Shaka Alden Fellino

55 4 0
                                    

Tepat hari adalah hari Senin yang dimana adalah hari paling memalaskan bagi seorang siswa karena harus panas-panas untuk melakukan upacara. Memang ini adalah acara sakral dan wajib dilakukan sebagai penghormatan terhadap pahlawan terdahulu, karena merekalah kita bisa merasakan damai dan tidak ada lagi namanya penjajah di Indonesia.

Shaka berada di barisan paling belakang diantara banyak siswa. Tidak keliatan sih di depan sana ngapain aja, terlebih dia duduk di kursi roda sangat menyusahkan nya untuk melihat ke tengah lapangan.

Hampir 30 menit di habiskan akhirnya upacara pun selesai. Semua siswa-siswi bubar untuk ke kelas masing-masing, Shaka memutar roda nya untuk ke kelas untung saja kelas berada di lantai satu jadi tidak terlalu sulit untuk kesana.

Belum sampai masuk kelas ada seseorang menahan kursi roda nya dibelakang. Shaka memutar badan nya, seseorang sedang tersenyum remeh kepada nya. Shaka menelan ludah kasar, perasaan tak enak pun muncul. Mau apa dia? Apa ingin mengganggu nya lagi, jantung Shaka terasa berdebar kencang seiring rasa takut melanda.

"Halo, gimana kabar lo? Cuaca hari ini cerah ya? Gimana kalo kita buat sesuatu biar makin cerah!" Shaka menggeleng cepat berusaha melepaskan tangan pemuda itu dari kursi roda nya. Memberontak sekeras apapun tenaga nya tetap kalah, Shaka tidak mungkin hanya pasrah begitu saja.

"Jangan berontak dong. Kita bakal ajak lo main ini, masa mau pergi!"

"Ayo guys kita ajak si lumpuh ini main. Kasihan banget dia sendirian," mereka tertawa bersama lalu membawa Shaka pergi dari keramaian. Siswa yang melihat Shaka hanya terdiam tidak sedikit berminat untuk membantu.

Mereka tidak perduli anak itu mau diapakan dengan segerombolan anak tukang bully itu. Tak mau ambil masalah juga kalau ujung-ujungnya mereka bakal kena, cari aman aja.

"Berhenti, kalian mau bawa aku kemana. Aku mau ke kelas!" teriak Shaka terus memukul tangan pemuda yang mendorong kursi rodanya.

Brakk

Kursi roda Shaka di dorong keras sampai Shaka jatuh ke aspal membuat lutut nya terluka. Shaka meringis sesaat, rasa perih tak bisa ia tahan.

"Gimana kita main disini? Di jamin Lo bahagia nanti!" Shaka menggunakan tangannya untuk meraih kursi roda tapi malah di jauhkan oleh ketiga anak itu.

§§§

Shaka menangis keras di tempat ini, tubuhnya sudah penuh luka, baju nya kotor dengan tanah dan segala sampah yang mereka lempar kan kepada nya. Kakinya juga ada luka bakar karena dengan sengaja mereka menaruh kayu yang sudah dinyalakan, dimatikan apinya bekas bara itu ditempelkan dikakinya.

"Sakit ...." Shaka sudah tidak kuat untuk mendekati kursi roda berada jauh dari jangkauannya. Mereka meninggalkan nya dengan sengaja setelah melakukan itu semua.

.

"Gimana kita main disini? Dijamin lo bakal bahagia nanti!" Shaka tidak mau dia tetap berusaha meraih kursi roda nya mengesot dengan menggunakan kedua tangannya. Sebisa mungkin dia harus lari dari mereka bertiga, Shaka yakin kata main yang pemuda didepannya bilang lain dan itu akan membuat dirinya tersiksa.

Sedikit lagi dia mencapai tarikan kuat pada kaki membuat dia terlempar begitu keras. Kepala nya terbentur mengeluarkan cairan merah, pipinya dicengkeram kencang lalu di hempaskan ke samping membuat rasa sedikit keram.

"Lo pikir lo bisa lari dari kita-kita! Ngga akan!" Tendangan keras menghantam perutnya, lagi dia mendapatkan kekerasan pembullyan dari si pemuda diduga adalah ketua dari antara tiga pemuda lain.

Shaka And Wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang