16

211 9 0
                                    











.
.
.
Sesuai dengan janji Arnav, Zain, dan Aiden, kini keluarga Alfarazel sedang berkunjung kesebuah tempat rehabilitasi. Setelah 20 menit menunggu akhirnya kini Ryu dapat bertemu dengan Diersa.

Diersa dengan penampilan yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan beberapa tahun terakhir dimana Ryu bertemu dengan Diersa dulu, dan Diersa yang melihat Ryu dengan proporsi gagah pun hanya bisa tersenyum miris.

“Dier, apa kabar? Lu baik baik aja kan?” Tanya Ryu dengan suara lembut dan tatapan hangat, tatapan yang ingin Diersa lihat dan dia rindukan.

Diersa bukannya membalas, dirinya malah berlutut dihadapan Ryu dan meraung meminta maaf. Dan sontak membuat Ryu seketika terkejut, namun beberapa menit kemudian Ryu bisa menangani rasa terkejutnya.

“Diersa, bangun. Jangan kayak gitu, gue ga suka, lu itu sodara gue, dan gue ga suka sodara gue berlutut.” Ujar Ryu dengan tegas tak mau dibantah.

“Ryu, maaf. Maafin gue, maafin semua salah gue, maafin gue yang udah jahat sama lu, maafin gue yang udah jahat sama semuanya Ryu.” Ujar Diersa sambil berurai air mata.

Sungguh Diersa menyesal, setelah ayahnya dinyatakan koma dan sampai saat ini belum ada perkembangan, semenjak ibunya dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan, Nala dan Nehan yang sibuk dengan kerjaan mereka masing masing, dan Ryu yang menghilang, dirinya benar benar merasa hancur dan menyesal atas semua kelakuannya dimasa lalu. Bahkan sebenarnya Diersa sudah boleh bebas dari sebulan lalu, namun dirinya tidak ingin keluar dari tempat rehabilitasi itu, karena dirinya selalu merasa bersalah dan tak pantas untuk keluar dari tempat rehabilitasi dan mendapatkan maaf dari keluarganya.

Ryu yang mendengar hal itu dari Gyumin pun hanya bisa menghela nafasnya, dan memeluk Diersa walau masih dengan rasa takutnya untuk bersentuhan dengan Diersa. Dan Diersa yang medapatkan pelukan dari Ryu pun semakin meraung meminta maaf.

“Udah Dier, gue dah maafin lu. Yang penting lu berubah, lu minta maaf sama semuanya, dan berjanji menjadi manusia yang lebih baik lagi. Itu udah cukup buat gue Dier, lu mau kan ketemu sama Nehan nii-sama, dan Nala nii-sama?” Ujar Ryu sambil menangkup kedua pipi adiknya itu.

Diersa sejenak terdiam, dirinya merasa malu dengan Ryu, kenapa dulu dia begitu jahat kepada saudara kembarnya sendiri? Diersa semakin sadar bahwa dirinya benar benar jahat, dulu dia selalu memfitnah Ryu demi kepuasan sesaat, tapi dari dulu hingga kini Ryu selalu memperlakukannya dengan baik, dan hal itu lagi lagi membuat Diersa kembali menangis.

Setelah sejam membuat Diersa tenang, kini Diersa sedang menyuapi saudara kembarnya itu dengan makanan yang dipesan oleh Arnav. Diersa ingin memperlakukan kembarannya itu dengan service plus kalau kata Diersa.

“Ssst, mereka siapa sih? Dari tadi kayaknya nempelin Ryu terus.” Bisik Diersa sambil menatap takut takut kepada Zain dan Aiden.

Ryu yang melihat hal itu pun terkikik pelan, “mereka abang abangnya Ryu, mereka anak anaknya bubu Altiar, sama daddy Arnesh. Yang lagi diluar itu namanya Arnav gege, itu yang manis manis tegas Aiden gege, dan yang lagi main hp tapi curi curi pandang dari tadi itu Zain gege. Mereka itu abang abang posesif.” Ujar Ryu sambil menatap kedua kakanya dengan tatapan mengejek.

“Ryu bahagia sama mereka?” Tanya Diersa sambil kembali menyuapkan makanan kemulut Ryu, dan diangguki oleh Ryu.

“Ryu bahagiaaaaa banget, soalnya dari kehadiran mereka Ryu bisa ngerasain lagi gimana rasa kasih sayang sosok ayah dan ibu.” Ujar Ryu dengan polosnya, dan hal itu memberikan respon yang berbeda beda.

Respon yang diberikan Aiden, dan Zain jelas respon kebahagiaan, karena mereka merasa apa yang mereka usahakan selama ini akhirnya berbuah. Namun respon dari Diersa berbalikannya, dirinya semakin merasa bersalah dan juga sedih, karena alasan Ryu tidak merasakan kasih sayang ibu dan ayahnya jelas karena dirinya.

“Duh duh, bungsunya bubu lagi disuapi sama Diersa ya? Seneng ga de?” Tanya Altiar sambil mengelus surai anak bungsunya, dan diangguki oleh Ryu.

Diersa yang melihat itu hanya bisa tersenyum getir, dulu kembarnya itu hanya bisa merasakan rasa sakit karena ulahnya. Tapi kini dia merasakan rasa hangat dari keluarga yang bukan keluarga kandungnya itu.

“Bubu gimana? Diersa udah boleh keluarkan? Kita bisa ketemu Nehan nii-sama, dan Nala nii-sama kan?” Tanya Ryu dengan exited dan senyum indah yang selalu Diersa rindukan.

“Iya sayang, ya udah ayo kita ke mobil. Barang barangnya Diersa udah dibawain sama tangan kanannya daddy.” Ujar Altiar sambil menggandeng tangan anak bungsunya.

Kalau kalian nanya Diersa ga panas? Dirinya tidak panas sama sekali, bahkan dirinya bersyukur karena kaka kembarnya itu merasakan kehangatan dari keluarga Alfarazel, dan dia berjanji akan menjaga kebahagiaan kakanya itu.

Kalau kalian nanya Diersa ga panas? Dirinya tidak panas sama sekali, bahkan dirinya bersyukur karena kaka kembarnya itu merasakan kehangatan dari keluarga Alfarazel, dan dia berjanji akan menjaga kebahagiaan kakanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan kini keluarga Alfarazel, Ryu, dan Diersa sudah berada di rumah keluarga Gautama. Didepan mereka kini duduk dua adik kaka, yang tiada lain adalah Nehan dan Nala.

“Buat apa lu dateng lagi kesini Diersa? Ga puas bikin otousan masuk rumah sakit, bahkan sampai saat ini masih di ICU. Ga puas bikin okaasan menjadi seperti itu? Masih mau ngancurin apa lagi Diersa Nathalea?” Pertanyaan pedas itu melayang dari bibir ranum kaka pertama mereka yaitu Nehan dengan tatapan kebencian.

“Nehan nii-sama, bukan Diersa yang ingin ke sini. Tapi aku yang memaksa Diersa untuk mendatangi kalian, aku tahu kalian masih marah dan mungkin benci Diersa dengan keadaan yang terjadi dikeluarga kita. Tapi aku rasa Nehan nii-sama pun salah, karena tidak bisa mengarahkan Diersa dulu, Nala nii-sama pun salah karena hanya fokus denganku, melindungiku, tanpa membetulkan kesalahan diakarnya. Dan aku pun mengaku salah, kenapa aku hanya bisa diam dan menerima semuanya, tanpa mau memberikan bukti nyata kepada kalian padahal aku tahu Mahes nii-sama punya bukti akuratnya. Jadi Nehan nii-sama tidka bisa menyalahkan Diersa aja, karena disini kita semua salah, terutama tou-sama, dan okaa-sama.”

“Nii-sama, aku minta sudahi semuanya. Sudahi dendam kalian, sudahi rasa benci kalian kepada Diersa, karena aku sudah baik baik saja, bahkan aku sudah bahagia dengan bubu Altiar, daddy Arnesh, dan ketiga gege aku, nii-sama. Dan bukankah lebih baik sekarang kita berdamai, dan merawat okaa-sama, dan tou-sama bersama sama? Dan kita perbaiki semuanya secara perlahan?” Ujar Ryu panjang lebar dengan berani dan tatapan tegas.

Nehan, dan Nala yang melihat sosok adik kesayangan mereka menjadi sosok yang tegas dan berani pun hanya bisa tersenyum kecil. Ternyata adik mereka sudah banyak berubah, bahkan dirinya berani membela adik mereka didepan keduanya. Nehan, dan Nala pun menghela nafasnya.

“Oke kita akan berusaha memafkan Diersa, tapi satu hal, kamu jangan pergi jauh lagi dari kita. Dan sesuai dengan perkataanmu, kita rawat okaasan dan otousan bersama sama bagaimana?” Ujar Nala dengan mengangkat alisnya.

Ryu yang melihat itu hanya tersenyum geli, “Oke deal.” Ujar Ryu dengan tegas, walau ada sedikit bantahan dari ketiga gegenya namun beruntung Altiar bisa memberikan pengertian ke tiga kaka posesif milik Ryu.






Tbc

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang