***
"Ibu dan ayah beneran, mau pulang sekarang? Padahal kan Rhea masih kangen," Ujar Rhea sedikit manja.
Berjalan menuju teras depan rumah untuk mengantar kepergian ayah dan ibunya yang akan kembali ke Bandung.
"Ibu harus mengurus adikmu juga, Rhe. Sebentar lagi kan Ardan mau masuk kuliah. Ayahmu juga besok sudah kerja lagi kan." Rhea mengangguk, paham. Membenarkan perkataan ibunya.
"Ayah titip Rhea, Ga.! Jaga dia dengan baik dan perlakuan sebagaimana seharusnya seorang suami dalam memperlakukan istrinya. Jangan pernah biarkan dia sendirian" Pesan Abimana pada menantunya itu."Ayah percaya sama kamu" sambungnya lagi. menepuk bahu lebar Arga, pelan.
Arga terdiam sesaat. Dia melirik Rhea sekilas yang masih bergelung nyaman dalam pelukan Ratna, lalu membalas melalui anggukan kecil. Meski dia sendiri sebenarnya tak begitu yakin bisa menjalankan amanah dari ayah mertuanya. Apalagi, mengingat hubungan keduanya yang tidak baik-baik saja, seolah menjadi hal mustahil baginya untuk melakukannya.
"Iya, yah. kalau ada waktu, ayah dan ibu juga sering-sering mampir kesini, pintu rumah pasti akan selalu terbuka kapanpun buat ayah dan ibu,"
Abimana tak lantas mengiyakan, melainkan hanya tersenyum penuh arti yang bahkan Arga sendiri belum menyadari sama sekali .
"Ibu jangan lupa ngasih kabar ya kalau sudah sampai rumah sama ayah."
"Pasti Nduk, Kamu juga, jadi istri harus nurut sama suami mu, jangan suka ngebantah apalagi ngedumel. Ingat suami adalah surganya istri" Kini gantian Ratna yang menasehati putrinya.
"Iya Bu, perasaan ibu juga pernah bilang kayak gitu deh waktu acara nikahan dulu! " Protes Rhea dengan bibir mengerucut.
"Ya gapapa kan kalau ibu ngingetin lagi, biar kamu itu bisa jadi istri yang sholehah," timpal Ratna, memencet hidung pesek putrinya pelan seraya tertawa kecil. Bukannya senang, Rhea justru merasa muak dengan semua sandiwara dimainkannya. Dimana dia harus berperan sebagai seorang istri dari pria menyebalkan itu dan pura-pura bahagia diatas penderitaannya sendiri.
"Taksinya sudah datang, yah."
Beritahu Arga, begitu melihat kendaraan yang dipesannya secara online, baru saja tiba dan berhenti tepat di halaman rumahnya. Dengan sigap pula, sang supir yang mengenakan seragam biru turun dan membantu menaikkan koper Abimana juga Ratna kedalam bagasi.
"Kalau begitu Ayah dan ibu pulang dulu!" Pamit Abimana, untuk terakhir kalinya.
Sebelum orang tuanya memasuki taksi, Rhea menyempatkan mencium tangan Abimana dan Ratna dengan takzim dan memeluknya erat, begitu juga yang dilakukan oleh Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲 [ TERBIT ]
SpiritualPernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Argadana Bramantyo dan Rheana Elmira yang justru menganggap i...