BAB 12

512 19 0
                                    

WARNING!!
Baca dari awal mengingat cerita mengandung Plot twist

Alvazka terbangun dari tidurnya, mengucek mata sejenak, matanya melirik jam beker di nakas, Pukul 6.15. Biasanya Alvazka bangun lebih pagi lagi, tapi kali ini tidurnya terasa sangat nyenyak, ia bahkan langsung tertidur saat tubuhnya sudah menyentuh kasur.

Alvazka masuk ke kamar mandi, beberapa menit kemudian pria itu keluar dengan rambut yang basah, tetesan air dari rambutnya mengalir di dadanya yang telanjang. Tubuh pria itu hanya di balut oleh handuk di pinggangnya. Alvazka terduduk di ruang Televisi, sebuah ruangan yang berbatasan dengan ruang tamu, hanya di batasi oleh kisi-kisi pembatas.

 Alvazka terduduk di ruang Televisi, sebuah ruangan yang berbatasan dengan ruang tamu, hanya di batasi oleh kisi-kisi pembatas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tangan Alvazka bergerak mengambil remot Televisi, menekan tombol power. Alvazka memencet-mencet remot mencari channel yang biasa ia tonton untuk mendengarkan berita terbaru. Ketemu.

Telah di temukan mayat seorang wanita di daerah Mangga Besar, Jakarta Barat. Mayat ditemukan di dalam parit oleh seorang pria yang sedang lari pagi. Pria yang menemukan mayat langsung melapor ke pihak kepolisian setempat, dan penyelidikan akan di lakukan oleh Polda Metro Jaya”

Alvazka mematikan televisi, tersenyum jenaka saat mendengarkan berita yang di siarkan. Mayat di temukan lagi. “Anak-anak pasti bakalan sibuk hari ini” gumamnya.

Ruth keluar dari kamar, menutup mulutnya yang menguap, ia masih setengah tersadar. Saat melihat ke ruangan televisi yang memang berada di dekat kamarnya, mata Ruth melebar, mulutnya menganga saat melihat Alvazka duduk di sofa depan televisi dengan bertelanjang dada. Ruth menelan ludah, melihat dada bidang milik Alvazka membuatnya terdiam.

“Udah bangun, Ruth?” tanya Alvazka, menyadari keberadaan Ruth, kemudian pria itu bangkit dari posisi duduknya.

Ruth tersadar dari keterkejutannya, ia masih belum terbiasa melihat Alvazka bertelanjang dada. Meskipun dirinya sudah pernah melihat laki-laki tanpa busana, tapi melihat Alvazka terasa berbeda.

“Eh, iya, Va. Tadi aku niatnya mau bangun pagi, bikinin kamu sarapan” ucap Ruth terbata.

Ruth memang berniat bangun lebih awal agar bisa menyiapkan sarapan untuk Alvazka, setidaknya Ruth harus melakukan itu sebagai wujud terima kasihnya atas kebaikan Alvazka yang sudah membiarkannya tinggal di sini. Sialnya, ia malah bangun kesiangan karena kelelahan akibat semalam ia berjalan kaki cukup jauh.

“Aku gak biasa sarapan, Ruth” ucap Alvazka, sudah berdiri di depan Ruth.

Ruth menahan napas, kembali menelan air liurnya. Mata Ruth sedikit melirik ke bagian bawah Alvazka yang di tutupi oleh sehelai handuk. Perlahan mata Ruth bergerak meneliti ke atas, perban Alvazka sepertinya sudah di ganti.

Alvazka terkekeh. “Maaf, Ruth aku kebiasaan habis mandi gini. Tadi aku mau nonton berita bentar aja, lupa kalau di sini ada kamu sekarang”

Ruth tersenyum. “Iya, gak papa kok. Aku malah suka” ucap Ruth dengan nada centil di akhir kalimatnya.

DARK PSYCHE  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang