Tuduhan

17 2 0
                                    

"Zio, lo serius mau pindah kelas? Kok mendadak banget." tanya Vernon mendapatkan begitu sangat wah sekali. Gimana ngga secara tiba-tiba Zio ingin pindah kelas, mana hari ini sudah bisa pindah. Ngga ada ngomong sama sekali, langsung dilakuin.

"Bosen aja. Lo mah enak bisa bareng nih dua curut, lah gua sendiri. Malas juga sih kelasnya kaga asik," jawab Zio santai. Alasannya bukan itu cuma alibi aja biar Vernon kaga tanya lagi, males ges buat jawab.

"Alah alasan."

"Udah ya gua mau masuk, dadah!" Zio masuk dengan santai semua perhatian langsung tertuju pada nya. Zio tak peduli dia mencari dimana tempat Shaka duduk. Menemukan Shaka di pojok dia berlari kesana sangat kebetulan sekali tidak ada teman bangku Shaka jadi bisa menempati.

"Kamu beneran pindah?" Shaka menatap Zio dengan kaget. Baru bilang kemarin dia sudah pindah beneran, Shaka kira hanya sebuah gurauan dia malah serius.

"Emang kenapa sih. Serah gua dong!"

"Btw. Pinter juga lo cari tempat bisa nyaman gini," Zio terkekeh kecil untuk mengurangi kecanggungan. Mungkin anak kelas ini masih terkaget dia yang ada di sini, mereka masih belum tahu berita kepindahan kelasnya.

Tiba saja seorang guru masuk, semua langsung bersikap rapih dan tertib.

"Selamat pagi semua. Hari ini kita kedatangan teman baru, dia Zio anak kelas 11 D yang pindah di kelas ini. Bapak harap kalian semua akur akur sama dia ya,"

Zio tersenyum sinis akur? Ngga mau lah, orang anak sini pada gila semua. Mana mau kecuali kan Shaka, ogah sekali dia berteman.

"Maaf banget pak, saya akur sama mereka semua? Jangan mimpi," tegas Zio terlalu muak melihat wajah-wajah penuh dosa penghuni kelas.

"Zio jangan berbicara seperti itu kamu mau saya keluarkan dari sekolah."

"Gampang, tinggal saya bongkar aja keburukan dari sekolah favorit ini. Guru-guru yang suka memakan uang suap, murid yang sering melakukan pembullyan sampe si korban frustasi terus bunuh diri, terus apa ya? Oh ada juga kan yang ingin mendapatkan nilai terbaik, tapi dengan cara membayar gurunya?"

Perkataan Zio membuat guru itu mati kutu. Dari mana saja tahu semua, Zio bisa menjadi ancaman bagi sekolah. Kali ini dia merasa menang, sudah membuat guru itu terdiam seribu bahasa.

"Gimana masih mau keluarkan saya? Dalam sekejap mata saya bisa bikin citra yang sudah dibangun tinggi kalian, hancur dalam sekejap."

"Baiklah,"

Zio tertawa dalam hati. Guru-guru pikir dia hanya anak yang tidak tahu apapun tentang sekolah, Zio diam-diam mencari tahu semua. Mendengar kabar kematian salah seorang murid satu tahun lalu, dia mencari tahu dari murid angkatan sebelum atau diam-diam masuk ke dalam ruang guru.

"Ternyata benar uang adalah segalanya. Bodoh!"

~~~~~~~
~~~~~~~

Pelajaran sedang berlangsung serius semua murid begitu fokus dengan tugas yang baru saja diberikan guru. Shaka menulis dengan teliti setiap huruf di buku nya, sampai tak sengaja dia jatuhkan pulpen dan hilang entah kemana.

Shaka mencari pulpen nya sampai ke bawa meja dan melihat apa di tempat lain. Saat melihat ke depan salah seorang murid berdiri langsung menatap Shaka begitu tajam. Shaka terdiam, dia tidak melakukan kesalahan apapun kenapa orang didepan nya begitu marah.

"Lo mau nyontek kan? Ngaku!" tuduh nya.

Shaka membuka sedikit mulutnya tidak percaya. Padahal dia hanya ingin mencari pulpen nya yang hilang, kenapa bisa sampai kena tuduhan ingin menyontek.

"Aku cuma mau cari pulpen aku, ngga ada niatan sedikit pun buat nyontek ke kamu." kilah Shaka berusaha menangkis tuduhan teman sekelas nya.

"Ngga usah alasan anjing! Lo emang mau nyontek, dari tadi mata lo berkeliaran kemana aja."

"Sialan. Selain lumpuh, lo juga bodoh ya? Pantas orang tua lo ngebuang lo di panti!"

Shaka menggeleng cepat, merasa tidak terima atas tuduhan yang tidak dia lakukan. Apalagi perkataan terakhir itu sangat menyakitkan.

"Loh duit gua kok hilang. Perasaan tadi gua taro di tas," perhatian semua langsung menuju si pembicara sedang mengubek seluruh isi tasnya.

"Cari lagu coba keselip kali. Lo kan ceroboh kalo naro barang,"

"Ngga. Emang gua ingat banget gua taro disini, pasti ada yang nyuri!"

"NGAKU, SIALAN. LO MAU NYONTEK KAN! JANGAN NGELAK LAGI!"

Teriakan itu membuat dia terlena, nyontek? Apa pelaku yang mencuri uang nya juga sama. Merasa geram dia langsung bergegas ke meja Shaka.

"Lo pelaku nyuri uang gua kan!" satu tuduhan kembali di layangkan pada Shaka. Kenapa mereka bisa menyimpulkan seperti itu padahal sejak tadi Shaka hanya berdiam diri di sini. Mau kemana pun sangat terbatas, bagaimana bisa dia melakukan dua hal dalam waktu bersamaan.

"Stop. Tuduhan sampah lo berdua buat gua muak. Ayo kita cari dan periksa semua tas anak kelas ini, kalo bukan Shaka pelakunya lo berdua bakal gua hajar!"

Zio sudah sabar sekali melihat semua orang menindas Shaka dengan tak berperasaan. Mereka seperti tidak punya otak, bagaimana seorang anak berjalan mengandalkan kursi roda melakukan hal itu dalam bersamaan. Lagipula Zio sudah ada disamping Shaka dari sebelum pelajaran dimulai, dia tidak kemana pun.

Dengan emosi Zio memeriksa tas Shaka begitu pun tas dirinya. Diperiksa semua walau ada beberapa anak memberontak tidak mengizinkan dengan bentakan keras, membuat mereka takut.

Sampai pada anak terakhir dia paling keliatan takut dan memegangi tas itu begitu kencang. Zio dengan tak sabaran langsung menarik paksa, dia buka tas itu mencari barang yang di cari.

Zio melihat sejumlah uang berada di dalam tas tersebut. "Ini uang lo?" pemuda laki-laki itu hanya terdiam sambil menunduk.

"Ini uang lo atau bukan!"

"Bu–bukan,"

"Ini uang anak itu, lo yang nyurikan?" karena takut akan bentakan Zio dia mengangguk samar. Zio mendekati anak yang sudah menuduh Shaka tadi, dengan sengaja dia melempar uang itu ke muka nya.

"Puas! Bukan teman gua pelakunya. Dan lo dia bukan mau nyontek tapi mau ambil ini!" Zio mengambil pulpen Shaka berada dekat bangku nya.

"Lain kali punya otak pikir dulu sebelum ngomong. Kalo gini lo berdua yang malu, tuduhan sampah lo yang buat harga diri kalian turun."

"Udah Ka, biarin manusia ngga tahu malu ini. Biar mereka mikir kalo masih punya otak," Zio menyuruh Shaka untuk kembali mengerjakan tugasnya. Dua pemuda yang menuduh Shaka terlihat menahan malu, mereka juga kembali mengerjakan tugas walau mendengar cibiran dari murid lain.

"Mampus," batin Zio sudah kesal sekali dengan para bedebah ini. Siapa yang tidak kesal, jika teman nya sedang dituduh atas perbuatan yang sama sekali dilakukan.

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

TBC.

07-08-2024

Shaka And Wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang