Aku tahu, dunia ini tak ada kata adil, tapi aku juga yakin jika diluaran sana pasti ada yang bisa mensyukuri kehadiranku.
.
.
.
Jika kalian ingin membuangku, aku terima, tapi jika sekarang kalian ingin kembali lagi, maaf aku sudah lelah dengan segal...
. . . Dimalam hari yang sunyi berdiri seorang pemuda dibalkon kamarnya, dengan tatapan tajamnya. “Jadi komplotan teroris yang gue kejar itu juga ada masalah dengan keluarga Gautama, Alfarazel, dan Reagan?” Ujarnya sambil berbicara dengan seseorang lewat telphone.
“Iya kapten.” Jawab orang disebrang sana.
“Kenapa seolah semua ini sangat kebetulan? Seolah semua ini menargetkan orang orang yang terhubung dengan hidupku. Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa dalang dibalik ini semua?” Batin pemuda tersebut sambil mengerutkan keningnya.
“Jadi bagaimana sekarang kita bergerak kapten?” Tanya orang disebrang sana.
“Apakah mereka semua tahu jika menjadi sasaran teroris? Aku curiga ini berasal dari dunia bawah Alester.”
“Sampai saat ini baru tuan besar Alfarazel yang mengetahui hal ini. Apakah kapten memiliki siasat sendiri? Apalagi kapten juga termasuk kedalam organisasi milik tuan Arnesh.” Selidik Alester.
“Untuk saat ini aku tidak memiliki siasat selain yang diberikan ketika team kita rapat kemarin, tapi sepertinya cepat atau lambat aku juga harus membicarakan hal ini dengan keluargaku. Untuk saat ini terus pantau pergerakan semuanya, berikan saya waktu tiga hari lagi untuk turun ke lapangan.” Ujar Ryu tegas.
“Baik, akan saya kabarkan kepada seluruh team gold eagle kapten.” Ujar Alester, dan setelahnya Ryu pun memutus sambungan telphone mereka.
“Kenapa jadi gini? Perasaan ketika masih di LA aku tak menemukan tanda tanda teroris itu menjadikan ketiga keluarga ini menjadi target, sebenarnya apa yang dicari dirinya? Dan siapa pemimpin teroris tersebut?” Ujar Ryu pelan, sambil terus berfikir mencoba mencari sesuatu yang sekiranya terlewatkan oleh dirinya.
“Huhhhh, masalahku dengan keluarga kandungku sendiri belum selesai, kenapa harus ada masalah lain sih? Kan jadi bingung mau beresin yang mana dulu.”
“Terus kalau semisalkan tugas negara ini ga selesai dan bikin sesuatu yang ga diharapkan, gimana? Gue belum ada kesempatan buat damai sama mereka, gue belum bisa memaafkan mereka. Aaaaargh gue puyeeeeng.” Misuh Ryu sambil mengacak acak surainya sendiri.
Sedangkan disisi lain disebuah ruangan temaram berdiri seorang laki laki sambil menatap sinis beberapa foto yang menampilkan beberapa orang. “Ga sia sia, akhirnya semuanya berjalan sesuai keinginan gue. Ryuzaki Rigel, mungkin lu sekarang lagi bahagia dikeluarga Alfarazel, tapi gue yakin sebentar lagi lu dan semuanya akan habis ditangan gue, dan gue akan mengusai semua harta milik Gautama, Alfarazel, dan Raegan. Yaaa... Kalau bisa gue juga bakal rebut kekayaan milik Gasendra, Narain, Shehzal, dan Sagara.” Ujar laki laki tersebut sambil tertawa bak kesetanan.
“Let's play my brother.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keesokan harinya pun Ryu langsung masuk kedalam ruang kerja dengan langkah gusar. Sedangkan Arnesh, Aiden, Zain, dan Arnav, yang baru kali ini melihat adik bungsu mereka memasuki ruang kerja pun menatap bingung.
“Hei, ada apa boy? Kenapa kelihatannya kamu seperti sedang menahan takut, dan amarah?” Tanya Arnesh sambil menutup laptopnya.
Ryu pun menghela nafasnya mencoba merilekskan diri, “Dad, apakah organisasi mendapatkan laporan?” Tanya Ryu to the point.
“Laporan?.... Mmm ada, tentang teroris yang baru naik ke permukaan, kenapa?” Tanya Arnesh bingung.
“Apakah kalian mendapatkan laporan lain, selain hal itu? Misalnya mereka menginginkan apa gitu.” Ujar Ryu sambil mengangkat sebelah pundaknya.
Arnesh yang tahu arah pembicaraan dang anak pun akhirnya menghela nafasnya, sesaat memijat pangkal hidungnya. “Apakah ada hubungannya dengan tugasmu dari kesatuan saat ini, boy?” Tanya Arnesh, dan langsung diangguki oleh Ryu.
“Mereka mengincar Gautama, Reagan, dan juga kita. Namun daddy belum tahu dia menginginkan apa, sampai saat ini daddy, kakak kakakmu, dan anggota sedang mencari tahu siapa, dan apa yang diinginkan olehnya, serta siapa yang meminpin hal ini.” Jawab Arnesh sambil memejamkan matanya.
“Apakah kalian sudah memiliki strategi untuk melawannya dad? Ya walupun kita semua belum tahu siapa yang memimpin, dan apa tujuan mereka.” Tanya Ryu sambil duduk disofa ruang kerja.
“Hal itu sudah aku fikirkan, apa kau memiliki strategi baru?” Tanya Zain, karena memang Zain adalah ahli strategi didalam kelompok yang dimiliki oleh Arnesh, ditemani oleh Arnav.
“Aku mengingkan teamku berkerja sama dengan organisasi kita, untuk strategi teamku akan aku pakai seperti yang sudah dirapatkan. Namun untuk kerja sama biar aku dan kalian yang menjalaninya, bagaimana?” Tanya Ryu serius.
“Baiklah, apakah kau tidak akan bekerjasama dengan dua keluarga lainnya?” Tanya Arnav yang dari tadi hanya memperhatikan sang adik.
“Sebisa mungkin, jangan sampai papa dan tousama tahu. Karena mereka hanya fokus kepada bisnis dunia atas, dan mereka bukan anggota bisnis dunia bawah. Jadi lebih baik cukup team milikku dan organisasi kita saja gege.” Jawab Ryu dengan tegas.
Ya seperti inilah keluarga Alfarazel, semua masyarakat awam hanya tahu bahwa keluarga Alfarazel hanya memiliki bisnis dunia atas. Namun dibalik itu semua mereka merupakan keluarga yang memiliki bisnis dunia bawah dengan nama clan Faizel. Dan alasan Ryu masuk menjadi abdi negara adalah untuk memberikan peluang lebih besar untuk clan mereka bergerak secara lebih terkontrol namun menakutkan.
“Gege, daddy, jikalau dalam tugas ini aku hanya bisa pulang nama saja, tolong berikan ini kepada papa Cala, dan tousama. Dan jika jasadku sudah berada didalam tanah, kalian cari kotak kayu di lemariku.” Ujar Ryu setelah semuanya kembali sunyi dan fokus kepada kerjaan masing masing.
Aiden yang mendengar hal itu pun menatap tajam kearah sang adik, “Jangan pernah kau mengatakan seperti itu. Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan kami Ryuzaki Rigel Alfarazel.” Ujar Aiden dengan tegas, sambil mengepalkan tangannya.
Sungguh demi apapun baik Aiden, Arnav, Zain, ataupun Arnesh, mereka tidak menginginkan ditinggal oleh anak atau adik bungsu mereka. Walaupun mereka tahu jika masalah saat ini bukanlah masalah yang mudah, dan bisa saja diantara mereka harus kehilangan nyawa ketika dimedan pertempuran nanti.
Ryu yang mendengar perkataan Aiden pun tersenyum, “ge aku hanya meminta itu. Karena sepertinya aku mulai menyadari, target utama mereka adalah aku, jika aku bertahan maka kalian lah yang menjadi target selanjutnya, dan akhirnya kekayaan kita lah yang dia ambil. Jadi aku mohon, jika sesuatu terjadi nanti dilapangan tugas kalian adalah menghabisi bedebah itu, jangan biarkan dia hidup.” Ujar Ryu sambil keluar dari ruangan kerja.
Setelah Ryu keluar, Aiden pun mengamuk sejadi jadinya, dirinya sangat takut jika apa yang dikatakan sang adik menjadi kenyataan. Dirinya tidak ingin kehilangan sosok adik lagi, cukup dulu disaat mereka masih kecil dirinya kehilangan sosok adik karena kecerobohan dirinya sendiri.
Zain yang melihat Aiden mengamuk hanya bisa diam dan menunduk, karena dia tahu setakut apa Aiden dan dirinya kehilangan orang terkasihnya lagi. Sedangkan Arnav mencoba untuk menenangkan Aiden, walaupun dia juga tahu apa yang dirasakan sang adik, tapi ada baiknya dia untuk menenangkan adiknya itu.