Hancur

1.4K 201 22
                                    

Paul saat ini benar benar hancur. Apa yang di inginkan oleh david itu terlaksana.

Paul hancur ketika dirinya melihat sebuah darah yang mengalih di tubuh nabila yang membuat paul kecamuk. Apa lagi wajah nabila yang sangat amat pucat karena menahan sakit di sebabkan tusukan pisau tersebut.

Sejak selesai operasi, paul terus saja berada di samping nabila yang belum sadarkan diri.

Mata paul tak pernah lepas dari wajah pucat sang istri dan tangan nya selalu ia genggam tangan istri nya yang memakai infusan itu.

"Mas, nab haus". Perlahan mata nabila terbuka dan langsung merasakan haus di tenggorokan nya itu karena sudah 10 jam dari operasi itu nabila tertidur sampai akhir nya ua terbangun.

Paul tersenyum mendengar suara nabila dan ia langsung mengambilkan air minum tersebut lalu membantu nya untuk minum.

Setelah minum, nabila membaringkan tumbuh nya kembali. "Sayang, maaf. Aku gagal lagi jaga kamu". Ucap paul dengan nada bersalah nya dan mata nya sudah berkaca kaca.

Nabila pun melepaskan selang pernafasan itu yang membuat nabila tak nyaman. "Husttt, engga mas. Ini musibah. Bukan salah mas". Nabila.

"Tapi bahu nab sakit mas". Rengek nabila yang masih merasakan sakit bekas tusukan itu di bahu nya.

"Mau aku panggilin dokter?". Nabila hanya menganggukan kepala nya saja. "Yaudah, tunggu sebentar". Paul pun langsung pergi keluar untuk memanggil dokter maupun perawat tersebut.

Sedangkan rangga dan fitri masih mengurus giska dan david yang kini sedang menjadi alasan nabila terbaring di rumah sakit itu.

Setelah dokter memeriksa keadaan nabila. Ternyata, rasa sakit yang di alami nabila itu karena obat bius nya sudah hilanh membuat luka itu terasa perih.

Namun, dokter pun langsung memberikan obat peringan nyeri itu. "Masih sakit heum?". Tanya paul dengan lembut.

"Udah mendingan ko". Nabila.
Paul tak pernah meninggalkan nabila sedikit pun. Rasa khawatir nya tetap ada walaupun, di depan pintu kamar rawat nabila sudah di jaga oleh orang suruhan paul. Namun, hati paul tetap tidak tega meninggalkan nabila.

"Mas, fitri sama kak rangga mana?". Nabila mencari 2 orang itu yang tak terlihat semenjak ia bangun.

"Mereka berdua lagi ngurus giska dan david. Kenapa?". Paul.

"Mereka suruh balik kesini aja. Ga usah nyari mereka. Aku gamau mereka kenapa napa. Suruh pihak yang berwajib aja yang ngurusin semua nya". Nabila.

"Tenang sayang, mereka akan baik baik aja. Karena, mereka di kelilingin sama pihak kepolisan yang ada disini. Tapi, katanya mereka berdua udah pindah negara. Dan semoga aja, pihak kepolisian bisa melacak keberadaan mereka berdua". Penjelasan paul yang tadi ia sempat mendapatkan informasi soal itu dari rangga.

"Suruh kesini aja mas. Please". Nabila dengan nada memohon nya karena khawatir dengan kedua orang baik itu yang sudah memihak kepada nya itu.

"Iya tenang, nanti aku suruh mereka kesini ya". Paul.

"Mas, nab mau pulang aja. Nab udah gamau disini". Nabila seperti nya sudah tak ingin berada di negara itu.

"Iya nanti kita pulang. Tapi, nunggu kamu pulih dulu ya". Paul.

"Besok ya?". Nabila.
"Engga bisa sayang. Kamu baru aja operasi. Mungkin, 5-6 hari lagi kita bisa pulang ke Indonesia. Kamu masih dalam pemulihan". Paul.

"Gamau, nab mau nya besok aja pulang. Nab udah gamau disini". Rengek nabila yang benar benar tak mau lagi berada disana.

"Hustttt hey dengerin mas". Ucap paul sambil memegang puncak kepala istri nya sambil sesekali mengusap nya dengan lembut. "Mas ga mungkin bawa kamu pulang besok, sangat beresiko sayang". Paul berusaha membuat nabila mengerti.

Menata CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang