Acara makan pagi ini di temani dengan keheningan Arjuna memakan sarapan sambil terus bermain handphone, Delvin selaku anak kedua dia memakan dengan hikmat tanpa hambatan apapun, sedang sebagai anak bungsu Davian sibuk membaca sebuah komik sambil makan lebih enak menurutnya.
"Kalian berdua singkirkan barang itu, atau ayah buang ke tempat sampah?" Seno lelah sekali tingkah laku kedua putra saat makan sama sekali tidak mencerminkan sopan santun.
"Apa sih yah, lagi seru juga!" malas sekali Davian lagi asik asiknya malah di ganggu. Dengan kasar dia menaruh komik itu di meja, Arjuna anak itu tidak mendengar dia malah memakai earphone untuk tidak mendengar celotehan sang ayah lagi.
"Arjuna, kamu dengar ayah ngga?" Seno tidak ingin marah di pagi hari. Arjuna sangat menguji kesabaran nya, setiap hari anak itu hanya bisa buat ulah dan buat masalah. Seno selama ini tidak mengajarkan hal itu dia sudah mendidik seluruh anaknya dengan baik tapi jauh dari harapan Arjuna malah jadi anak pembangkangan.
Sulit sekali mendidik si sulung kadang dia suka kebawa emosi dan tak sengaja malah menyakiti putranya.
"Bang, ayah lagi ngomong. Ngga sopan kalau orang tua ngomong kaga di dengerin," ucap Delvin menepuk pundak kakaknya.
"Ngga usah ganggu bisa ngga! Udahlah bikin mood gua rusak aja," sentak Arjuna langsung menyambar tasnya dan pergi begitu saja. Delvin melihat wajah Seno sudah terlihat emosi, dia duduk disamping ayahnya. Sekali lagi yang Delvin lakukan untuk membuat emosi Seno reda.
Mengenai kelakuan Arjuna sudah sering kali dia bilang untuk berhenti sikap kurang ajar terhadap siapapun. Bukan Arjuna namanya kalau tidak menentang, tidak peduli ucapan orang yang menasehati.
"Mama kalian besok baru pulang. Ayah mohon jangan bertingkah aneh-aneh, Delvin juga bilang kakak kamu itu jangan buat ulah lagi." Delvin mengangguk kecil. Davian hanya diam menyimak memakan sarapan dengan bete, lagian acara baca komik terganggu siapa yang ngga mood coba? Mana dia baca pas lagi bagian seru.
****
****"Apaan lihat-lihat mau gua colok tuh mata!" sembur Vernon saat melihat tatapan anak sekolah sini begitu sinis melihat Shaka. Langsung saja mereka berpura-pura tidak melihat, takut juga lah mencari masalah sama Vernon terlebih namanya sudah terkenal dimana-mana dengan keganasan dia kalau berantem.
Ini sudah seminggu semenjak Shaka di rawat dan selama itu pula mereka kesepian. Baru hari ini dia masuk dan kembali beraktivitas di sekolah, Vernon paling senang mendengar kabar ini. Makanya dia begitu antusias menyambut kedatangan Shaka kembali di sekolah.
"Sabarin aja Ver, manusia kaya mereka kaga usah di ladenin ntar darah tinggi!" komentar Davanka semua saja suka menilai dengan sesuka hati tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Kalau di bilang bagaimana dia menanggapi anak sini, akhlak mereka minus semua beberapa guru juga sama tapi tidak semua ada yang memang benar baik.
Davanka sih orang nya tidak terlalu peduli, toh urusan mereka mau menilai kaya gimana. Mau benar juga kalau namanya tidak suka akan slalu mencari celah untuk menilai dia dengan buruk. Dari pada pusing mending biarin, ntar migran kalau hadapin manusia begitu.
"Ih tai banget. Pengen jambak orang gua!" Delvin datang di belakang sibuk mendumel tidak jelas. Kenapa lagi tuh anak, masih sudah keliatan bete banget.
"Kenapa lagi?"
"Ayah, ngga suka gua masa ganggu acara baca komik gua."
"Ya emang, lo bacanya pas kapan?"
"Sarapan,"
"Bego. Ya wajar ayah lo marah, makan tuh harus fokus makan. Minimal kalo bodoh dalam pelajaran, jangan bodoh juga dalam akhlak ya, nyet." kalau Vernon jadi ayah Davian juga bakal emosi lah masa makan sambil baca komik. Jelas sekali gak boleh, adab makan harus tetap fokus pada makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaka And Wish
Fanfiction"Aku hanya ingin merasakan keluarga lengkap, meskipun dikasih kesempatan hanya sekali seumur hidup ku," Shaka seorang anak panti asuhan bersama harapannya untuk merasakan keluarga lengkap. Bersama lukanya dia berdiri untuk terus berjuang, apakah ha...