.
.
.Bruk brak bruk
Ctass ctass
“A-ampun ibu, ampun.” Ujar seorang anak yang sedang meringkuk disudut gudang.
“JANGAN PERNAH KAU MEMANGGIL AKU IBU, ANAK SIALAN!” Teriak seorang wanita yang sedang memegang sebuah cambuk.
“I-ibu... sebenarnya apa salah ku? K-kenapa selalu ibu menyalahkan aku bu?” Tanya anak tersebut, yang tiada lain adalah Ryuzaki Rigel atau tokoh utama kita.
“KAMU TANYA SALAH KAMU?! IYA? SALAH KAMU ADALAH MEMBUNUH CALON ANAKKU SIALAN!” Maki Ayzel Alzena yang tiada lain adalah ibu kandung dari Ryuzaki Rigel.
Ryu pun hanya bisa terdiam, sungguh dirinya sangat ingat kejadian 7 tahun lalu dimana dirinya masih berumur 8 tahun. Dirinya saat itu baru saja pulang dari sekolah bersama dengan Diersa, adik kembarnya beda 5 menit. Saat akan mengambil air dirinya melihat sang ibu juga hendak masuk ke area dapur, namun ntah dari mana Diersa datang dirinya menumpahkan air didekat kaki Ryu, yang dimana itu adalah jalan menuju balik meja pantry, dan siapa sangka setelah itu Diersa pergi begitu saja tanpa diketahui semuanya. Dan disaat Diersa sudah pergi, disaat Ryu hendak mengambil lap pel, Ayzel menginjak genangan air itu dan terjatuh sangat keras sehingga mengalami pendarahan.
Disaat semuanya sudah runyam, Diersa datang dengan tampang polosnya, dan menangis seolah dirinya benar benar tidak melakukan apapun sama sekali. Sehingga dua hari kemudian, Ayzel kembali pulang bersama Antonio, Diersa, dan Nehan. Dan dari sana semuanya berubah, Ryu mengetahui jika ibunya keguguran karena insedin itu, dan temprament ibunya yang terpuruk dengan kehilangan anak bungsunya pun semakin menjadi, sering melampiaskan amarahnya kepada Ryu, dan Diersa yang melihat itu pun tersenyum dengan penuh kemenangan. Dan semenjak itu Diersa sering kali memberikan persaksian palsu atas kelakuan Ryu, yang dimana Ryu tidak pernah melakukannya sama sekali. Semua keluarganya mempercayainya, namun ada satu orang yang tak pernah mempercayai kesaksian Diersa, dia adalah anak kedua Antoni dan Ayzel, yaitu Ragnala Kawiswara, atau kerap dipanggil Nala.
Kembali kesaat ini, seperti biasa Diersa melihat penyiksaan yang dialami oleh kakak kembarnya itu dengan muka puas. Yap dia sangat puas karena sudah membuat kaka kembarnya itu disiksa kembali oleh sang ibu, hanya karena laporan palsunya kembali, yang dimana kali ini dirinya melaporkan jika Ryu membuat dia terjatuh dari sepeda yang dimilikinya, padahal kenyataannya adalah kebalikannya.
“Kau benar benar iblis kecil Diersa, kau melaporkan hal yang tidak pernah dilakukan oleh adikku, dan kau sekarang senang melihat adikku tersiksa, iya?” Tanya Nala yang melihat Diersa kembali ke ruang tv dengan senyum yang sangat memuakkan bagi Nala.
Diersa pun tertawa pelan, “Memangnya kau bisa menyelamatkan adik kesayangan mu itu onii-chan? Bahkan kau sendiri tidak bisa menyelamatkan Ryu, hanya karena jika kau menyelamatkannya maka siksaan yang Ryu terima lebih sakit dari ini bukan? Dan kau sendiri pun tidak bisa memberikan kesaksian aslinya, karena okaasan, otousan, Nehan niichan, tidak ada yang percaya denganmu.” Ujar Diersa dengan bangga, dan menatap Nala dengan pandangan remeh.
“Aku tahu aku tidak bisa menyelamatkan Ryu untuk sekarang, tapi aku yakin suatu saat Ryu akan diselematkan oleh seseorang yang lebih licik darimu Diersa. Ingat, duniamu tak selamanya memihak padamu, akan ada saatnya kau yang akan tersiksa dengan semua penyesalanmu itu.” Ujar Nala sambil pergi dari ruang tv.
Sungguh dirinya sangat muak dengan Diersa, adik bungsunya dulu tidak pernah seperti ini, namun ketika dia tahu bahwa ibunya mengandung calon adik mereka, Diersa berubah menjadi Diersa yang tidak siapapun kenali.
Sedangkan Diersa yang mendengarkan ancaman dari Nala pun hanya mengangkat kedua bahunya, seolah dia tidak peduli dengan apapun. Yang penting dia bisa menggenggam keluarganya yang lain dalam genggamannya, dan mempermainkan mereka semua.
Hari pun tak terasa sudah beranjak menjadi siang, setelah tiga jam Ryu mendapatkan kekerasan dari ibunya lagi, kini dia sedang berdiam diri di kamarnya. Niatnya hari ini dirinya akan pergi bermain bersama kelima sahabatnya, namun apalah daya kini tubuhnya saja sakit untuk digerakkan walau hanya sekedar peregangan.“Lagi?” Tanya seseorang yang baru saja memasuki kamarnya tanpa izin.
Ryu hanya menghembuskan nafasnya, dan menatap malas kelima sahabatnya yang malah datang disaat tubuhnya masih jelas memperlihatkan keadaan yang babak belur. Dan salah satu diantara mereka pun mengeluarkan kotak obat dari tasnya, dia memang sengaja akan membawa kotak obat itu kemanapun apalagi jika bersama Ryu.
“Kali ini kesaksian palsu apa lagi yang iblis itu berikan?” Tanya pemuda yang memiliki tinggi lebih dari kelimanya.
“Yang kau sebut iblis itu punya nama, namanya Diersa Nathalea, dan dia adikku. Kesaksian palsu? Bukan kesaksian palsu, dia hanya salah memberikan laporan, Felan.” Ujar Ryu sambil menatap jengah sahabatnya itu.
“Kau mau sampai kapan terlalu bodoh Ryu? Dia sudah membuat kamu babak belur seperti ini, dan kau masih membelanya?” Ujar pemuda lain sambil menghela nafas dan mengobati luka luka milik Ryu.
“Mungkin menurut kalian aku bodoh, tapi aku rela ko asal Diersa selalu bahagia. Dan sampai kapanpun aku akan berusaha membuat adikku itu bahagia, jika bisa seluruh keluargaku bahagia Dafi.” Jawab Ryu dengan mantap, tanpa tahu jika seseorang sedang merekam semua pembicaraan Dafi, Felan, dan Ryu.
‘Akan aku buktikan seberapa baiknya kamu sama mereka Ryu, dan akan aku buat mereka menyesali semua perbuatan mereka.’ Batin orang tersebut sambil menatap sendu sahabat kecil mereka.
“Kalian ngapain kesini? Katanya mau main ke iland, kenapa malah kesini?” Tanya Ryu sambil menatap semua sahabatnya.
“Gimana kita bisa senang senang di iland ketika sahabat kita sedang menahan rasa sakitnya sendirian? Kita ga segila Diersa ya, kita juga bukan iblis seperti Diersa, jadi jangan protes kita ada disini sekarang. Karena kita lebih baik memilih main di iland jika semuanya baik baik saja.” Ujar seseorang yang dari tadi menatap langit dari jendala kamar Ryu yang sengaja dibukakan.
“Aku menghambat kalian main ya?” Tanya Ryu sambil menundukkan kepalanya penuh sesal.
“Hei lu ga salah, lu ga ngehambat kita juga. Cuma emang pilihan kita aja main kesini ketimbang main ke iland, jadi jangan merasa bersalah oke.” Ujar pemuda yang lebih tua dari Ryu sambil mengelus surai Ryu.
“Bener apa kata Sagara, lu ga ngehambat kita. Dan benar apa kata Kalan, bagaimana kita bisa kita tenang dan main main di iland, jika disini perasaan kita gundah.” Ujar Dafi sambil menaruh tangan kanan Ryu didadanya.
Sungguh persahabatan mereka sangatlah erat, bahkan terkadang membuat siapapun akan merasakan iri dan cemburu melihat persahabatan keenam pemuda yang memiliki latar belakang berbeda beda itu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryuzaki Rigel ✓
Teen FictionAku tahu, dunia ini tak ada kata adil, tapi aku juga yakin jika diluaran sana pasti ada yang bisa mensyukuri kehadiranku. . . . Jika kalian ingin membuangku, aku terima, tapi jika sekarang kalian ingin kembali lagi, maaf aku sudah lelah dengan segal...