08

1.2K 66 0
                                    









.
.
.
Setelah Ryu tenang, kini keluarga Alfarazel pun mengantar Ryu menuju ruang medical checkup. Karena sesuai dengan ucapan dokter Skyler bahwa dirinya akan datang kembali ke ruang inap Ryu setelah tuan dan nyonya besar Alfarazel datang. Dan kini mereka sedang membawa Ryu ke ruang medical checkup.

Setelah sekitar dua jam menunggu akhirnya Ryu selesai dengan medical checkupnya. “Bagaimana keadaan anakku Davian?” Tanya Arnesh dengan tegas.

“Maaf tuan Arnesh, setelah tadi tuan muda Ryu menjalani serangkaian medikal checkup, ternyata hasilnya sedikit membuat saya kurang enak menyampaikan berita ini.” Ujar Skyler sambil menundukkan kepalanya.

“Apa yang terjadi dengan anakku? Dia tidak mengapa bukan?” Ujar Altiar sedikit tidak sabar.

“Maaf nyonya, tuan muda Ryu mengalami permasalahan di paru paru, tuan muda mengalami infeksi paru paru obstructive kronis yang lumayan parah. Dan juga jantungnya yang tidak sesehat tiga tuan muda lainnya.” Jelas Skyler sambil menampilkan scan kondisi paru paru Ryu dan juga jantung milik Ryu.

Dan sontak hal itu membuat Arnesh, Altiar, dan Arnav terdiam dengan tatapan sendu. Dan tanpa mereka ketahui bahwa Ryu mendengarkan penjelasan dokter Skyler, dan dia pun langsung mematung dibalik tembok dengan memegang lengan kursi rodanya.

‘Ryu... Lu bener bener miris ya? Setelah lu dibuang oleh keluarga kandung lu sendiri, sekarang lu bahkan mengidap penyakit mematikan ini. Lu bener bener ga berguna buat hidup Ryu, lebih baik lu mati seperti permintaan keluarga kandung lu sendiri biar ga ngerepotin orang lain.’ Batin Ryu sambil mendorong kursi rodanya menuju tangga.

Beruntung disaat Ryu akan meluncurkan dirinya dari tangga, tubuhnya langsung ditahan oleh dua pasang tangan kekar. “Apa yang kamu lakuin HAH?!” Bentak Zain sambil memeluk tubuh Ryu dengan erat.

Sungguh dirinya saat keluar dari kamar mandi bersama Aiden tadi setelah keduanya sama sama membuang air, mereka melihat Ryu yang seolah ingin menjatuhkan dirinya dari tangga dan dengan gerakan cepat keduanya langsung menahan kursi roda Ryu dan juga Ryunya sebelum menggelinding dari tangga.

Ryu meraung dalam pelukan Zain, sambil memukul mukul dada Zain. “Le-lepaskan, lepaskan aku onii-sama. Biarkan aku mati, biarkan aku mati seperti permintaan mereka...” Ujar Ryu meraung raung.

“Ga, aku, Aiden, ka Arnav. Ga akan biarin kamu mati Ryu, kamu adik kita, kamu kesayangan keluarga Alfarazel Ryu.” Ujar Zain sambil menitikkan air matanya.

“Nii-sama, kenapa? Kenapa kalian ga ngizinin aku mati? Kalian hanya orang baru yang ga sengaja liat aku hampir mati dipinggir jalan, kita bukan sodara ataupun keluarga tuan. Mereka aja keluarga kandungku menginginkan aku mati tuan, dan sekarang.... SEKARANG AKU MENGALAMI PENYAKIT MEMATIKAN TUAN!!.... Apa? Apa yang membuat.... Ka-kalian... Me-mem...perta-hankan saya?” Tanya Ryu dengan nafas tersenggal diakhir, dan setelah itu kegelapan merengut kesadaran Ryu.

Aiden yang melihat itu langsung menepuk pipi tirus sang adik, “RYUUUU... RYU BANGUN RYUUUU... Abang... Abang Ryuu abang...” Raung Aiden sambil menggoyangkan tubuh adiknya untuk terbangun.

Saat mendengar jeritan Aiden akhirnya Arnav, Arnesh, Altiar, dan Skyler pun keluar dari ruangan dokter muda tersebut. Dan pandangan mengenaskan Ryu lah yang membuat mereka langsung bergegas menghampiri anak, adik, dan tuan muda mereka.

Darah segar keluar dari hidung Ryu, sehingga membuat baju Zain berlumuran darah, dan masker oksigen Ryu yang terbuka membuat semuanya menjadi kalang kabut. Arnav meraih kedua adiknya yang masih meraung memanggil nama sosok yang kini menjadi adik bungsu mereka.

 Arnav meraih kedua adiknya yang masih meraung memanggil nama sosok yang kini menjadi adik bungsu mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan kini disebuah rumah... atau lebih tepatnya kost kostan terlihat beberapa pemuda yang berkumpul, mereka menatap lekat seseorang yang berpenampilan dengan baju serba hitam.

“Jadi apa yang kau dapatkan?” Ujar Isao sambil menatap lekat ajudan milik ayahnya.

“Tuan muda Ryu ada di rumah sakit Alfasen Hospital, dan sepertinya dia mengalami penyakit yang... yang mematikan, tuan muda.” Ujar sang ajudan sambil memelankan suara diakhir katanya.

“Alfasen Hospital? Bukankah itu rumah sakit milik keluarga Alfarazel? Rumah sakit terbesar di kota ini?” Tanya Dafi sambil menatap bingung ajudan milik keluarga Kei.

“Benar yang dikatakan oleh tuan muda Dafi. Dan sepertinya tuan muda Ryu juga begitu sangat diperhatikan oleh keluarga Alfarazel, terutama untuk kedua tuan muda Alfarazel, yaitu tuan muda Zain, dan tuan muda Aiden.” Jelas ajudan keluarga Kei.

“Baguslah setidaknya Ryu ada ditangan keluarga yang baik, dan keluarga yang menjadikannya putra mahkota. Tidak seperti keluarga sebelah yang malah membuang diamond demi iblis.” Ujar Kalan dengan menatap sinis kearah Nala.

Nala yang mendengar perkataan Kalan hanya bisa menundukkan kepalanya, dia tidak bisa protes dengan perkataan Kalan, karena apa yang dikatakannya itu dia juga setujui.

“Kata kamu tadi Ryu mengidap penyakit mematikan? Maksudnya apa?!” Tanya Mahes dengan menatap tajam sang ajudan sahabatnya itu.

“Iya tuan muda, saat saya ingin mencari tahu lebih lanjut saya malah melihat bahwa tuan dan nyonya besar keluarga Alfarazel keliar dari ruangan dokter sehingga saya langsung pergi begitu saja.” Ujar sang ajudan dengan takut takut.

“Baiklah, terimakasih atas kerjasamanya. Nanti akan aku minta pada daddy untuk menambahkan bayaranmu.” Ujar Isao sambil mempersilahkan ajudannya untuk kembali ketempat.

Sesaat semuanya membuang nafas lega, namun pandangan Felan seolah mengatakan bahwa dirinya sangat merindukan sahabat kecilnya itu. “Jadi Felan, apa yang kau temui saat kemarin kau tiba tiba menyuruhku untuk mencari foto foto ini?” Tanya Isao sambil meletakkan sebuah amplop coklat didepan semuanya.

“Nii-sama lihat sendiri di hpku, difolder dengan tanda warning.” Ujar Felan lirih sambil memberikan ponselnya ke Isao.

Setelah beberapa menit mereka menonton, tatapan semua orang seolah mengatakan bahwa mereka sangat marah. Dan tiba tiba Mahes menampar adiknya sendiri dengan tamparan yang begitu nyaring.

“LU GILA ATAU GIMANA HUH?! BISA BISANYA LU SAKITIN SAUDARA LU SENDIRI FELAAAN!!” Teriak Mahes dengan muka yang merah dan berurai air mata.

Dengan usaha keras Isao dan Nala berusaha menahan Mahes yang hendak memberikan bogeman ke arah Felan, “LEPASIN GUE ANJ*NG BIAR GUE KASIH PELAJARAN DIA.” Teriak Mahes sambil berontak dalam dekapan Nala dan Isao.

“HES... FELAN ITU ADEK KANDUNG LU! JANGAN PERNAH SAKITIN ADEK KANDUNG LU SENDIRI HES!!” Bentak Nala berusaha menyadarkan Mahesta sambil berurai air mata.

Walau dia belum bisa menerima apa yang dia lihat dari tangkapan CCTV sekolah sang adik, namun dirinya tidak ingin sahabatnya mengambil suatu kesalahan yang akan memecahkan persaudaraan antara Felan dan Mahes.

Namun Felan langsung memegang bahu Nala, dan menggelengkan kepalanya, seolah mengatakan biarkan abangnya memberikan pukulan untuknya agar rasa dosanya terhadap sahabatnya itu berkurang. Namun Nala pun menggelengkan kepalanya, seolah tak mengizinkan hal itu.







Tbc

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang