Aku tahu, dunia ini tak ada kata adil, tapi aku juga yakin jika diluaran sana pasti ada yang bisa mensyukuri kehadiranku.
.
.
.
Jika kalian ingin membuangku, aku terima, tapi jika sekarang kalian ingin kembali lagi, maaf aku sudah lelah dengan segal...
. . . “Buna boleh kasih saran nak?” Tanya Kayla sambil menatap lekat sosok yang selama ini selalu dia anggap sepertinya anaknya sendiri.
Ryu yang mendengar penawaran Kayla pun menganggukkan kepalanya, “Temui lebih dulu kakakmu, baik itu Nehan ataupun Nala. Dan tentunya Ryu harus izin juga dengan ketiga gegenya Ryu, karena buna tahu mereka pasti akan marah kalau Ryu tiba tiba mendatangi kedua kaka Ryu. Ryu pahamkan nak maksud buna?” Tanya Kayla sambil menatap lembut Ryu.
“Ryu paham buna, terimakasih sudah memberikan Ryu saran. Malam ini Ryu akan hubungi dulu gegenya Ryu, kalau dibolehin besok Ryu akan datang dengan tangan kanan Ryu, buna.” Ujar Ryu sambil tersenyum manis, yang dimana baru kali ini lagi Kayla dan Ancala melihat senyum manis itu.
Disaat mereka sedang asik bercengkrama, tiba tiba datang empat pemuda dengan setelan kantor. “R-Ryu?” Tanya salah satu dari mereka.
Ryu yang mendengar suara yang sangat dia rindukan pun mengangkat kepalanya, dan betapa mengejutkannya kini dihadapannya berdiri salah satu kakaknya. “Nii-sama? Sejak kapan nii-sama disini?” Tanya Ryu dengan nada bahagia.
“Baru aja dateng, dari kapan kamu di Jepang? Bukannya....
... Aku ditugaskan di Jepang. Dan keluarga Alfarazel belum tahu hal itu, mungkin nanti malam mereka akan aku beri tahu. Nii-sama apa kabar?” Ujar Ryu memotong kata kata Nala.
Nala yang melihat sang adik kesayangan baik baik saja pun tersenyum bahagia, bahkan tanpa sadar air matanya meluruh begitu saja. “Niisan baik otouto, tapi... Keluarga kita ga baik baik aja Ryu.” Ujar Nala sambil memeluk sang adik dengan erat.
Ryu yang melihat hal itu pun paham dengan perasaan sang kaka, dan diapun membalas pelukan Nala. “Bagaimana perkembangan otou-sama?” Pancing Ryu sambil mengelus lembut pundak sang kaka, dan hanya dibalas gelengan oleh Nala.
Sedangkan dua pemuda lain yang tak lain adalah Isao, dan Mahes hanya bisa tersenyum getir disaat Ryu menyunggingkan senyumnya. Sungguh mereka merindukan adik kecil mereka, dan mereka tak menyangka jika pemuda gagah dengan seragam militernya itu adalah sosok yang dulu hidup dengan penuh penderitaan.
“Felan apa kabar Mahes nii?” Tanya Ryu basa basi, karena pada sebenarnya Ryu sudah mengetahui keadaan semua sahabatnya, terutama Felan sahabat seperpopokannya.
Mahes yang paham pun hanya tersenyum lembut, “Titip salam sama Felan, semoga Ryu bisa bertemu dengan mereka diwaktu luang.” Ujar Ryu sambil menatap Mahes, dan diangguki oleh Mahes tentunya.
Setelah Nala tenang, dan melepas pelukannya dari Ryu. Ryu pun mengecek jam tangannya, dan dengan senyuman tipis dia pun pamit untuk kembali ke markas. Nala sebenernya tidak mau melepas sang adik namun dirinya tahu, kini adiknya bukan hanya miliknya tapi milik negara dan kesatuan militer.
“Ayah sama buna ngapain disini?” Tanya Mahes sambil menatap bingung kedua orang tuanya, sebab tadi mereka izin untuk jalan berdua.
“Ya emang salah ayah merindukan adikmu yang itu? Sudah hampir lima tahun ayah dan buna tidak bertemu Ryu.” Jawab Ancala sambil menatap anaknya dengan tatapan kesal.
“Suruh siapa sibuk? Tapi kayaknya ayah sering ketemu Ryu deh ya? Secarakan paman Arnesh selalu membawa semua anak anaknya setiap ada acara pertemuan kolega mereka.” Ujar Mahes penuh permusuhan.
“Oh tentu, bahkan ayah tahu ko kenapa alasannya Ryu bisa bersama keluarga Alfarazel.” Jawab Ancala sambil dengan muka mengejek.
“Udah ayah, hih kamu ini ya. Sama anak aja ga mau ngalah. Malu tuh sama Nala sama Isao, kamu tuh dah tua.” Ujar Kayla menengahi anak sulungnya dan sang suami.
Keluarga bahagia sekali bukan? Oh jelas keluarga Reagan walaupun Ancala dan Kayla selalu sibuk dengan kerjaannya mereka tidak pernah melupakan kedua anaknya ditambah satu orang yang mereka anggap anak. Jadi tentunya mereka merupakan keluarga harmonis setelah keluarga Alfarazel.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan malamnya sesuai dengan perkataan Ryu sendiri, kini dirinya sedang bertukar kabar kembali dengan keluarga Alfarazel. Dengan keberanian yang dikumpulkan dengan maksimal dirinya pun tersenyum melihat keluarganya yang sedang berkumpul di ujung sana.
“Dad, Ryu boleh ketemu keluarga Gautama? Ryu hanya ingin melihat keadaan otousama, dan berbicara dengan Nehan nii-sama.” Tanya Ryu dengan hati hati, dirinya takut ketiga kakanya protes.
“Ryu sudah tahu keadaan keluarga Gautama?” Alih alih menjawab pertanyaan sang anak, Arnesh malah bertanya balik. Dan Ryu pun hanya bisa menganggukkan kepalanya.
“Kenapa ade ga bilang sama daddy kalau ade ditugaskan ke sana? Apakah karena takut gege gegemu melarang?” Tanya Arnesh dengan pelan sambil menatap lekat anak bungsunya dari layar handphone anak sulungnya. Dan hanya diberikan senyuman malu oleh Ryu.
Arnav yang melihat hal itu pun menghela nafasnya, “Boleh, asal sama kita. Kalau sendiri gege ga akan kasih izin.” Ujar Arnav tegas tanpa mau dibantah oleh sang adik.
“Arnav.” Panggil Altiar memperingati anak sulungnya.
“Arnav cuma ga mau ade di apa apakan lagi oleh iblis itu mom, ya walaupun ade bukan ade kandung Arnav, tapi mommy juga tahu sesayang apa Arnav, Zain, sama Aiden ke ade.” Ujar Arnav sambil menatap lekat sang adik, dan dibalas senyuman manis dari Ryu.
“Oke ade bakal tunggu kalian ke sini, tapi tolong datang secepatnya ya.” Ujar Ryu dengan lembut dan diangguki oleh seluruh keluarga Alfarazel.
“Ade udah ketemu Nala nii-sama, waktu ade ketemu ayah Ancala tadi. Dan ya dia nangis banget gege.” Ujar Ryu sambil terkekeh pelan.
“Kakaknya nangis malah diketawain kamu ya... Kabar Nala sehat sehat aja kan?” Ujar Altiar sambil ikut terkekeh pelan.
“Sehat ko mom, cuma ya gitu, kayaknya walaupun Nala nii-sama sudah keluar dari rumah tapi tetep dia kepikiran sama keadaan sekarang.” Ujar Ryu dengan jujur.
“Ya sama aja kayak kamu.” Ujar Aiden dan Zain secara serempak, dan Ryu hanya bisa menggaruk tengkuknya yqng tidak gatal sambil tersenyum canggung.
“Ga apa apa ade mikirin keadaan keluarga Gautama sayang, tapi jangan berlarut, itu aja pesan mommy buat ade. Karena bagaimanapun mereka tetaplah keluarga kandung ade, jangan sedih lama lama ya nak?” Ujar Arnesh sambil tersenyum hangat menenangkan perasaan Ryu yang sebenarnya.
Sungguh Ryu sangat beruntung memiliki keluarga Alfarazel, walaupun dirinya sering memikirkan keluarga kandungnya secara diam diam tapi mereka selalu tahu, dan tidak pernah melarang hal itu. Tapi mungkin untuk bertemu dengan keluarga kandungnya, para kakaknya belum mengizinkan untuk dirinya datang sendiri. Dan Ryu sangat tahu apa alasannya, dan Ryu pun mensyukuri hal itu.
“Ya udah ade sekarang istirahat ya? Besok kita bakal susul ade, jadi ade harus banyak istirahat.” Ujar Altiar sambil tersenyum hangat. Dan setelah itu sambungan telepon pun berakhir, dan Ryu segera pergi beristirahat.