09

1.1K 70 2
                                    






.
.
.
Sudah tiga hari Mahes mendiami Felan, dan selama itu juga Felan tidak protes apapun, dirinya hanya terus meminta maaf kepada sang kaka. Karena Felan pun menyadari bahwa dirinya bersalah karena main kekerasan kepada Ryu.

“Gimana? Bang Mahes masih mendiami kamu Lan?” Tanya Sagara saat melihat sang sahabat terdiam tak bersuara. Dan hal itu hanya diangguki oleh Felan.

Kalan pun menghela nafasnya lelah, “Gue ga tau harus ngomong apa melihat keadaan kita sekarang, jujur gue juga kecewa sama lu Lan. Seringan tangan itu lu sama Ryu, tanpa lu mencari tahu kebenarannya. Jujur gue kecewa, tapi mau gimana lagi? Semua udah terjadi dan lu juga udah mengakui lu salah, dan bang Mahes juga udah ngasih pelajaran buat lu.” Ujar Kalan sambil menghela nafasnya.

Sungguh dirinya tak pernah habis fikir kenapa Felan yang memiliki ikatan persahabatan lebih lama, bahkan seakan mereka sudah seperti sepasang adik kaka masih bisa bisanya percaya sama permainan murahan Diersa. Tapi dirinya juga tidak bisa menyalahkan Felan seutuhnya, karena dia juga berfikir mungkin Felan melakukan itu karena sedang kalut.

“Udah, yang penting sekarang gimana caranya kita bisa ketemu Ryu dulu. Setidaknya biar lu minta maaf dulu sama Ryu, Lan. Karena kalau begini terus, lu menyesal iya, tapi lu juga ga ada jalan buat minta maaf sama Ryu atas kejadian kemarin bukan?” Ujar Raksa sambil menatap semua sahabatnya.

“Ya bener apa kata Raksa. Percuma kalau lu menyesal tapi ga minta maaf sama korbannya. Jadi mending sekarang lebih baik kita ajak bang Isao, bang Nala, sama bang Mahes buat ketemu Ryu dulu aja. Siapa tahu setelah itu bang Mahes juga bisa maafin lu.” Ujar Dafi sambil mengelus pundak Felan, dan memberikan semangat kepada Felan.

Felan yang melihat support dari keempat sahabatnya pun akhirnya tersenyum tipis, dan menganggukkan kepalanya dan langsung berdiri guna menghampiri sang kaka yang sedang bermain PS bersama kedua sahabatnya.

Saat berdiri dihadapan sang kaka, Felan pun menatap sesaat dan mengulum kedua bibirnya. “N-nii-san.” Panggil Felan pelan. Dan hanya mendapatkan tatapan sinis dari Mahesta.

Nala yang melihat Mahes masih belum mau berbaikan dengan adiknya pun menggelengkan kepalanya, “Kenapa Lan? Ada yang kamu butuhin?” Tanya Nala sambil melepaskan stick PSnya.

Felan yang melihat tatapan sinis sang kaka pun hanya bisa menyunggingkan senyum getirnya. “Lan? Are you oke?” Tanya Nala lagi.

Felan pun mengulum bibirnya saat mendengar pertanyaan Nala, dan menghembuskan nafasnya berusaha menenangkan dirinya. “Nii-san mau ikut ketemu Ryu?” Tanya Felan pelan.

“Felan sama yang lain mau ketemu Ryu, Felan mau minta maaf sama Ryu. Nala nii, Isao nii, sama nii-san mau ikut?” Tanya Felan dengan hati hati.

Mendengar perkataan Felan, Isao pun tersenyum hangat. “Kita ikut, iya kan Hes?” Ujar Isao sambil menatap tajam Mahes, dan hanya diangguki oleh Mahes.

Felan pun hanya bisa menghela nafasnya melihat Mahes masih mendiaminya, ‘Nii-san, Felan dah bikin kecewa banget ya? Apa Ryu bakal maafin Felan? Melihat nii-san yang masih diemin Felan gini, Felan jadinya takut kalau Ryu ga mau maafin Felan, nii-san.’ Batin Felan sambil menatap sendu lantai tempat dia berpijak.

“Ayo Fel, kamu nungguin apa?” Ujar Nala sambil menepuk pundak sosok yang dia anggap sebagai adiknya juga.

Felan yang mendengar teguran Nala pun langsung salah tingkah, dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah melihat semuanya bergegas, Felan pun langsung menyusul mereka setelah menutup dan mengunci rumahnya.

Sedangkan kini diruang inap Ryu hanya ada nyonya besar dan sang sulung keluarga Alfarazel, setelah kejadian dimana Ryu hampir menggelindingkan dirinya dari tangga, Altiar jadi tidak berani meninggalkan sosok yang kini sudah sah menjadi anaknya sec...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan kini diruang inap Ryu hanya ada nyonya besar dan sang sulung keluarga Alfarazel, setelah kejadian dimana Ryu hampir menggelindingkan dirinya dari tangga, Altiar jadi tidak berani meninggalkan sosok yang kini sudah sah menjadi anaknya secara negara.

Hak asuh Ryu didapatkan dengan susah payah oleh Arnesh, karena harus mengurus beberapa tahap, walau keluarga Gautama sendiri seolah masa bodoh dengan semua yang terjadi. Namun ya dengan begitu akhirnya kini Ryu sudah sah menjadi anak keluarga Alfarazel, dan Altiar berjanji akan selalu menjaga anak bungsunya itu.

Altiar melihat Ryu masih memejamkan matanya, namun dia menyadari sesuatu bahwa anak bungsunya itu sedang menangis dalam diamnya. Dan itu dapat dibuktikan dengan derai air mata yang jatuh diujung kedua mata anaknya.

“Boy, apa yang membuatmu menangis? Apa yang kamu rasakan sayang?” Bisik Altiar sambil menghapus air mata Ryu disudut mata kanannya, sambil mengecup kening putra bungsunya.

‘Nala nii, gomen, gomennee. Ryu rindu nii-sama, rindu Mahes nii-san, rindu sahabat sahabat Ryu juga. Tapi Ryu ga bisa kemana mana nii-sama, bahkan sekarang Ryu ga bisa lepas dari tabung oksigen sialan ini nii-sama. Ryu bener bener kangen kalian, tapi kayaknya kalian sudah bahagia ya? Buktinya daddy Arnesh udah sah jadi ayah Ryu secara negara, Ryu sudah bukan anak ayah Antoni lagi nii-sama.’ Batin Ryu sambil mengatupkan kedua bibirnya.

Jika kalian berfikir Ryu tidak tidur itu benar, Ryu hanya menutup matanya sambil meratapi jalan hidupnya yang dimana sekarang dia berfikir kedua orang tuanya benar benar membuang dirinya. Dan dirinya berharap abangnya, sudah bebas tanpa harus terus berfikir bagaimana caranya melindungi dirinya.

Disaat semuanya terdiam, terdengar ketukan pintu dari arah luar. Sehingga Arnav yang niatnya hendak tidur, jadi mengurungkan niatnya dan membuka pintu. Setelah melihat siapa yang datang Arnav mempersilahkan mereka masuk.

“Za, liat siapa yang datang dek.” Ujar Arnav dengan lembut dan mengecup kedua mata sang adik, hingga mau tidak mau Ryu pun bangun dan menatap garang kaka pertamanya.

Arnav yang melihat adiknya merajuk pun tersenyum geli, “Mereka datang untukmu boy, kamu ga kangen mereka?” Tanya Arnav sambil menaikkan sebagian ranjang Ryu, sehingga posisinya sekarang Ryu bisa setengah duduk.

Ryu yang melihat mereka datangpun langsung menggenggam tangan Arnav dengan kuat, berharap sang abang tidak meninggalkannya. Dan Arnav yang memahami ketakutan sang adik pun langsung naik ke ranjang yang kebetulan cukup untuk dua orang dan duduk dibelakang sang adik, menopang tubuh ringkih adik bungsunya itu.

“Apa kabar otouto?” Tanya Nala sambil menyunggingkan senyum getirnya.

Sungguh dirinya iri melihat Arnav, bagi Nala Arnav adalah orang asing untuk sang adik, tapi kenapa adiknya begitu tak ingin dipisahkan dengan Arnav? Dan kenapa perlakuan Arnav begitu lembut, seolah Ryu adalah barang yang mudah pecah. Sungguh perlakuan Arnav lebih lembut ketimbang dirinya dulu saat Ryu masih ada untuk dirinya, bahkan berkali kali Nala sering meninggalkan adiknya dan lebih mementingkan kepentingan dirinya sebagai aktifis kampus.

“R-Ryu baik onii-sama.” Ujar Ryu sambil memainkan jari Arnav, Arnav yang melihat kelakuan adiknya hanya bisa tersenyum tipis.


Tbc

Ryuzaki Rigel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang