Menghilangnya Shaka

31 3 0
                                    

Shaka membuka mata berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina mata coklatnya. Shaka bergulir menatap tempat sempit, gelap hanya diterangi satu lampu tepat di dekat pintu. Sesekali keluar ringisan kecil dari mulut nya, ingin memegang kepala namun tak sadar kalau tangannya telah diikat dengan kencang.

Ruangan yang begitu kotor dipenuhi debu, kardus dan barang tak terpakai terlihat seperti tidak terurus dengan tangan manusia.

"Aku dimana?" Shaka bertanya pada diri nya sendiri. Terlampau bingung, tempat apa yang dia tempati saat ini.

Banyak sekali pertanyaan bersarang di kepalanya, tetapi dia tidak menemukan satupun jawaban. Shaka mencoba melepaskan tali dengan cara menggesekkan ke bangku, dia mengigit bibir terus berusaha agar tali tersebut putus.

Tapi jejak kaki terdengar sayup ditelinga nya, Shaka berhenti menatap ke sela pintu ada bayangan seseorang di luar. Badannya langsung gemetar kecil, napas agak memburu sedikit takut.

Suara kunci di masukan dan di cetekan membuat pintu lantas terbuka sedikit demi sedikit. Rasa takut nya semakin bertambah dikala melihat sepatu putih, memasuki tempat nya dan berjalan perlahan.

"Udah sadar, ternyata." Suara agak memberat dengan deru napas panjang, bunyi sepatu bergesekan dengan lantai begitu berdecit di antara sunyi nya tempat ini. Shaka memberanikan diri mendongak, retina hazel coklat nya bertemu dengan mata setajam elang dengan alis menekuk begitu tegas.

"E–elvan ..." raut wajah yang biasa menjadi sepucat mayat. Elvan anak itu yang ada dihadapannya sekarang, tidak dapat dia pungkiri rasa takut sudah menghampiri sejak tahu sang pembully di sekolah nya lah yang ada di hadapannya.

Elvan mengambil senyum remeh disaat tahanannya sudah mulai ketakutan. Padahal dia belum melakukan apapun, masih diam. Terus menatap manik sayu Shaka, manik yang seolah meminta pertolongan.

"Sungguh, gua terkejut banget. Dengan berita kalau lo adalah saudara dari Arjuna, dimana dia juga sepupu gua. Rasanya ngga percaya, kalau gua punya saudara cacat kaya lo."

Shaka memindik terkejut. Apa orang yang datang waktu itu sudah menceritakan semua nya, dia rasa tidak mungkin jika mereka tahu sendiri. Jadi Elvan dan Arjuna adalah saudara sepupu? Itu artinya—mereka berdua saudaranya juga.

"Walaupun gua udah tahu sekalipun, kalau lo itu saudara sepupu gua. Ngga akan bikin niat gua buat bikin hidup lo menderita ini berkurang–"

"Justru, rasanya saat ini juga gua ingin bunuh lo. Sangat tidak sudi, kalau ngakuin lo jadi bagian dari keluarga gua yang terhormat."

Tatapan hampa seakan-akan tergores oleh ucapan keji dari mulut Elvan. Tidak bisa kah, dia menjaga sedikit lisannya untuk berhadapan dengannya. Apakah semenjijikan itu dia dimata Elvan? