Aku tahu, dunia ini tak ada kata adil, tapi aku juga yakin jika diluaran sana pasti ada yang bisa mensyukuri kehadiranku.
.
.
.
Jika kalian ingin membuangku, aku terima, tapi jika sekarang kalian ingin kembali lagi, maaf aku sudah lelah dengan segal...
. . . Setelah seminggu keadaan enam sahabat kembali membaik, kini mereka sedang menikmati libur mereka. Terutama Ryu, yang jarang sekali bisa mengambil cuti tugas sebagai abdi negara.
Kini mereka sedang berada disalah satu villa milik keluarga Alfarazel, dan tentunya dengan ditemani ketiga pawang milik Ryu. Awalnya Ryu tidak ingin ditemani oleh ketiga kakaknya namun Zain mengancam akan membawa Ryu kembali ke China dan tidak boleh kembali ke Jepang. Maka dari itu dengan perasaan kesal dia mengizinkan ketiga kaka angkatnya itu menemani masa liburannya, dan untungnya kelima sahabatnya tidak mempermasalahkan hal tersebut.
“Ngapain kamu tiduran disini Ryu? Mana panas panas gini. Ga takut gosong kamu?” Tanya Felan saat melihat sahabatnya itu telanjang setengah dada di dekat danau buatan, sambil tiduran langsung diatas rumput.
“Ga takut, orang dulu aja sering ko difisik saat masih akademi dulu. Lagian itu tuh bukan gosong, tapi estetik tahu Lan.” Ujar Ryu sambil menutup matanya dengan lengan sebelah kanan, bersiap untuk tidur.
Tanpa mereka sadari salah satu kaka Ryu memperhatikan keduanya, sambil menggelengkan kepalanya. Dia sudah khatam kebiasaan adiknya jika berada di villa keluarga mereka, yaitu tidur siang didekat danau buatan. Untung saja Aiden sedang membeli persiapan untuk barbeque bersama Dafi, dan Kalan. Kalau tidak Aiden akan langsung membawa adiknya itu ke kamar, dan tidak peduli kalau adiknya akan pundung ataupun mendiamkan Aiden seharian.
Sedangkan Felan yang melihat sahabatnya itu menatap tak percaya bahwa sahabatnya malah bersiap tidur dibawah sinar matahari langsung, dia pun menggelengkan kepalanya, dan melangkahkan kakinya guna mencari pelindung dari sinar matahari untuk sahabatnya itu.
Saat Felan melangkahkan kakinya, hal itu bertepatan dengan Aiden pulang, dan melihat sang adik sedang tertidur pulas didekat danau. Aiden pun menghela nafasnya, dan langsung menggendong Ryu ala bridal, dan Felan yang melihat hal itu pun menganga tak percaya.
Ya bagaimana tidak percaya, Aiden yang tubuhnya lebih kecil dari Ryu bisa dengan entengnya membawa Ryu begitu saja. Zain yang melihat hal itu pun menghampiri Felan, “Kekuatan seorang kaka yang begitu menyayangi adiknya itu akan mematahkan sesuatu hal yang orang lain anggap itu sebuah kemustahilan, jadi jangan heran liat Aiden, karena dia begitu menyayangi Ryu.” Ujar Zain sambil berlalu pergi meninggalkan Felan yang terkejut dengan kemunculan Zain yang tiba tiba.
Felan pun mengelus dadanya, “Tuh manusia satu muncul dari mana? Kayak setan aja sumpah.” Ujar Felan sambil menggelengkan kepalanya.
“Kaka angkatnya si Ryu ga ada yang normal satupun, udah pada posesif, protektif, sekarang muncul ntah dari mana, punya kekuatan yang diluar nurul, ntar apa lagi coba?” Lanjut Felan sambil pergi masuk kedalam villa.
Sedangkan diruang keluarga Arnav sedang bermain shogi bersama Dafi, sudah tiga kali putaran dan Arnav selalu kalah. “Kamu sesayang apa sama adik saya Ryu?” Tanya Arnav secara tiba tiba sambil menatap lekat Dafi.
Dafi yang mendapatkan pertanyaan itu pun menatap lekat Arnav, “Sesayang apa? Sesayang layaknya seorang kaka kandung kepada adik kandungnya. Sayangnya itu melebihi saya sayang sama diri saya sendiri.” Jawab Dafi dengan tegas.
“Kenapa begitu? Bukannya dulu Ryu bahkan tidak diinginkan oleh keluarganya? Bahkan sahabat dari kecilnya saja pernah berlaku keras ke Ryu.” Pancing Arnav sambil menyelami sorot mata dingin milik Dafi.
“Pertama karena alasan yang kamu katakan, saya menyangi Ryu karena saya melihat keluarganya tidak menginginkannya. Kedua rasa sayang saya bertambah karena saya merasa Felan tidak bisa menjaga Ryu dengan baik, dan alasan ketiga karena saya tidak punya saudara. Jadi saat melihat Ryu yang rapuh dulu, saya ingin melindunginya, namun sayangnya kekuatan saya dulupun tidak bisa melindungi Ryu, dan sekarang melihat Ryu yang sudah berubah jauh membuat saya menyadari bahwa banyak waktu terbuang tanpa ada campur tangan saya, tapi saya merasa bahagia karena sekarang dia kuat diluarnya. Tapi saya akan selalu menjaganya apapun yang terjadi dimasa depan.” Ujar Dafi panjang lebar dan tegas.
Arnav yang mendengar jawaban Dafi pun tersenyum lembut, dia bersyukur ternyata adiknya itu memiliki sahabat seperti Dafi. Dan dia yakin untuk membiarkan sang adik tetap berada dinegara kelahirannya. Dan mungkin dia akan menyuruh keluarganya menetap di negara ini juga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari hari pun berlalu, malam ini Ryu memutuskan untuk menjenguk sang ayah, dari awal dia datang ke negaranya kembali sampai saat ini, baru kali ini dia bisa menjenguk ayahnya yang masih ada di ruang ICU. Dan tentunya dia tidak sendiri, karena dirinya ditemani oleh Aiden.
“Otousama, Ryu pulang.” Ujar Ryu saat baru memasuki ruangan dang ayah.
“Tousama, apa kau tidak merindukanku? Apa kau masih membenciku? Tousama, gomen, gomenne? Ryu baru bisa datang sekarang, soalnya Ryu baru berani datang sekarang tousama.” Ujar Ryu sambil memegang tangan sang ayah, sambil berurai air mata.
Sungguh dirinya merasakan sakit yang teramat ketika melihat super heronya terbaring tak berdaya seperti saat ini, walaupun kenangan kenangan menyakitkan masih tersimpan didalam memorinya. Namun Ryu tidak pernah mengharapkan keluarganya seperti ini, Ryu tidak pernah menginginkan ayahnya terbaring tak berdaya.
“Otousama, kamu tahu? Okaasama sekarang pulih, tidak lagi harus didampingi psikiater. Tapi aku tahu tousama, kaa sama membutuhkanmu, dia merindukan dirimu. Dia butuh dirimu tousama, dia butuh belahan jiwanya ada di sampingnya. Jadi aku mohon, Ryu mohon tousama... Segera pulih, kau harus segera bangun, dan peluk aku lagi, peluk keluarga kita lagi tousama.” Ujar Ryu lirih.
Dirinya sungguh mengharapkan ayahnya itu segera bangun dari tidur panjangnya, dia berharap keluarganya kembali utuh, walaupun dia tahu dia tidak akan selalu ada disamping mereka karena dirinya sudah menjadi abdi negara, dan juga keluarga Alfarazel mungkin tidak akan mengizinkan dirinya terlalu lama dikeluarga Gautama.
Tanpa Ryu sadari tangan yang digenggam oleh Ryu memberikan sedikit respon, jari jarinya bergerak walau hanya perlahan. Aiden yang melihat itu pun menekan nursecaller yang berada diatas ranjang Anton.
Dan tak berapa lama seorang dokter dan beberapa perawat datang keruangan ICU, dan Ryu yang melihat hal itu pun memberikan ruang untuk dokter tersebut memeriksa sang ayah.
Lima menit berlalu dan akhirnya dokter tadi pun selesai memeriksa Anton, dan menghampiri Ryu serta Aiden. “Puji tuhan, tuan Anton sudah terlepas dari masa komanya. Mungkin beberapa jam lagi tuan akan sadar, dan kami akan memindahkannya keruang ....
...VVIP.” Potong Aiden kepada sang dokter.
“Baiklah tuan muda, jika begitu saya pamit terlebih dahulu.” Ujar dokter tersebut sambil pergi meninggalkan Ryu dan juga Aiden.
“Thank you gege.” Ujar Ryu sambil memeluk Aiden dengan erat.
“Apapun demi adikku, gegemu ini akan lakukan. Selama itu baik untukmu, dan tidak merugikan mu.” Ujar Aiden.
Sungguh adik dan kaka yang harmonis bukan? Ya walaupun mereka tidak memiliki ikatan darah, namun kasih sayang mereka tidak bisa ditakar dengan hitungan duniawi.