18

588 31 0
                                        










.
.
.
“Ryu dimana?” Tanya Dafi to the point dengan tatapan elangnya.

Sedangkan Diersa yang tadi membukakan pintu untuk tamunya pun menatap bingung Dafi, karena selama empat tahun ini Dafi tidak pernah bertamu ke rumah mereka, dan sekarang tiba tiba dia menanyakan kaka kembarnya.

“GUE TANYA RYU DIMANA SIALAN!” Teriak Dafi penuh emosi.

Saat Diersa akan menjawab tiba tiba seseorang datang dengan keadaan masih mengantuk, rambut acak acakan, dan dia hanya mengenakan boxernya. “Siapa sih Sa? Ngantuk tau, ganggu banget. Kalau nanyain Nala nii-sama bilang aja abang tadi ke supermarket.” Ujar sosok tersebut sambil berjalan dengan menutup mata.

Diersa yang melihat orang tersebut akan menabrak lemari kaca, pun segera berlari dan menahan tubuh orang tersebut. “Dia bukan nyari Nala nii-san, tapi dia nyari nii-san. Nii-san bangun dulu coba, nanti kamu nabrak apa aja kalau jalan sambil tidur.” Oceh Diersa sambil menarik tubuh Ryu kembali ke sofa, dan kembali membaringkan tubuh saudara kembarnya dengan hati hati.

Dafi dan kawa kawan yang melihat hal tersebut pun hanya bisa menganga tak percaya, dulu mereka tahu Diersa selalu memperlakukan Ryu dengan kasar, bahkan selalu mencari masalah. Namun kini mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri perlakuan lembut dari Diersa kepada Ryu, bahkan mereka melihat ketika Ryu kembali tertidur Diersa mencium kening kaka kembarnya itu dengan sangat lembut dan penuh kehati hatian.

Diersa yang menyadari bahwa tadi dia meninggalkan Dafi tiba tiba pun langsung berjalan ponggah ke depan pintu, dan menatap lekat sahabat sahabat saudara kembarnya itu. “Gue tahu kalian tadi ngintip sesuatu, dan sesuai dengan yang kalian lihat Ryu lagi istirahat dia masih lelah setelah bekerja. Jadi gue harap kalian segera pulang, jangan dulu ganggu Ryu, dia masih butuh istirahat yang cukup.” Ujar Diersa dengan tegas.

“Gue pengen ketemu Ryu, gue pengen nanyain banyak hal sama dia.” Ujar Felan dengan tak kaah tegasnya.

“Lu paham bahasa manusia kan Felan Theodore? Kaka gue masih kelelahan, dan dia masih butuh istirahat, jadi mumpung gue masih baik, lebih baik lu pulang sekarang, dan bawa temen temen lu.” Ujar Diersa dengan penuh tekanan, dan penuh emosi.

Raksa yang melihat hal itu pun langsung berusaha mencekal tangan Felan, dan ketika Felan menatapnya Raksa pun menggelengkan kepalanya tanda mereka harus pulang terlebih dahulu. Dan kembali ketika semuanya sudah lebih kondusif.

“Ya udah gue titip kata ke Ryu, temuin kita di warung deket sekolah dulu. Ada banyak yang pengen kita tanya, kita pamit dulu.” Ujar Dafi mewakili semua teman temannya. Dan hanya diangguki oleh Diersa.

Setelah lima menit Dafi, Felan, Raksa, Sagara, dan Kalan pergi dari rumah keluarga Gautama, Ryu pun bangun dari tidurnya dan mencari sesuatu. Diersa yang baru keluar dari dapur pun menatap bingung kembarannya, dan mendekati Ryu.

“Nyari apa?” Tanya Diersa sambil menatap bingung Ryu.

“Tadi perasaan ada suara Dafi sama Felan, kemana mereka?” Ujar Ryu malah bertanya balik, bukan menjawab pertanyaan Diersa.

“Udah pergi, kalau lu mau nyari mereka kata Dafi lu disuruh ke warung yang deket sekolah.” Ujar Diersa sambil kembali masuk ke dapur, ntah sedang membuat apa.

Ryu yang mendengar perkataan Diersa pun langsung bergegas masuk kekamarnya, dan bersiap menuju tempat yang dimaksud oleh Diersa. Setelah lima menit bersiap, Ryu pun menghampiri ketiga saudaranya yang sedang asik bermain game.

“Mau kemana otouto?” Tanya Nala saat melihat sang adik sudah bersiap sambil mengambil sandal yang biasa dia gunakan untuk sekedar main.

“Ketemu mereka, Sa lu ga mau ikut?” Ujar Ryu sambil bertanya ke Diersa yang sedang sibuk dengan handphonenya.

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang