Aku bukan sampah

20 3 0
                                    

"Halo adek-adek lihat kita bawakan makanan buat kalian. Diterima ya," Zio datang pagi-pagi sekali dengan tujuan ingin menjemput Shaka kebetulan hari ini dia pergi diantar supir.

"Terimakasih kak,"

Zio tentu tidak datang sendiri dia kesini bersama Vernon memang tetangga sekaligus temannya sejak kecil. Perasaan Zio tentu terasa lebih tenang, melihat senyum bahagia ketika anak-anak melihat begitu banyak makanan yang ia bawa untuk mereka makan bersama.

Hati nya terketuk selama ini kurang bersyukur kalau dia terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, dengan kasih sayang kedua orang tua dan seorang kakak laki-laki begitu menjaganya dengan kasih sayang yang tidak pernah usai.

"Mbak, Shaka dimana?" melihat kehadiran Sarah diantara puluhan anak sedang sibuk mengurus mereka. Beberapa anak panti memang bisa sekolah adapun dari mereka hanya bisa belajar dirumah. Tentu dengan bantuan dari pemerintah atau bisa disebut beasiswa mereka bisa dapat bersekolah sampai tamat.

"Shaka sedang bersiap-siap. Kalian berdua duduk dulu, mungkin sebentar lagi dia akan keluar." Sarah menunjuk pada bangku di ujung sana. Zio mengangguk menarik pelan tangan Vernon, mereka berdua menunggu dengan sabar tentunya.

"Gua masih belum percaya kalau dia beneran anak panti. Gua pikir anak sekolah cuma bergurau aja," gumam Vernon masih belum percaya disaat tahu Shaka memang benar dari panti asuhan, pikirnya anak sekolah hanya berbohong atau berbicara melantur ternyata ucapan mereka adalah sebuah kebenaran.

"Kalau tahu dia dari panti, kenapa? ngga mau temenan lagi?" tanya Zio tak menatap Vernon asik dengan bunga-bunga terlihat bermekaran pada pagi hari, wangi yang di keluarkan begitu sedap untuk dia cium berkali-kali dengan indra penciumannya.

"Lo pikir gua sejahat itu. Lagian mau dia anak panti atau bukan, gua bakal berteman sama dia. Buat apa temenan mandang status, mandang harta, mandang fisik? Ngga guna,"

"Shaka juga anaknya baik jadi gimana bisa gua nolak." sambung Vernon selama berteman sama Shaka dia banyak sekali belajar.

Tentu belajar sabar menerima keadaan, kenyataan pahit, melewati segala masalah dengan sebuah senyuman yang terus terurai bahwa dia merasa kuat dan bisa telah melewatinya.

"Jangan kan lo gua sendiri merasa bahwa Shaka itu berbeda. Dia anak yang entah kenapa pengen banget gua lindungi dari manusia bajingan diluar sana. Bang Nando keliatan sayang banget, ngebuat gua sendiri ingin melakukan hal sama."

Zio mengayunkan kedua kaki nya di atas rumput hijau yang sangat terawat. Batin nya ingin sekali merebahkan tubuh ini di sana seperti sangat nyaman sekali.

Tapi dia harus tetap mengingat bahwa hari ini dia akan pergi ke sekolah, tentu harus dengan kerapihan dan bersih. Rebahan disana akan membuat baju akan basah, terlebih dengan embun terus menetes ke inti bumi membuat rasa sejuk semakin menusuk ke dalam kulitnya.

°°°°

Shaka mencoret buku dengan garis-garis yang dia buat menjadi sebuah lukisan tak teratur namun memiliki kesan menyedihkan di dalamnya. Lagi, guru tidak hadir untuk mengajar entah alasan apalagi yang mereka buat untuk tidak masuk kelas. Sudah beberapa minggu semua guru keliatan sibuk dengan urusan yang tidak ketahui.

Zio dia pergi sebentar ke kantin membeli minuman dia bilang tenggorokan nya terasa kering meminta untuk di siram sesuatu yang dapat menyegarkan nya.

Ada salah seorang datang menemuinya di meja ketika dia sedang berdiam sibuk melukiskan didalam buku gambar nya.

Dughh

Shaka And Wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang