22

57 4 0
                                    





.
.
.
Seseorang yang dikhawatirkan oleh keluarganya, kini sedang terdiam di balkon kamarnya. Dirinya menatap sendu langit tanpa bintang, dirinya kembali menerawang alasan dirinya kembali ke negaranya dan menyetujui tugasnya, yang tiada lain adalah untuk berdamai dengan keluarga kandungnya.

Namun mengapa setelah disini dirinya masih sulit untuk berdamai? Dan belum masalah ini selesai, kini dirinya harus terjebak dengan tugas yang sebenarnya masih melibatkan ketiga keluarga yang dekat dengan dirinya. Hal itu membuat dirinya menjadi sulit, dan bingung harus bagaimana?

“Tuhan, aku harus bagaimana? Sungguh sulit rasanya aku berdamai dengan mereka, namun aku pun takut jika aku harus pergi selamanya sebelum aku berdamai dengan mereka. Tapi ntah kenapa aku berat untuk berdamai dengan mereka, seolah ada sesuatu yang tak sesuai. Ada apa ini ya Tuhan?” Lirih Ryu sambil menghembuskan nafasnya lelah.

Sedangkan di ruangan lain, dan masih didalam rumah yang sama, terlihat dua orang sedang bercakap cakap. “Apa respon Ryu jika tahu dia adalah dibalik semua ini? Dan apa respon dari semua orang jika orang itu yang menbuat semuanya kembali berantakan?” Ujar yang paling muda sambil menatap langit langit kamarnya.

“Aku pun tak tahu, gege dan daddy belum mengetahui ini semua. Dan jikalau mereka tahupun pasti mereka akan tidak percaya, karena dia orang yang paling anteng selama ini. Bahkan ketika dia dulu melakukan masalah dengan adik kita, Ai.” Ujarnya sambil memijat keningnya yang terasa begitu pening.

“Lalu kita harus bagaimana ge? Keadaan seolah membuat kita harus bingung memilih tau ge.” Ujar Aiden sambil menghela nafasnya.

Yup setelah tadi Aiden ditenangkan oleh Zain, kini keduanya memutuskan untuk mengobrol dikamar Aiden. Dan pembahasan mereka tak jauh jauh dari apa yang kini tengah terjadi.

“Tugas kita hanya satu, jaga Ryu dengan baik. Ya walaupun taruhannya kali ini adalah nyawa kita, tapi ingat kita sudah berjanji apapun dan bagaimanapun, Ryu harus selamat.” Ujar Zain sambil mengelus tangan sang adik berusaha menyalurkan rasa tenang. Walau dirinya tahu, dirinya pun tidak merasakan ketenangan.

Kita kembali ke kamar bungsu Alfarazel, dirinya sedang berusaha menghubungi nomor kedua orang tuanya. Ntah mengapa perasaannya tidak begitu tenang, dan setelah beberapa menit menunggu akhirnya telphone pun terhubung.

“Moshi, moshi. Kenapa Ryu?” Tanya Ayzel sambil menyunggingkan senyum teduh miliknya.

“Kaasama, apakah tousama ada bersamamu?” Tanya Ryu sambil membalas senyuman Ayzel.

“Kenapa boy? Kau merindukan tousanmu yang ganteng ini?” Tanya Antoni dengan wajah jenaka. Dan hal itu membuat Ryu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ayah kandungnya itu.

“Tousama, kaasama, gomen.” Ujar Ryu sambil mengigit bibir bawahnya menahan air matanya untuk meluruh.

Anton yang mendengar ucapan maaf dari sang anak pun tersenyum lembut, “Tidak apa, tousan sadar. Terlalu banyak rasa sakit yang sudah kami torehkan, tousan sudah menerima dengan lapang dada kalau kau ingin bersama tuan Arnesh. Kejarlah kebahagiaan mu nak, tousan dan kaasan akan mendukung semua yang kau pilih. Maaf kemarin tousan egois, tousan tak memikirkan perasaanmu yang hanya ingin berdamai dengan jalan seperti ini.” Ujar Anton lembut, dan hal itu membuat Ryu tak lagi bisa menahan air matanya.

“Ryu, Ryu mau janji dengan kami?” Tanya Ayzel sambil menatap lekat sang anak.

“A-apa itu kaasan?” Ujar Ryu sambil sesenggukan.

“Teruslah berbahagia, dan teruslah menjadi dirimu sendiri. Apapun dan bagaimanapun keadaan kedepan, kami tetap selalu menyayangimu, dan maafkan segala kesalahan kami dimasa lalu ya sayang?” Ujar Ayzel sambil menitikkan air matanya. Ntah mengapa rasanya dia seolah akan meninggalkan anak mereka lagi, yang dulu selalu mereka abaikan.

“Dan tolong selalu tersenyum, karena tousan dan kaasan menyukai senyummu itu boy.” Tambah Anton, karena ntah mengapa perasaan dirinya pun tak enak akan hari esok. Seolah mereka berdua akan meninggalkan anak mereka.

Dengan susah payah Ryu pun menganggukkan kepalanya, dan berusaha memberikan senyum terbaik untuk kedua orang tuanya. Karena dia merasa bahwa ntah mengapa mereka akan terpisah sangat jauh, dan akan saling merindukan.

“Ya sudah sekarang tidur boy, dan jangan lupa untuk pulang. Kami merindukanmu nak.” Ujar Anton, dan setelah itu telphone pun mati.

“Mengapa perasaanku semakin tak karuan? Apa yang akan terjadi Tuhan?” Ujar Ryu sambil menaruh handphone nya di nakas, dan berusaha untuk tidur.

Keesokan harinya sebuah berita menggemparkan dunia, kediaman Gautama diserang tadi malam, dan menewaskan tuan dan nyonya Gautama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keesokan harinya sebuah berita menggemparkan dunia, kediaman Gautama diserang tadi malam, dan menewaskan tuan dan nyonya Gautama. Sedangkan putra kedua dan pertama mereka menghilang ntah kemana, dan Diersa yang memang sempat tidak pulang karena harus lembur di toko hanya bisa menangis histeris ketika kedua orang tuanya sudah tidak ada bersama dirinya lagi.

Sedangkan kini dikediaman Alfarazel, Ryu yang mendengar berita tersebut hanya bisa menitikkan air matanya, pandangannya berubah menjadi kosong. Sungguh dirinya tidak pernah menyangka jika kini kedua orang tuanya meninggalkan dirinya dan juga sang adik, belum lagi kedua kakanya yang menghilanh ntah kemana. Padahal dalam ingatan Ryu semalam dirinya benar benar menelphone kedua orang tuanya, bahkan Ryu berkali kali memeriksa jejak panggilan berharap semua itu hanya bohong semata.

Namun mau menolak sebesar apapun, sekeras apapun semalam dirinya mengobrol dengan kedua orang tuanya lewat saluran telphone. Sedangkan Arnav, Aiden, dan Zain hanya bisa terdiam, mereka ingin memeluk adik kesayangan mereka, namun melihat keadaan sang adik mereka tak mungkin mengganggunya.

Altiar yang sudah tak kuasa melihat anak bungsunya itu pun akhirnya mendekat, dan mendekap tubuh gagah Ryu yang bergetar karena menangis. Dirinya mencoba menenangkan anak bungsunya itu.

“Kita harus secepatnya menuju rumah duka, bagaimanapun mereka tetaplah kedua orang tua kandung Ryu. Anggap saja ini terakhir kalinya kita memberikan penghormatan untuk mereka.” Ujar Arnesh sambil mengusak surai halus anak bungsunya itu.

“D-dad... ini bohongkan? Tousan, kaasan ga ninggalin aku sama Diersa kan, dad? Ini hanya prank kan? Mereka cuma ngprank dad, hari ini hari ulang tahunku dan Diersa dad, mereka cuma ngeprank biar aku pulang kan dad?” Racau Ryu didalam pelukan Altiar, Altiar yang melihat anak bungsunya meracaupun hanya bisa menangis dalam diam.

Sungguh keluarga Alfarazel tidak pernah menyangka jika akhirnya mereka memiliki Ryu secara utuh dengan cara seperti ini, walaupun mereka menyimpan dendam ke keluarga Gautama. Namun mereka tidak pernah berharap mereka untuk melihat dan mendengar kabar bahwa tuan dan nyonya Gautama menghembuskan nafas terakhir mereka dengan tragis.

Bagaimana tidak tragis, jikalau mereka berdua ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, dan organ hati dan jantung mereka menghilang. Dan anak mana yang akan menerima orang tuanya meninggalkannya, walaupun kedua orang tuanya pernah melakukan kesalahan fatal.





Tbc

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang