"Arghhh! Shaka kamu dimana. Kamu baik-baik saja, kan?" Teriak Ganesh di tepi danau. Dia penat, lelah mencari Shaka kesana kesini. Tidak membuahkan hasil apapun, harusnya kemarin dia berada di samping anak itu, sekarang? Dia hanya bisa menyesali tanpa tahu harus melakukan apalagi.
Ganesh sudah meminta bantuan polisi, bukannya cepat di temukan tapi polisi sendiri hampir menyerah karena tidak ada satupun petunjuk dimana Shaka terakhir kali ada. Semua jejak seolah di sembunyikan oleh seseorang, hal itulah yang menyulitkan mereka untuk mendapatkan sebuah petunjuk dimana Shaka.
"Gan,"
"Nan, Shaka pasti bakal baik-baik aja. Kita harus temuin dia dalam kondisi sehat, gua ngga mau tahu!" Ganesh menolak berpikiran negatif, mungkin Shaka sedang main bersembunyi dan menghindari semua orang di suatu tempat. Dia pasti dalam kondisi baik, tidak mungkin tidak.
"Gua aja ngga tahu dia dimana. Mana bisa gua iya-in ucapan lo, bang." Nando mungkin ingin menghindari pikiran buruk, tetapi bakal ada banyak kemungkinan juga terlebih Shaka terlihat banyak tidak di sukai orang lain.
"Shaka pasti baik, gua yakin!"
°°°°
Mata sayu Shaka ingin sekali menutup rapat semua terasa berat untuk dia tahan dengan keras. Napasnya sudah tidak bisa ia atur dengan baik, seluruh badan sangat kaku dan sulit di gerakan.
"Masih kuat, gua pikir lo udah pingsan setelah hukuman kemarin." Elvan datang lagi dengan wajah cerah, sangat tidak sabar untuk kembali memberikan sesuatu yang menyenangkan—baginya bukan untuk Shaka.
"Gua bakal kasih sesuatu yang sangat nikmat dan juga menyenangkan." Shaka diam tidak mampu mengeluarkan suara. Kediaman Shaka di cap adalah sebuah persetujuan, Elvan mengukir senyum manis yang ada satu hal jahat didalamnya.
****
"Tolong ..." lirih Shaka hanya di balas kekehan kecil dengan Elvan dia memakai kembali pakaian juga membenarkan semua. Hukuman kali ini terasa sangat nikmat, dia tidak mampu berkata banyak tapi benar-benar nikmat sekali.
"Terimakasih," bisik Elvan pelan. "Tubuh lo boleh juga, gimana kalau gua jual ke manusia brengsek diluar sana? Pasti bakal mahal," Elvan tertawa keras seperti orang gila. Shaka mengepalkan tangannya, selain penuh luka tubuhnya sudah kotor. Elvan manusia bajingan itu, dia sudah membuat harga diri Shaka sebagai manusia sudah hilang. Harga diri dia sebagai manusia sudah tidak ada, semua sudah hancur. Shaka menangis keras penuh kelirihan mampu menyayat hati siapapun tidak dengan Elvan, manusia brengsek itu tergelak keras melihat keputusasaan Shaka saat ini.
"Bu–bunuh aku," Shaka tidak mau hidup dia sudah benar diambang keputusasaan, tidak ada gairah kembali untuk melanjutkan hidupnya. Tubuhnya kotor, tidak suci lagi. Dia hancur, sangat hancur.
"Ngga bisa, gua masih ingin beri lo hukuman lain. Baik-baik disini, besok gua datang lagi!" Elvan menutup pintu dengan keras. Meninggalkan Shaka sendirian berbaring di lantai, Shaka memukul lantai pelan.
"Aku manusia hina. Aku tidak pantas untuk hidup, Ibu ... Aku–" dada sesak tak lama mata menutup sempurna, kegelapan pun merenggut kesadaran nya.
§§§§
"Davian kamu kenapa? Kok bengong terus, makanan dimakan keburu dingin." Seno sudah menegur kesekian kali Davian hanya bengong sembari mengaduk makanan nya tanpa minat untuk dia santap.
"Ayah, belum tahu ya? Kak Shaka sudah hilang tiga hari. Menghilang tanpa meninggalkan jejak dimana pun," Seno menghentikan suapannya. Menatap kaget wajah Davian sudah murung beberapa hari terakhir, ternyata karena masalah ini.
"Kamu serius?"
"Buat apa aku bercanda, disaat keadaan serius begini. Polisi saja yang sudah terkenal ahli, tidak kunjung menemukan. Dia benar-benar hilang, sudah di cari keluar kota juga tidak ada!"
"Davian takut. Ada seseorang berniat jahat, secara sudah pasti banyak yang tidak suka kehadiran Kak Shaka. Di sekolah saja dia jadi korban bullying, jadi tidak bisa menampik kalau ada yang menculik nya berniat tidak baik,"
Seno tidak mungkin diam saja. Shaka tetaplah putranya, baru ingin mengurus surat-surat agar Shaka bisa pulang dengannya. Tetapi ada hal lain menghalangi, masalah ini datang seperti tidak mau dia membawa anak nya ke rumah.
"Ayah bakal bantu cari. Ayah, akan sewa detektif terkenal untuk mencari keberadaan kakak kamu. Ayah rela keluarkan uang banyak untuk menyelamatkan kakak kamu,"
"Kamu tidak perlu khawatir. Fokus dulu pada sekolah kamu, ayah bakal urus semua!" Davian mengangguk memakan sedikit makanannya. Meskipun terasa hambar, dia tetap menghabiskan karena sekolah juga membutuhkan energi. Terlebih pikiran sedang tidak baik, sudah pergi entah ke arah mana sangat rumit sekali.
"Berhenti mengumpat, gua kasih cabe mulut biar diem. Mau!" Vernon sudah muak dengan umpatan Zio, mulut nya sangat berisik tidak bisa diem. Gimana ngga dari tadi dia mendumel, karena sudah dibuat kesal oleh kakak kelas yang tidak tahu adab.
"Jancuk! Dia mulai duluan, harusnya tadi gua kasih pukulan cinta. Biar bengep sekalian tuh mukanya," emosi Zio sangat di uji oleh kakak kelas yang sengaja sekali menabrak nya sampai nyungsruk.
"Lupain aja, kenapa sih. Lagian dia ngga sengaja," sahut Davanka sama muak nya dengan Vernon. Kuping seperti berdengung saking muak, celotehan tak bermutu Zio sangat menganggu.
"Mata mu kaga sengaja. Lo kaga lihat dia senyum tengil, tadi? Gitu kaga sengaja!" kesal Zio jelas sekali setelah melakukan itu dia senyum tengil mana membuat kemarahan Zio semakin besar seperti berapi-api. Mungkin jika ini sebuah komik, sudah ada tanduk di atas kepalanya.
"Daripada emosi mulu. Nih makan bakso," Davian menyumpal mulut pedes temannya dengan satu bakso sudah dia tuangkan sambal di sana. Zio menerima, langsung melotot tajam.
"Bajingan. Lo taro sambil di baksonya!" Zio sudah kaya cacing kepanasan menggeliat tak beraturan. Wajah memerah, mata mengeluarkan air mata, serta mulut terasa panas akibat sensasi rasa kepedasan.
"Sambelnya ibaratkan mulut lo. Sama pedesnya!" kekehan kecil tak terelakkan dari mulut Davian.
Zio mengambil minuman milik Davanka dan Vernon sungguh ini pedas banget. Mukanya sudah merah semua, keringat bercucuran membasahi wajahnya.
"Maka nya jangan emosi mulu. Kualat kan!" celetuk Davanka
"Awas aja lo, Davian. Sialan, ini sambel kenapa pedes banget sih. Kaga ilang-ilang pedesnya!" sudah minum dia gelas pedesnya masih belum hilang.
"Padahal gua kasih nya sedikit."
"Bego, dia kan kaga suka pedes. Walaupun sedikit, udah kelimpungan lah." balas Vernon kasihan juga melihat Zio kepedasan sampai nangis.
****
⚠️ Disini konflik agak berat dan banyak kata kasar, sebisa mungkin kalian jgn tiru ya.
04-09-2024
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaka And Wish
Fanfiction"Aku hanya ingin merasakan keluarga lengkap, meskipun dikasih kesempatan hanya sekali seumur hidup ku," Shaka seorang anak panti asuhan bersama harapannya untuk merasakan keluarga lengkap. Bersama lukanya dia berdiri untuk terus berjuang, apakah ha...