02

532 23 0
                                    






.
.
.
Satu minggu sudah berlalu, semenjak perkataan Diersa tempo lalu Nala sering kali terlihat lebih banyak bersama Ryu. Hal itu membuat Diersa merasa jengkel dan marah, karena selama seminggu ini Ryu tidak bisa dia jadikan kambing hitam, sehingga dia harus bergerak lebih hati hati.

‘Sial, kenapa dia selalu bersama Ryu? Hari hariku jadi tidak menyenangkan. Dan kalau dia ga ada, pasti Felan yang selalu ada disamping Ryu. Aku harus mencari cara supaya anak sialan itu bisa aku jadikan samsak mereka lagi, dan mereka akan selalu fokus terhadapku.’ Ujar Diersa sambil menyunggingkan senyum devilnya.

“Ryu, besok niichan ada urusan tiga hari di kampus, kamu ga masalah kan kalau niichan tinggal?” Tanya Nala sambil mengelus surai Ryu, yang sedang tiduran di pahanya.

Ryu pun tersenyum tipis, “Ga apa apa, kan itu tugas onii-sama sebagai aparat organisasi jurusan. Ryu pasti baik baik aja onii-sama.” Ujar Ryu sambil mengecup tangan sebelah kiri Nala yang menganggur.

Tanpa Nala, dan Ryu sadari, Diersa mendengarkan percakapan mereka, dan tertawa puas dalam hati. ‘Akan ku buat kau pergi dari rumah ini dalam waktu tiga hari ini, dan akan ku buat Felan membencimu Ryu, sehingga tidak ada yang menghalangiku untuk mengusirmu.’ Batin Diersa sambil melangkah riang ke arah kamarnya.

Namun siapa sangka jika Nehan melihat semua gerak gerik Diersa, dirinya awalnya berada di lantai 1, namun dirinya ingat ada tugas yang harus dia kerjakan, sehingga pada akhirnya Nehan memutuskan untuk pergi kekamarnya, dan ketika ditangga tanpa sengaja Nehan melihat gerik gerik Diersa yang lumayan mencurigakan untuknya.

“Ngapain Diersa didekat kamar Ryu? Dan kenapa dia tersenyum mengerikan, apa yang sedang dia rencanakan?” Tanya Nehan ntah kepada siapa, sambil melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Sedangkan disisi lain, kini Felan sedang menatap kakaknya yang sedang sibuk membereskan sesuatu kedalam kardus. Dia tidak mengerti namun dia tahu abangnya ini pasti memiliki kegiatan lagi bersama organisasi di kampusnya.

“Kali ini berapa lama kalian pergi nii-san? Berapa hari Nala onii-san pergi ninggalin Ryu?” Tanya Felan dengan tegas.

“Kita acara tiga hari Felan, hanya tiga hari. Aku janji ga akan lebih dari tiga hari.” Ujar Fidel Mahesta, yang tiada lain adalah kaka satu satunya milik Felan.

“Tiga hari? Kau gila nii-san? Tiga hari itu berarti kita memberikan peluang besar terhadap Diersa. Aku takut aku melakukan kesalahan, dan Diersa membuat perkara terhadap Ryu, nii-san.” Ujar Felan dengan memelankan perkataan terakhirnya, sungguh demi apapun dia takut sesuatu terjadi kepada sahabatnya itu.

Fidel pun tersenyum tipis, dan mengusak surai sang adik. “Nii-san yakin semuanya akan baik baik saja. Dan nii-san berharap kamu tidak melakukan suatu kesalahan yang membuat kamu sendiri menyesal nantinya.” Ujar Fidel sambil membawa kardus menuju garasi mobil.

Fidel menghela nafasnya, ‘Ku harap semuanya tetap baik baik saja. Apa harus aku menitipikan keduanya ke Isao Kei? Hanya dia satu satunya yang ga pergi acara ini.’ Batin Fidel sambil terus melangkahkan kakinya.

Saat Fidel sudah menaruh kardus yang dia bawa, dia pun mengirim pesan ke Isao. Ya hanya Isao harapan dirinya untuk kali ini, dia tak ingin menyesal jika harus meninggalkan sosok yang dia anggap adiknya selama ini.

