berhenti di kamu

1K 164 51
                                    

Suasana semakin menegang melihat kondisi nabila semakin parah. Bahkan, kata dokter pun hanya 10% saja nabila bisa bertahan.

Karena, pembulu darah yang ada di otak nya itu semakin parah karena benturan benturan yang nabila alami itu.

Paul mengambil air wudhu untuk sholat isya di dalam kamar rawat istri nya itu. Setelah sholat, paul duduk di di kursi samping kasur brankar rumah sakit itu.

Tangan kiri paul berada di genggaman tangan nabila dan tangan kanan nya memang Al -Qur'an yang ia pinta dengan perawat tadi.

Paul membaca ayat Al - Qur'an kesukaan nabila. Yaitu, surah At - taubah dan paul membaca nya dengan fasih. Walaupun sedikit terbata bata karena menahan sesak di dalam dada nya.

Paul terus melantunkan surah tersebut. Sampai akhir nya, mata nabila terbuka kembali. Dan tersenyum melihat suami nya itu yang setia di samping nya.

Paul tidak sadar bahwa istri nya itu sudah membuka mata nya dan memperhatikan dan mendengarkan suami nya itu yang sedang mengaji.

Sampai akhirnya, paul selesai mengaji dan melihat ke arah istri nya sudah terbangun.

"MasyaAllah suami nab". Lirih nabila sambil membuka alat oksigen itu yang menutupi hidung dan mulut nya.

"Hei kenapa di buka?. Pake lagi ya". Paul mencoba terlihat baik baik saja. Walaupun, paul sedang mengalami ke khawatirin yang tiada henti.

Nabila hanya menggelengkan kepala nya saja. Dan tangan nya kini melayang ke pipi suami nya untuk ia pegang dan ia elus.

"Kamu mau apa heum?. Mau minum?". Tanya paul suara nya sudah bergetar karena menahan tangisan nya itu.

"Gamau, nab cuma pengin sama mas aja". Paul melihat nabila saat itu sangat amat cantik. Bahkan, lebih cantik pada biasa nya. Walaupun, tanpa polesan makeup sedikit pun.

"Iya, ini mas disini. Mas ga kemana mana. Mas sama nab sayang". Paul menahan tangan nabila yang berads di pipi nya itu dan sesekali telapak tangan nabila ia ciumi.

"Boleh nab ngomong sama mas?". Tanya nabila yang sekuat tenaga nya bicara.

"Ngomong apa sayang?. Mas dengerin kok". Paul.

"Boleh nab bawa ade sama nab?". Pertanyaan itu seperti berada di mimpi paul ketika paul waktu itu bermimpi tentang nabila.

Paul mencoba tenang dan berfikir positif. "Nab sama ade mau kemana?. Mas ko ga di ajak si heum?". Air mata paul sudah keluar. Paul sudah bertanya pada dirinya sendiri. Apa ini terakhir kali nya dirinya akan mengobrol dengan istri nya?.

"Mas jangan ikut, nanti yang jagain mamah sama umah siapa?. Nab, cuma punya mas untuk nitipin mereka". Paul sudah sangat amat lemas, mimpi itu seakan akan seperti nyata saat ini. Perkataan nya benar benar sama.

"Sayang mau kemana heum?". Paul.
"Jangan nangis. Nab ga suka mas nangis". Sambil menghapus air mata suami nya itu dengan lembut.

"Bertahan ya". Sesak paul sudah tak tahan lagi.

"Nab cape, nab sakit. Rasanya, kepala nab sakit banget. Badan nab pada sakit semua mas". Nabila yang sedari tadi menahan rasa sakit nya itu. Nabila berusaha kuat. Tetapi, air mata nya jatuh juga. Karena, rasa sakit yang di kepala nya terus menyerang dirinya.

"Mas panggilin dokter ya?. Mau ya?". Paul.

"Jangan, nab gamau ada siapa siapa disini. Nab cuma pengin disini ada mas dan nab aja. Sini, bobo bareng sama nab, nab pengin di peluk sama mas. Nab kangen mas". Nabila.

Tanpa banyak bicara lagi, paul pun langsung naik ke atas brankar itu. Dan paul membawa tubuh istri nya itu ke dalam dekapan nya.

"Nab kangen di elus elus kepala nya sama mas". Wajah nabila yang kini sudah berada di depan dada bidang paul . Dan paul pun langsung melaksanakan apa yang istri nya mau.

Menata CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang