.
.
.
Setelah dua jam Felan dkk, dan Mahesta, Isao, serta Nala bermain bersama Ryu. Kini mereka hendak kembali, dan mereka sudah tahu bahwasannya Ryu akan dibawa terbang besok ke China oleh keluarga angkatnya.“Bang, tolong jaga Ryu untuk gue. Gue tahu orang tua lu ga pernah bilang sama nyokap bokap gue kalau dia ada ditangan kalian, dan kalaupun bilang orang tua lu tau kalau nyokap bokap gue ga akan pernah mau melepas Ryu karena bagi mereka Ryu adalah pelampiasan emosi mereka. Dan lu pasti tau adik gue yang lain bakal ngelakuin apapun supaya dia ga kehilangan mainannya. Tapi gue bersyukur sekarang, Ryu ada ditangan kalian, yang bisa gue liat kalau kalian benar benar menyayangi Ryu. Tapi gue bolehkan bilang gue minta lu jagain Ryu demi gue?” Ujar Nala sambil menatap Arnav lekat.
Arnav pun menghela nafasnya, “Tanpa lu minta, gue bakal jagain adik gue. Mungkin lu mikir Ryu adalah adik angkat gue, tapi bagi gue Ryu adalah adik gue, sama seperti Zain dan Aiden. Dan lu bisa liat Aiden yang awalnya adalah anak bungsu, dia begitu bahagia punya adik, dan maka dari itu gue bakal jagain dengan baik apa yang membuat Aiden bahagia. Gue ga kayak Nehan dan lu, yang cuma bisa menyayangi salah satu dari kedua adik kalian, gue bakal menyayangi semua adik adik gue tanpa harus melihat latar belakangnya.” Ujar Arnav dengan tegas, sambil menatap tajam Nala.
“Dan satu lagi, jangan pernah usik ketenangan dan kebahagiaan adik gue. Gue ga mau dia terus terbayang bayang kelakuan kalian sama adik gue, terutama lu, Felan Theodore. Lebih baik lu lupain Ryu, dan jangan berharap Ryu kembali dalam pelukan kalian, karena gue takut adik gue mengalami hal sial, seperti selama dia bersama kalian.” Ujar Arnav sambil menatap sinis semuanya, dan masuk kembali kedalam ruang inap Ryu dengan menutup pintu dengan tidak santai.
Isao pun menghembuskan nafasnya, dan manatap lekat semuanya. “Ikuti apa yang dibilang Arnav, karena kekuasaan dia lebih tinggi dibandingkan ayah gue, bokap lu, dan bokapnya Mahes. Biarkan Ryu bahagia dengan lembaran baru hidupnya, dan kita juga harus bisa menjalani hidup tanpa Ryu. Dan dengan ini, pertemuan Ryu dengan kita berakhir, kalian boleh berharap tapi jangan memaksa.” Ujar Isao sambil melenggang pergi meninggalkan ruang inap Ryu, dan diikuti oleh semuanya dengan perasaan yang berkecamuk.
Sedangkan kini didalam ruang inap Ryu terlihat Ryu yang sudah bisa menerima semuanya, karena ucapan sang abang. ‘Hiduplah bahagia, tanpa harus merasa terbebani dengan kehidupan kemarin atau yang telah lalu. Nii-san yakin mereka sangat menyayangimu, maka dari itu lupakan keluarga kita yang selalu menyakitkan kamu otouto, dan terimalah mereka sebagai keluargamu.’ Kira kira itulah yang diucapkan Nala sebelum pergi meninggalkannya.
“Mau main?” Tanya Aiden sambil memberikan handphonenya untuk dimainkan oleh adiknya.
“Makasih nii-sama.” Ujar Ryu lirih sambil meraih handphone sang abang.
Namun Aiden yang mendengar panggilan Ryu pun menahan handphonenya, dan menggelengkan kepalanya. “Jangan panggil nii-sama, tapi panggil nii-san, atau gege.” Ujar Aiden sambil tersenyum manis, dan mengusak surai sang adik.
Jujur Aiden sangat tidak suka dipanggil nii-sama, karena menurut Aiden itu terlalu formal dan kaku. Aiden ingin adiknya itu lebih santai dengannya, dan kedua kakanya. Sehingga akhirnya dia pun memberikan protesnya.
Ryu yang mendengar itu pun terkekeh pelan, “Iya gege, makasih ya.” Ujar Ryu sambil tersenyum manis dibalik masker oksigennya.
Dan hari pun sudah beranjak menjadi malam, dan sang kepala keluarga Alfarazel baru saja pulang ke ruang inap sang putra bungsu. Dan saat melihat keempat putranya yang asik dengan tontonan mereka, dan Ryu yang berada dalam dekapan putra keduanya pun menghampiri anak anaknya dengan menghalangi layar TV yang menjadi fokus anak anaknya.
“Haish, DADYYYY kau menghalangi tontonan adikku Dad!” Ujar Aiden sambil menarik tubuh sang ayah. Sedangkan Ryu hanya tersenyum geli melihat sang kaka yang berusaha menarik tubuh tegap ayahnya.
Arnesh yang melihat itupun merajuk dengan memajukan bibirnya beberapa centi, dan secara otomatis Zain, dan Arnav bergidik ngeri melihat kelakuan sang ayah yang tidak ada lucu lucunya. Dan Ryu hanya menggelengkan kepalanya, merasa lucu dengan apa yang dia lihat.
Arnav yang melihat kelakuan tiga anaknya pun berusaha acuh, dan menghampiri anak bungsunya, dan segera menggendong sang anak. “Bagaimana keadaan anak daddy ini? Apa yang sekarang kamu rasakan son?” Ujar Arnesh sambil menatap wajah anak bungsunya yang masih pucat.
“Ryu baik dad, terimakasih sudah mengkhawatirkan Ryu.” Ujar Ryu sambil memeluk tubuh tegap ayah angkatnya itu, dan menyembunyikan mukanya diceruk leher sang ayah.
Arnesh yang merasakan lehernya basah pun paham kalau Ryu lagi lagi menangis, “Jangan ucapkan terimakasih boy, daddy, bubu, dan abang abangmu akan selalu mengkhawatirkan dan menjaga dirimu sayang. Kau adalah raja kecilnya daddy, bubu, dan abang abangmu sunshine nya Alfarazel.” Ujar Arnesh sambil mengelus pundak dan juga surai Ryu.
Altiar yang melihat hal itu pun menghampiri sang suami dan juga anak bungsunya, “Udah sayang, jangan nangis nanti anak bubu susah nafas lagi loh ya? Walaupun menurut orang lain Ryu adalah anak angkat daddy dan bubu, tapi rasa sayang bubu dan daddy sama kayak ke anak anak bubu yang lain. Kalau Ryu nangis, itu membuat bubu juga merasakan sakitnya sayang.” Ujar Altiar sambil mengecup pucuk kepala anaknya itu.
Arnav, Zain, dan Aiden yang melihat itu bukan merasa cemburu, iri ataupun perasaan negatif lainnya. Mereka malah tersenyum bahagia, mereka berharap Ryu dapat merasakan kasih sayang full dari semuanya, bahkan mereka sudah menanamkan pada diri mereka bahwa diatas segalanya masih ada adik mereka, dan prioritas mereka bukanlah kesibukan mereka, tapi adik bungsu mereka.
Sedangkan Ryu yang meraskan kehangatan keluarga yang dia rindukan itu, merasa ingin menangis karena akhirnya kini dia merasakan lagi walaupun harus dengan keluarga angkatnya bukan keluarga kandungnya. Dia mengucapkan beribu terimakasih dalam hatinya, sambil memeluk erat sosok gagah yang kini menjadi ayahnya.
Arnav yang melihat adiknya semakin terisak pun bangun dan mengelus pundak sang adik, “Hei, adeknya gege kenapa? Jangan terlalu larut nangis nya sayang, kita istirahat dulu yu. Sama gege, biar daddy mandi dulu, bau.” Ujar Arnav sambil terus mengelus pundak sang adik.
Ryu yang mendengar perkataan sang kaka pun menatap Arnav, “Da-daddy... ga ba-bau gege...” Ujar Ryu sambil terisak dan menggelengkan kepalanya tanda tak mau melepas sang ayah.
Arnav yang melihat adiknya tak mau berpindah pun hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, Arnesh yang melihat putra sulungnya pun menahan tawanya. “Sudah son, biar adikmu sama daddy. Daddy bisa bersih bersih nanti ko.” Ujar Arnesh sambil menyunggingkan senyumnya.
Sangat sweet bukan keluarga cemara ini?
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Ryuzaki Rigel ✓
JugendliteraturAku tahu, dunia ini tak ada kata adil, tapi aku juga yakin jika diluaran sana pasti ada yang bisa mensyukuri kehadiranku. . . . Jika kalian ingin membuangku, aku terima, tapi jika sekarang kalian ingin kembali lagi, maaf aku sudah lelah dengan segal...