 Ya hanya Isao harapan dirinya untuk kali ini, dia tak ingin menyesal jika harus meninggalkan sosok yang dia anggap adiknya selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua hari Fidel dan Nala sudah mengadakan acara, mereka benar benar dibuat sibuk. Bahkan hanya untuk memeriksa notif hp pun mereka sulit. Dan selama dua hari ini pun Ryu kembali merasakan lagi namanya penyiksaan dari sang ibu.

Dan kini Ryu sedang berada di kelas karena dirinya tak mendapatkan uang saku sepeserpun, sebenarnya dia memiliki uang tabungan, hanya saja Ryu tidak pernah membawa uang tabungannya itu, bahkan tidak pernah memakainya sama sekali.

Saat Ryu sedang asik dengan pemandangan di balik jendela kelasnya, Diersa mengendap endap mendekati Ryu, tadi dia melihat bahwa Felan tidak sengaja menjatuhkan uangnya selembar berwarna merah, dan itu menjadi kesempatan Diersa untuk menjebak keduanya.

‘Akan ku buat Felan salah sangka sama kamu Ryu, dan akan ku buat anak anak memihak kepadaku. Dengan begitu kau tidak akan dipercaya oleh Felan, sahabatmu dari kecil itu sialan.’ Batin Diersa sambil menyempilkan uang itu kedalam tas Ryu.

Sungguh semuanya akan mengakui bahwa otak Diersa sama cerdasnya dengan Ryu yang selalu menjadi juara umum, bahkan juara 1 pararel. Namun sayangnya Diersa menggunakan otak cerdasnya itu untuk melakukan kesalahan kesalahan yang dimana akan menjadikan Ryu sebagai korbannya.

Bel tanda selesai istirahat pun terdengar, dan kini terlihat Felan yang masuk dengan muka berantakan, seolah sedang menahan kesal dan amarahnya. Ryu yang melihat sahabatnya itu terlihat berantakan pun menatap dengan lekat.

“Kamu kenapa Lan? Ada yang jailin kamu? Siapa?” Tanya Ryu dengan penuh kekhawatiran.

Felan menghela nafasnya, “Uang aku hilang, aku malu tadi di kantin waktu mau bayar makananku uangku ga ada disaku.” Ujar Felan dengan menahan emosinya.

Ryu pun menatap Felan dengan bingung, “Bukannya kamu selalu bawa dompet ya? Ko bisa hilang uangnya?” Tanya Ryu bingung, karena memang selama ini Felan selalu membawa dompetnya kemanapun, kenapa sekarang hanya membawa uangnya saja?

“Males bawa dompet, jadi aku bawa uangnya aja. Eh uangnya malah hilang, kamu lihat ga uang seratus ribu?” Tanya Felan sambil menatap Ryu, dan dibalas gelengan kepala oleh Ryu.

Tak berapa lama seorang guru pun masuk kedalam kelas, dan melihat anak anaknya masih belum berada di tempat duduknya masing masing. “Ada apa ini? Kenapa kalian belum duduk?” Tanya guru tersebut.

“Ini bu, uang Felan hilang katanya.” Ujar seorang teman kelasnya Ryu sambil menunjuk Felan.

“Kamu tahu uangnya hilang dimana Felan?” Tanya guru tersebut, dan dibalas gelengan oleh Felan.

“Ada yang nyuri kali bu.” Ujar Diersa sambil menatap lekat Ryu dan menyunggingkan senyum devilnya dengan tipis, bahkan saking tipisnya tidak ada yang menyadarinya.

“Nyuri? Tapi perasaan aku tadi udah aku pegang ko.” Ujar Felan sambil mengingat kejadian sebelum pergi kekantin, dan memang dirinya sangat sadar bahwa uangnya itu sudah di pegang.

“Ya kan siapa tau? Pencuri kan banyak akalnya buat nyuri uang kamu Fel, apa lagi kalau dia ga dikasih uang sama orang tuanya.” Ujar Diersa memanasi keadaan, dan Diersa semakin merasa senang ketika semua teman temannya mulai berbisik bisik dengan perkataan dirinya.

“Ya sudah kalau memang seperti itu, biar sensei yang periksa tas kalian semua. Jika terbukti ada yang melakukan pencurian maka orang tersebut ikut dengan sensei ke ruang konseling.” Ujar guru tersebut dengan mulai siap memeriksa seluruh tas anak didiknya.






Tbc

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang