20

321 20 1
                                    


.
.
.
Sebulan telah berlalu, Antoni pun sudah pulih seperti sedia kala. Namun seperti yang kalian tahu, keluarga Alfarazel tidak mengizinkan Ryu seutuhnya kembali kepada keluarga Gautama.

Dan hari ini Antonio, Ryu, Aiden, dan juga Arnesh sedang bertemu disalah satu caffe milik Aiden. Yup, Aiden membuat sebuah caffe untuk sang adik, namun karena Ryu belum mau memegang caffe itu akhirnya Aiden lah yang memegangnya.

“Bagaimana keadaan anda tuan Anton?” Ujar Arnesh basa basi.

“Seperti yang kau lihat tuan, saya sudah seperti sedia kala. Terimakasih telah merawat anak saya Ryu, tuan.” Ujar Anton sambil menatap hangat sang anak.

“Tidak perlu berterimakasih, karena Ryu adalah putra bungsu di keluarga Alfarazel, dan juga adik kesayangan saya tuan Anton.” Ujar Aiden dengan tegas.

“Benar, anda tidak perlu berterimakasih. Karena sudah kewajiban saya menjaga anak anak saya, terutama anak bungsu saya Ryuzaki Rigel Alfarazel.” Ujar Arnesh dengan tatapan mengejek.

Anton yang mendengar itu pun mengepalkan tangannya, dirinya tahu dulu dia berbuat suatu kesalahan terhadap salah satu anaknya itu. Namun apakah harus dipandang rendah oleh saingan bisnisnya?

“Walaupun begitu, Ryu tetap anak kandung saya tuan Arnesh, dan tuan muda Aiden. Jadi sudah seharusnya saya mengucapkan terimakasih kepada kalian. Dan saya akan membawa pulang Ryu kerumah kami, maka dari itu saya mengucapkan rasa terimakasih.” Ujar Anton sambil menahan amarahnya.

“Cih! Adakah seorang ayah kandung yang membuat kesalahan fatal terhadap anaknya? Membiarkan anaknya menjadi bulan bulanan anaknya yang lain, tuan? Bahkan kau tidak pernah mempercayai Ryu, dan kau lebih percaya kepada iblis sialan milikmu itu. Lalu dengan enaknya sekarang kau akan membawa adik saya kembali kedalam neraka ciptaan kalian?” Ujar Aiden dingin, sambil menatap Anton dengan tajam. Jika di anime anime mungkin sudah keluar laser dari mata Aiden.

Anton yang mendengar perkataan Aiden pun hanya bisa terdiam, Ryu yang melihat hal itu pun menghela nafas. “Tousama, bagaimanapun daddy dan gege sudah memberikan kesempatan Ryu untuk merasakan kasih sayang keluarga, dan juga mereka yang sudah memberikan Ryu kesempatan untuk hidup. Jadi Ryu rasa Ryu tidak akan meninggalkan mereka, dan Ryu akan sesekali datang kerumah tousama.” Ujar Ryu sambil menatap lekat ayah kandungnya.

Ya Ryu sudah memutuskan untuk tetap bersama keluarga Alfarazel, dan sesekali akan bertandang ke kediaman Gautama. Karena walaupun Ryu sudah berdamai dengan semuanya, namun terkadang kenangan kenangan menyakitkan itu masih ada didalam bayang bayangnya, sehingga dirinya lebih memilih untuk menjauh dari rasa sakit dimasa lalu.

“Tapi....

... Tousama, jika memang tousama masih menyayangi Ryu. Ryu mohon biarkan Ryu bersama daddy dan gege, Ryu mohon biarkan Ryu mengubur rasa sakit ini hingga benar benar hilang tousama. Yang penting kita kan masih bisa bertemu walaupun tidak 24 jam.” Ujar Ryu memotong perkataan Anton, sambil menatap sang ayah dengan penuh harapan.

“Apakah sebegitu menyakitkannya dulu kami nak? Sampai kau lebih memilih orang lain ketimbang ayahmu sendiri? Apakah kami sebegitu dalamnya membuatmu kecewa? Sampai sampai kau masih merasakan sakitnya hingga sekarang?” Batin Anton sambil menatap sendu anaknya.

Anton pun menghela nafasnya, berusaha merelakan dan menerima keputusan anaknya yang selama ini dia sakiti. “Baiklah, tousan akan menerima keputusanmu, Ryu. Tapi tousan harap kau sering seringlah bermain ke rumah, karena bagaimanapun rumah tousan tetap rumahmu juga.” Ujar Anton lirih.

“Saya permisi tuan Arnesh, tuan muda Aiden.” Ujar Antonio sambil pergi meninggalkan ketiga pemuda Alfarazel. Dan Ryu pun menatap sendu ayah kandungnya yang kini melangkah gontai meninggalkan dirinya.

Arnesh yang melihat tatapan sendu anak bungsunya pun mengelus surai sang anak, “kejarlah jika kamu menginginkan kembali kepada keluarga Gautama. Kami akan mengikhlaskan semua pilihanmu boy.” Ujar Arnesh dengan senyum tipisnya.

Ryu menggelengkan kepalanya, “Keputusanku sudah bulat dad, aku akan tetap bersama kalian, dan akan sesekali pulang kekediaman Gautama.”

“Aku memang sudah berdamai dengan mereka, namun rasa sakit itu masih sering datang ketika aku bersama mereka dad. Jadi izinkan aku tetap bersama kalian, karena hanya bersama kalian aku bisa melupakan rasa sakit itu.” Ujar Ryu lirih, dan setelahnya mengigit bibir bawahnya mencoba menahan air matanya untuk meluncur.

Aiden tersenyum mendengar perkataan sang adik, dan merangkul tubuh tegap adiknya itu. “Kalau begitu, mari kita pulang. Mommy dan abang abangmu sudah berisik, menyuruh pulang.” Ujar Aiden dengan terkekeh pelan.

Seminggu setelah pertemuan Antonio dengan Ryu dan juga keluarga Alfarazel, kini Anton sedang berdiam di balkon teras atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seminggu setelah pertemuan Antonio dengan Ryu dan juga keluarga Alfarazel, kini Anton sedang berdiam di balkon teras atas. Dirinya terus teringat dengan perkataan Ryu, sungguh rasanya ingin dirinya memutar waktu dan memperbaiki semuanya.

“Tousan, kau sedang memikirkan apa?” Tanya Diersa yang datang bersama Ayzel, dengan membawa tiga gelas minuman.

“Aku hanya sedang memikirkan salah satu kakakmu Diersa. Seandainya dulu aku adil antara kalian, dia tidak akan pernah memilih keluarga orang lain, dan menjauh dari kita. Seandainya dulu aku mencari kebenarannya dan menerima takdir atas calon adikmu, aku tak akan pernah kehilangan dirinya. Namun sekarang semuanya terlambat, dirinya lebih memilih bersama keluarga yang menjadi saingan bisnisku, dan memalingkan wajahnya dariku, dari ayah kandung biologis nya sendiri.” Ujar Anton dengan lirih namun masih dapat didengar oleh Diersa dan Ayzel.

“Sayang... Itu semua bukan hanya salahmu, tapi salahku juga sebagai ibunya. Aku terlalu menutup mata darinya sehingga aku membiarkannya selalu terluka, baik karena tanganku atau yang lainnya.”

“Tapi... Kita sekarang hanya bisa menerima keputusannya, demi kebahagiaannya. Aku tahu dia masih sangat terluka akan perbuatan kita dimasa lalu, maka dari itu biarkan dia menyembuhkan dirinya dulu bersama keluarga Alfarazel. Mungkin jika sudah sembuh rasa sakitnya dia akan kembali lagi kedalam pelukan kita sayang.” Ujar Ayzel menenangkan pujaan hatinya.

Sedangkan Diersa hanya bisa terdiam dengan menatap langit bertabur bintang, yang seakan menampakkan wajah kaka kembarnya itu. “Ryu, maafin gue. Dulu gue terlalu serakah akan kasih sayang mereka, dulu gue terlalu egois dan ingin memiliii semuanya, tanpa mau berbagi, tanpa mau melihat diri lu yang sebenarnya selalu mengutamakan diri gue. Maafin gue Ryu, jikalau ada cara untuk menebus ini semua, gue akan tebus ini semua walau harus dengan nyawa gue tebusannya. Tapi yang penting tousan dan kaasan bisa bersama lagi sama lu Ryu, asal tousan dan kaasan bisa memberikan kasih sayang ke lu lagi, seperti kasih sayang yang pernah gue rasakan.” Batin Diersa sambil menahan isak tangisnya.

Sedangkan disisi lain kini Ryu sedang bermain bersama ketiga kaka angkatnya, menikmati malam yang indah dengan momentum yang indah, bersama keluarga yang harmonis.






Tbc

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang