Zio Nabastala Alfareez

48 3 0
                                    

§§§§

Ruangan serba putih adalah tempat yang dia lihat saat baru membuka mata nya. Shaka memegangi kepala nya, ketika rasa pusing menyerang. Mata belum sempurna melihat dengan jelas, dalam penglihatan nya ada seseorang di samping entah siapa.

Setelah beberapa saat pusing sudah agak reda, dia melirik ke samping ada seorang pemuda sedang sibuk bermain handphone nya. Terlihat fokus seolah tak terganggu oleh apapun.

Mendengar bunyi decitan ranjang bergerak dia berhenti untuk memainkan gadget, ternyata anak itu sudah tersadar.

"Butuh sesuatu kaga? Mumpung lagi baik nih!" tanya nya siapa tahu pemuda itu memang memerlukan bantuannya.

"Makasih,"

"Lah. Perasaan pertanyaan gua bukan itu, tapi ngga apa-apa lah. Btw sama-sama,"

"Kamu yang udah nolongin aku kan tadi?" Shaka memperhatikan wajah datar itu terlihat memikirkan sesuatu, padahal cuma lagi pengen bengong doang.

"Emang iya? Tapi gua ngga merasa nolong lo deh. Gua kesini cuma pengen bolos pelajaran," sahut nya ingin mengibuli pemuda didepannya.

"Kalo bukan kamu siapa? Masa aku di tolong sama hantu,"

"Bisa jadi,"

Shaka mengedip cepat kondisi muka tak bisa di kondisikan membuat dia tertawa ngakak. Percaya aja lagi, lagian mana mungkin hantu bisa nolongin manusia gangguin baru iya.

"Ihh tolol, anjir. Emang gua yang nolong, kenapa pake mikir segala? Mana muka lo keliatan lawak banget!"

Shaka menjadi kesal astaga dia kira beneran hantu yang menggotong kemari. Dia melirik baju yang di pakai, baju siapa ini? Apa baju dia juga, Shaka tidak punya baju olahraga ukuran sebesar ini.

"Heran juga itu baju siapa? Baju gua lah, kebetulan aja tadi bawa baju olahraga."

"Belum kenalan ya? Btw kenalin gua Zio Nabastala Alfareez,"

"Shaka Alden Fellino," Shaka membalas jabat tangan Zio pemuda yang tadi dia kira seram ternyata sebaliknya. Memang dari mata dia keliatan seram sekali, dia pikir orang nya akan galak ternyata tidak.

"

Woy! SETAN BUKAN MASUK KELAS MALAH ASIK DI UKS!" teriakan kencang begitu rusuh mengganggu ketenangan mereka berdua. Seorang pemuda bersama satu temannya di belakang datang tak di undang kesini, Zio menahan napas dalam hasrat ingin memukul sangat menggebu-gebu kalau saja tidak ada Shaka di sini sudah menggeplak mulut bak toa itu.

"Mau ribut jangan di sini ya anjir, malu ada orang!" Zio berdiri dengan enteng tangan memukul kepala temannya, tenang hanya pelan tapi bisa bikin benjol.

"Idih, katanya malu. Tapi geplak kepala gua lancar ya! Sialan lo!" dia memegangi kepala lumayan juga untung kaga sampe amnesia.

"Oh kalo itu mah harus, kalo bisa sampe benjol. Terus mulut lo juga keknya harus gua rukiyah biar kaga buat keributan," sahut Zio membuat mata teman nya melotot sempurna, dikira apaan. Pake rukiyah segala, setan aja takut sama dia untuk mendekat udah insecure duluan sebab bacot nya akan kalah dengan mulut bak toa ini.

"Asu."

"Eh lo anak kelas sebelah ya? Pernah lihat soalnya,"

Shaka hanya diam tidak menjawab takut salah. Terlebih dia udah takut duluan melihat wajah agak menyeramkan itu, tidak dia tak mau membuat masalah lagi.

Shaka And Wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang