23

80 7 2
                                    











.
.
.
Kini dirumah duka tuan dan nyonya Gautama sudah banyak orang yang memakai baju hitam, mereka semua tidak menyangka jika mereka berdua akan meninggal dengan keadaan mengenaskan, dan meninggalkan empat orang putra mereka. Apalagi sampai hari ini kedua putra tertua keluarga Gautama belum juga ditemukan.

Kini Ryu sudah berdiri disamping guci abu kedua orang tuanya, sambil memeluk Diersa yang terus saja menangis dan menyalahkan dirinya. Mengatakan, seandainya dirinya tidak lembur maka orang tuanya tidak mungkin meninggalkannya dan meninggalkan Ryu.

Tanpa mereka sadari seseorang tengah mengintai Diersa, dan juga Ryu dengan senyuman devilnya. Namun tanpa orang itu ketahui, ketiga putra Alfarazel menyadari kehadiran orang tersebut, dan membuat ketiganya tersenyum devil tanpa diketahui siapapun. “Kau mau bermain main ternyata? Kita lihat sampai mana kau akan bermain main dengan adik kesayangan kami.” Batin ketiga putra keluarga Alfarazel.

Setelah semua acara terselesaikan kini Ryu dan keluarga Alfarazel menemani Diersa keappart miliknya, mereka akan mengantarkan Diersa untuk pergi ke mansion utama keluarga Gautama, atas perintah opa dan oma mereka.

“Lu baik baik disana ya Dier. Salam buat opa dan oma, dan maaf gue ga bisa buat nemenin lu ataupun nyusul lu, karena tugas gue sekarang adalah berbakti sama daddy dan mommy, dan membahagiakan keluarga angkat gue.” Ujar Ryu sambil membantu Diersa untuk mengemas semua barang barang milik Diersa.

Diersa yang mendengar perkataan Ryu pun menganggukkan kepalanya, dan memberikan senyum manisnya. “Lu juga jaga diri baik baik, dan inget tousan, kaasan, dan gue akan selalu support segala yang lu pilih. Maafin gue dulu pernah bikin lu merasakan kecewa dan sakit, dan mungkin ini karma buat gue.” Ujar Diersa lirih.

“Gue udah maafin semuanya, gue udah maafin lu. Karena bagaimana pun, ketika kita dirahim kaasan, kita berbagi semuanya. Ini bukan karma, tapi ini suratan takdir tuhan.” Ujar Ryu sambil menutup koper yang sudah penuh isinya.

“Oh ya, ini appart buat lu aja ya Ryu. Siapa tau lu butuh buat ngumpul sama Felan dan kawan kawan.” Ujar Diersa sambil terkekeh pelan.

“Oke gue terima, ya hitung hitung kado dari kembaran gue. Dan ini buat lu, lu jaga ya, itu couple sama gue.” Ujar Ryu sambil memberikan sebuah kalung yang mirip dengan apa yang Ryu pakai.

Dan setelah itu Diersa pun pergi bersama ajudan milik opanya, sedangkan Ryu menatap sendu appart yang diberikan oleh Diersa. Sebenarnya dirinya memiliki appart yang lebih mewah dari milik Diersa, namun ini sudah diberikan oleh Diersa padanya, maka akhirnya Ryu pun menerima dengan lapang dada.

Setelah appart itu terkunci dengan kode baru, akhirnya Arnav pun menghampiri sang adik. “Ayo kita pulang, dah larut malam. Besok kan kamu harus ke markas kesatuan.” Ujar Arnav sambil merangkul pundak sang adik.

“Ge, bisa minta tolong?” Tanya Ryu sambil menatap Arnav, dan diangguki oleh Arnav.

“Tolong bersihin ini appart ya kalau ade ga ada nanti, biar kalau ade pulang appartnya bersih. Tapi kodenya jangan diganti, nanti ade susah masuknya.” Ujar Ryu sambil tersenyum manis. Dirinya tadi sudah melihatkan kode apprtnya ke Arnav, jadi dia meminta tolong kepada Arnav.

“Oke nanti gege selalu bersihin kalau kamu lagi sibuk, jadi kalau mau pulang ke appart kamu tinggal istirahat.” Ujar Arnav sambil mengusak surai sang adik.

Hari hari pun berlalu, walaupun rasa kehilangan masih ada, namun Ryu sadar dirinya harus terus berjalan meniti jalan kehidupannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari hari pun berlalu, walaupun rasa kehilangan masih ada, namun Ryu sadar dirinya harus terus berjalan meniti jalan kehidupannya sendiri. Beruntung setelah kejadian meninggal kedua orang tuanya tidak ada kejadian apapun lagi, dan kini Ryu beserta teamnya masih berusaha mencari dalang dibalik ini semua, dan juga mencari kedua kakanya.

Sedangkan disebuah ruangan temaram, kini terlihat seorang pemuda yang menatap seseorang didepannya dengan tatapan tajam. Sedangkan yang ditatap hanya menampilkan senyum sinisnya, “Apa kabar saudara tiriku? Apakah kau sudah mendengar bahwa kedua orang tua tidak tahu diri itu sudah mati?” Ujar pemuda lain yang sedang menatap dirinya penuh permusuhan.

“Sayangnya kedua adik kembarmu tidak ikut mati, terutama dia.”

“Dan sayangnya adikmu yang satu malah pergi ke Los Angeles, menetap bersama keluarga besar Gautama.” Ujar pemuda tersebut sambil pura pura memasang muka sendu.

“Tapi tenang, aku akan membuat adikmu yang satu menyusul kedua orang tua sialan itu.” Ujarnya sambil tertawa terbahak bahak.

“Dan untuk memancing adik kesayanganmu itu, maka kita akan mencoba memancing dengan chat melalui hp bulukmu ini, Ragnala Kawiswara.” Ujar pemuda tersebut sambil mengetikkan sesuatu ke nomor Ryu.

Sedangkan kini Ryu sedang berada diruang tamu mansion Alfarazel, ntah apa yang ada dipikiran seorang Ryuzaki Rigel, sehingga menyuruh semua anggota teamnya berkumpul di rumah sang daddy. Dan ntah kenapa pula Arnesh membiarkan apa yang dimau oleh anak bungsunya itu.

Saat Ryu sedang santai dan bersandar ditubuh tegap kaka keduanya, tiba tiba saja handphone miliknya berbunyi, pertanda ada beberapa pesan masuk. Dan saat dilihat, matanya terbelalak karena melihat siapa yang mengirimnya dan isi dari pesan itu.

Nala Nii-sama

Datang ke lokasi ini, jika kamu ingin tahu semuanya

📍Location

“Kenapa Nala nii ngasih lokasi? Dan apa apaan ini? Lokasi nya dekat dengan hutan timur.” Ujar Ryu sambil bangun dari posisi santainya.

Dan otomatis membuat semua yang berada disana pun menatap bingung adik dan kapten mereka. “Ada apa kapten? Apakah ini berhubungan dengan tugas kita dan semua masalah yang terjadi?” Tanya Alester sambil menghampiri pada sang kapten muda.

“Bersiap, kita akan segera merapat. Gege, lapor ke daddy, dan segera susul kami.” Ujar Ryu sambil berlari menuju kamar bawah dimana kamar khusus Ryu bertugas, sedangkan kamar di lantai dua adalah kamar pribadi Ryu.

Aiden, yang paling dekat dengan tangga pun segera berlari menuju ruangan sang daddy, untuk melaporkan keadaan genting.

.
.
.

Setelah menempuh waktu 1 jam, akhirnya team gold eagle yang dipimpin langsung oleh Ryu pun sampai di hutan timur, dan mereka pun langsung berbagi tugas dan mencari sebuah bangunan, karena Ryu berfikir pasti abangnya itu ingin bertemu disebuah ruangan bukan di outdoor.

Setelah berjalan sekitar 15 menit akhirnya mereka pun menemukan sebuah gubuk tua yang berada didalam hutan, anggota Ryu pun langsung bersiap diposisi masing masing. Sedangkan Ryu masuk bersama Alester, dan salah satu ajudannya yang lain.

“Kapten hati hati, saya takutnya ada jebakan yang mereka pasang.” Ujar kedua ajudan setia milik Ryu.

Ya walaupun mereka hanyalah seorang ajudan, namun rasa sayang mereka terhadap kapten muda itu melebihi kasih sayang seorang kaka kandung pada adiknya.

“Baik, terimakasih sudah memperingatiku Alester, Archer.” Ujar Ryu sambil terus berjalan mengendap endap.





TBC

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang