.
.
.
Seperti perkataan keluarga Alfarazel semalam, kini mereka sudah mendarat di bandara Tokyo menggunakan pesawat pribadi mereka. Dan tanpa menunggu waktu lagi mereka segera menuju Penthous tempat sang bungsu tinggal selama disini.Sedangkan Ryu yang menjadi tujuan kedatangan keluarga Alfarazel masih nyenyak dalam tidurnya, “Tuan, tuan muda. Tuan besar dan seluruh keluarga tuan muda sudah dalam perjalanan kemari, tuan muda.” Ujar sang ajudan sambil mengetuk pintu kamar Ryu dengan pelan.
Sedangkan Ryu yang baru tidur dua jam lalu, dirinya pun merasa terganggu, dan dengan jalan gontai pun dia membuka pintu kamarnya. “Paman siapkan saja dulu, aku mau bersiap siap.” Ujar Ryu sambil kembali masuk kedalam kamar dan kembali tidur dikasur.
Sang ajudan yang melihat hal tersebut pun hanya menggelengkan kepalanya, karena dia tahu semalam Ryu harus ke markas setelah bertukar kabar dengan keluarganya karena ada tugas yang mendadak harus dikerjakan oleh Ryu dan juga teman temannya di kelompok militer.
Setengah jam kemudian keluarga Alfarazel pun sampai dan mereka merasa bingung karena sang bungsu tak terlihat menyapa kedatangan mereka, “Gyumin, dimana ade?” Tanya Aiden to the point.
“Tuan muda masih tidur, karena semalam setelah bertukar kabar dengan tuan muda dan tuan besar, tuan muda Ryu harus kembali ke markas, tuan muda Aiden.” Jawab Gyumin sang ajudan adik bungsu mereka.
“Terimakasih Gyu, ya sudah kalian juga istirahat dulu saja. Biar bubu cek adik kalian, sekalian mau buatkan air jahe untuk adik kalian.” Ujar Altiar sambil memberikan kopernya kesalah satu maid yang dia bawa dari China.
“Siap bubu. Nanti kalau ade bangun kasih tau Aiden ya bu. Aku kangen banget sama ade.” Ujar Aiden sambil menggeret kopernya menuju kamarnya di Penthous ini.
Sedangkan Arnesh, Arnav, dan Zain langsung menuju ruang kerja Arnav atas permintaannya.
“ Apa yang ingin gege bicarakan?” Tanya Zain saat dirinya sudah duduk manis di sofa ruang kerja Arnav.
“Ini mengenai ade, kalian ada yang tahu kalau ade kembali kesini?” Tanya Arnav sambil menatap adik serta ayahnya. Dan diberikan gelengan oleh keduanya.
“Kita ga ada yang tahu, tapi ayah tahu alasan kenapa dia ga ada bilang sama kita terutama sama kamu, dan Zain.” Ujar Arnesh saat melihat anak sulungnya hendak mengatakan sesuatu.
“Apa alasannya dad? Sampai sampai adeku ga mau kasih tahu kalau dia ditugaskan ke negara yang membuatnya penuh luka.” Ujar Zain sambil menatap lekat sang ayah.
“Adikmu takut kalian tidak mengizinkan, sedangkan bagi seorang abdi negara tugas adalah tugas walau harus menghianati keluarganya.” Ujar Arnesh sambil melihat respon dari anak anaknya.
Arnav pun menghela nafasnya, “tapi seharusnya dia bilang dad. Gimana kalau selama dua bulan ini dia ketemu lagi sama iblis itu? Aku ga mau sampai adikku kenapa kenapa dad. Daddy tahu bukan kalau aku begitu sayang sama adikku, walaupun dia tidak terlahir dari bubu.” Ujar Arnav sambil menahan amarahnya.
Sungguh Arnav tidak mau adik bungsunya kembali merasakan rasa sakit, ketika dia harus kembali ketanah kelahirannya. Dia ingin adiknya selalu baik baik saja, bahkan ketika Ryu bilang akan masuk akademi militer dibandingkan masuk kampus terkenal dirinya sudah ingin protes, namun bubunya mengatakan hormati keputusan sang adik.
“Daddy tahu, tapi kamu pun tahu bukan kalau adikmu bukan adikmu yang dulu, yang pertama kali kita bertemu dengannya. Adikmu, Ryu itu sekarang sudah kuat seperti dirimu Arnav, dan bahkan sudah lebih berani dibandingkan Zain dan Aiden. Kalian hanya perlu melindungi dari jauh, seperti yang kalian bertiga lakukan terhadap masing masing dari kalian.” Ujar Arnesh sambil menatap lekat anak sulungnya.
Saat mereka bertiga masih bersitegang, tiba tiba pintu ruang kerja Arnav diketuk, dan akhirnya Arnav pun mempersilahkan masuk. Dan setelah seseorang itu masuk pun Zain langsunh bangkit dan memeluk sosok yang merupakan adiknya itu.
“Ryuuu tau ga? Gege kangen banget sama kamu. Kenapa kamu semakin tinggi? Bahkan mengalahkan Arnav ge.” Ujar Zain sambil memeluk sang adik dang menggoyang goyangkan nya ke kanan dan ke kiri.
Ryu yang melihat sang kakapun langsung memeluk Zain, dan tersenyum lembut ke arah Arnav. “Ryu juga kangen, maaf Ryu ga bilang kalau Ryu ditugaskan ke sini. Tapi tenang aja Ryu baru ketemu sama Nala nii-sama, Isao nii, dan Mahes nii. Ya walau sempet lihat okaasan dan Nehan nii, tapi dari jarak aman ko.” Berusaha menenangkan kedua kakanya.
“Jadi kapan kau akan menemui mereka nak?” Tanya Arnesh sambil mengusak surai anak bungsunya itu.
Ryu menghela nafasnya sebentar, “Niatnya siang ini Ryu bakal jenguk Diersa dulu ditempat rehabilitasi dad, ya bagaimanapun dia juga adiknya Ryu. Selama ini tidak ada yang menjenguknya, aku sebagai salah satu kakanya jelas harus menjenguknya. Apakah kalian bersedia menemani Ryu bertemu Diersa?” Tanya Ryu sambil menatap kedua kakaknya, karena dia tahu pasti kedua kakaknya ini tidak akan mengizinkan idea gila tersebut.
“GA! Gege ga akan izinin kamu ketemu setan satu itu Ryu, gege akan izinkan kalau kamu ketemu yang lain selain setan licik itu.” Bukan Zain, bukan Arnav yang menjawab, melainkan Aiden yang menjawab.
Dirinya tadi mencari sang adik, dan kata bubunya sang adik sedang di ruang kerja milik sang kaka. Namun apa yang didengar? Adiknya ingin menemui sosok yang sudah membuat adiknya itu hancur dulu. Sangat sangat Aiden tolak hal itu, dirinya tidak mau sang adik kembali dilukai.
Ryu yang mendengar jawaban kaka terakhirnya itu pun tersenyum lembut, dan merentangkan tangannya meminta sang kaka mendatanginya. Dan Zain yang masih ada didalam dekapan sang adik pun mencebikkan bibirnya, dan Ryu yang melihat hal itu pun mengecup ubun ubun Zain. Sedangkan Aiden seneng seneng saja mendatangi dan memeluk sang adik.
“Aiden ge, Ryu mohon, izinin Ryu menemui Diersa ya ge? Ryu cuma mau memeriksa keadaannya, lagi pula Ryu kan ga sendiri, ditemani kalian semua.” Ujar Ryu sambil memeluk kedua kakanya dengan erat, namun dibalas gelengan oleh Zain, dan Aiden.
“Ge, semisalkan yang ada di posisi Diersa itu Ryu, yang selama ini kalian sayangi. Apa kalian tidak akan menemui Ryu? Apakah kalian akan tega membiarkan Ryu sendirian disana? Tidak bukan?” Tanya Ryu dengan mata berkaca kaca.
“Ryu tahu kelakuan Diersa itu tidak mudah untuk dimaafkan, tapi kalian ingat bukan kalau Ryu dan Diersa adalah anak kembar? Dan anak kembar akan selalu bisa merasakan apa yang dirasakan kembarannya, dan Ryu merasakan bahwa Diersa kesepian, Diersa butuh teman untuk mencurahkan semua perasaannya ge. Tolong izinkan Ryu bertemu Diersa, setidaknya untuk terakhir kalinya. Bolehkan?” Ujar Ryu sambil berurai air mata dan memeluk erat kedua kakanya yang masih enggan melepas peluk mereka.
Arnav, Zain, dan Aiden yang mendengar permintaan sang adik yang dimana sampai membuat sang adik menangis, akhirnya mengizinkan Ryu bertemu dengan Diersa dengan syarat mereka ikut dan Gyumin harus selalu disamping Ryu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryuzaki Rigel ✓
Teen FictionAku tahu, dunia ini tak ada kata adil, tapi aku juga yakin jika diluaran sana pasti ada yang bisa mensyukuri kehadiranku. . . . Jika kalian ingin membuangku, aku terima, tapi jika sekarang kalian ingin kembali lagi, maaf aku sudah lelah dengan segal...