “Makasih, Va, udah percaya sama gue”

Alvazka menepuk punggung Rafa, kemudian melepaskan pelukannya. “Terimakasih sama Pasha dan Arya, mereka udah usaha keras buat buktiin alibi lo”

“Eh, apa nih peluk-peluk. Udah cukup ya tadi lo peluk gue” Arya menghindari Rafa yang ingin memeluknya lagi.

Mereka tertawa, akhirnya Rafa bisa kembali bergabung dengan mereka. Karir Rafa pun tetap aman karena untungnya Rafa masuk dan keluar dari hotel sendirian, tidak bersama dengan wanita yang ia sewa. Keberuntungan masih berpihak pada pria itu.

“Va, gue mau minta maaf sama ucapan gue kemarin. Gue tahu kalau gue udah keterlaluan” ucap Pasha, berdiri di samping Alvazka.

“Gue gak masalah lo ngomongin gue kayak apa, Sha. Asal jangan bawa-bawa Ruth, dia gak ada hubungannya sama apa yang kita alamin di sini” Alvazka menoleh pada Pasha. “Kalau cewek lo gue bawa-bawa, lo pasti juga gak terima kan?”

Pasha mengangguk. Ia pasti juga akan marah jika pacarnya di sangkut pautkan dengan kasus yang mereka tangani.

“Gitu juga sama, Ruth. Dia cewek gue, punya gue. Orang yang berani nyakitin dia harus berhadapan sama gue” tambah Alvazka.

Arya masih berusaha menghindari Rafa yang ingin memeluknya. Alvazka menahan tubuh Rafa, menghentikan pergelutan dua temannya itu.

“Kita dapat wejangan dari Pak Doni”

Ketiga teman yang lain menyimak ucapan Alvazka dengan saksama.

“Kita harus usaha lebih keras buat identifikasi pelaku karna Pak Doni pasti bakalan di omelin atasan perihal ini. Kita harus menyusuri tempat di sekitar penemuan mayat dengan beberapa bukti yang di temukan forensik, dan pelaku bisa jadi hanya peniru Necky. Kita gak bisa mengabaikan segala kemungkinan yang ada karna kurangnya bukti yang kita punya”


*********

DARK PSYCHE  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang