Jatuh hati?

1.3K 186 12
                                    

Di mobil nabila hanya terdiam saja. Dirinya hanya pasrah, yang entah akan di bawa kemana dirinya dengan pria tersebut.

Tapi, saat mobil itu berhenti. Nabila merasa heran. Mengapa mobil itu berhenti tepat di depan kantor polisi.

"Mau ngapain kesini?. Saya ga berbuat kriminal loh". Nabila.

"Ikut saya". Paul membuka sabuk pengaman nya itu dan langsung turun tanpa menjawab pertanyaan nabila yang sedang bingung Mengapa mereka berdua berada di depan kantor polisi.

Nabila pun hanya mengikuti langkah Paul. Ketika, mereka berdua sudah berada di dalam. Nabila terkejut melihat putri. Yap, salah satu anak didik nabila yang kini sedang tertunduk dengan wajah sedih nya di bangku kantor polisi tersebut.

"Putri?". Ucap nabila. Dan nabila pun langsung menghampiri putri. "Hey, putri kenapa bisa disini nak?". Saat mendengar suara nabila. Putri langsung mendongak ke depan wajah nya dan memeluk nabila dengan erat.

"Putri takut bunda hiks hiks hiks.. putri ga salah, putri cuma di suruh sama bapak hiks hiks hiks". Tangisan bocah kecil.

Dan bagaimana putri bisa menghubungkan Paul?. Inget, kejadian putri di hampiri oleh bapak nya di rumah singgah itu dan di tolong oleh Paul?. Ya disitu, Paul memberikan nomor hp Paul kepada putri di salah satu buku sekolah putri untuk berjaga jaga. Dan benar saja, Paul tidak sia sia memberikan nomor hp tersebut ke putri.

"Husttttt tenang ya. Udah ada bunda ko". Nabila tidak mau menanyakan hal hal lain dulu. Karena bocah itu sedang ketakutan.

Sedang kan Paul yang langsung menghadap polisi untuk memberikan masalah yang ada. Dia kini sudah balik lagi dan melihat putri menangis sambil memeluk nabila.

"Hey cantik, udah gpp ko. Ga usah takut lagi ya". Ucap Paul sambil berjongkok di depan nabila putri yang kini sedang duduk di kursi itu.

Nabila putri pun melepaskan pelukan nya satu sama lain. "Putri ga mau di penjara om. Putri ga salah, putri disuruh sama bapak hiks hiks hiks". Putri dengan wajah yang masih ketakutan

"Iya om tau dan pak polisi pun percaya. Jadi, putri udah boleh pulang". Paul.

"Putri ga mau pulang ke rumah, putri takut sama bapak hiks hiks hiks". Anak kecil yang malang. Baru umur beberapa tahun, namun ujian di hidup nya begitu besar.

Dari sudah tidak memiliki ibu sejak bayi. Dan dirinya hanya tinggal bersama bapak nya, yang setiap hari menyiksa bocah itu dengan cara manapun.

"Yaudah, putri ikut bunda nab mau ?. Putri tinggal di sana dulu sementara waktu". Ucap nabila.

"Tuh, kata bunda nab. Putri ke rumah nya aja. Jadi, ga usah khawatir lagi ya". Paul menghapuskan air mata putri dengan lembut dan membuat nabila tertegun dengan perilaku Paul dengan putri sangat amat hangat.

"Semua nya udah beres?. Pergi aja yuk dari sini, putri kaya nya ketakutan banget". Nabila.

Paul pun hanya menganggukan kepala nya saja. Dan langsung menggendong bocah itu dengan hati hati.

Setelah di mobil kembali, putri meminta di pangku oleh nabila. Dan mata putri yang sudah sangat lelah karena menangis terus menerus. Ia pun tertidur dalam pngkuan nabila.

"Ada apa?". Tanya nabila kepada Paul yang meminta penjelasan Mengapa anak didik nya itu bisa berada di kantor polisi.

Paul pun menceritakan dengan rinci kejadian itu.
"Putri di tuduhan sama bapak nya sndiri nyopet disaat dia lagi ngamen. Padahal, dompet hasil curang itu dari bapak nya sendiri. Dan bapak nya entah kabur kemana". Paul.

"Astagfirullah ". Ucap nabila dan langsung melihat wajah bocah kecil itu. Entah, seberat apa ujian anak kecil itu membuat nabila iba dan terlebih lagi dengan Paul.

"Kalau kamu keberatan numpang putri di kamu gpp nab. Biar saya aja". Paul.

"Ga sama sekali, karena secara tidak langsung.  Putri adalah tanggung jawab saya karena dia anak didik saya". Jawab nabila dengan mata yang tiada henti henti nya menatap ke arah putri yang sedang tertidur itu.

"Saya ingin memperoses bapak nya putri. Agar kejadian ini tidak terulang lagi, dan membuat dia jera". Paul.

"Lakuin aja, saya setuju". Ucap tegas nabila karena sudah merasa bahwa itu adalah hal yang sudah keterlaluan.

Paul hanya menganggukan kepala nya bertanda dia mengerti. Setelah itu, di mobil itu hening kembali karena nabila yang juga lelah seharian ini membuat nya tertidur di mobil itu sambil memangku dan memeluk putri yang kini juga tertidur.

Paul yang sedang fokus menyetir dan sesekali melihat ke sampingnya membuat nya tersenyum kala melihat nabila tertidur sambil memeluk putri.

"Apa ini rasanya kalau punya keluarga kecil yang bahagia?". Pertanyaan Paul dan yang tidak di sadari oleh Paul, tangan paul terulur untuk mengusap puncak kepala nabila yang terbalut dengan hijab nya itu.

"Lah, kenapa gua jadi terbawa suasana kaya gini?". Ucap pelan Paul dan tersadar apa yang ia lakukan itu. Paul pun menarik tangan nya kembali dan membiarkan nabila tertidur sambil memangku Dan memeluk putri.

Saat mobil itu sampai di depan rumah nya nabila. Paul melihat ada sebuah mobil yang tak asing bagi Paul.
"Rangga?. Ngapain dia disini?". Paul mengenali mobil teman nya itu yang entah sejak kapan pemilik nya berada di  rumah nabila.

Nabila putri yang kini masih tertidur dengan pulas. Paul pun melirik ke arah mereka. Dan tangan paul terulur kembali memegang puncak kepala nabila. "Hey, nab bangun yuk. Kita sudah sampai di rumah kamu". Ucap lembut Paul agar putri tidak terbangun.

Nabila yang merasakan ada tumpukan di atas kepala nya itu. Ia pun terbangun, ternyata tangan paul yang berada di atas kepala nabila.

Ketika nabila sudah membuka mata nya. Paul langsung menarik kembali tangan nya dari kepala nabila.

"Ga usah di bangunin. Biar saya aja yang gendong dia ke dalam rumah kamu". Ucap Paul ketika nabila ingin membangunkan tidur nyenyak nya putri. Dan Paul melarang nya.

Paul pun turun duluan dari mobil. Lalu membuka pintu mobil nabila dan menggendong putri.
"Kenapa?". Tanya Paul ketika nabila meringis kesakitan karena memangku putri sepanjang jalan.

"Pegel". Jawab nabila.
"Duduk aja dulu beberapa menit, takut nya kram". Paul pun berdiri sambil menggendong putri yang masih tidur sambil menunggu nabila merenggang kan pinggang pinggang nya.

Setelah itu, mereka pun berjalan masuk ke arah rumah nya nabila. Mereka datang selayaknya keluarga kecil bahagia yang seperti sedang berkunjung ke rumah nenek kakek anak anak mereka.

"Assalamualaikum". Ucap Paul nabila secara bersamaan. Dan betul saja, disana ada rangga yang sedang asik mengobrol dengan abah dan umah nya nabila.

"Wa'alaikumsalam.. alhamdulillah sampe juga". Umah.

"Maaf ya tante, bawa nabila pulang nya malem". Ucap Paul sambil salim kepada umah nya nabila.

"Gpp, tapi ini siapa?". Umah salfok dengan anak kecil yang di gendong oleh Paul.

"Putri umah, salah satu anak didik nab yang ada di rumah singgah. Mas paul maaf boleh minta tolong taruh putri ke kamar saya ga?". Nabila.

"Boleh, biar sekalian aja. Dimana kamar nya?". Paul.

"Ada di sebelah kanan paling pojok". Nabila mengarahkan kamar nya. Dan Paul pun menganggukan kepala nya bertanda bahwa dia mengerti.

"Hai nab'. Sapa rangga.
"Hai kak, dari tadi ya disini?". Nabila.
"Lumayan lah.. abis kemana sama Paul?". Rangga.

"Ada urusan.. oh ya, kenapa ke rumah?". Nabila.

"Tunggu sebentar,  kita nunggu Paul ada di tengah tengah kita dulu ya". Abah nya yang menjawab. Dan mereka semua pun duduk di sofa tersebut sambil menunggu Paul.

Sedang kan Paul sudah menaruh putri di kasur milik nabila. Dan kini, Paul melihat lihat kamar rapih dan wangi itu. Dan Paul salfok dengan foto nabila yang sedang memainkan gitar, di kamar itu juga ada gitar berwarna putih.
"Seniman banget dia". Ucap Paul sambil tersenyum dan dirinya pun keluar dari kamar tersebut.  Lalu, melihat semua ira masih kumpul disana.

Entah, apa yang ada di bicarakan oleh abah nya nabila. Dan mengapa disana juga ada rangga?.

Menata CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang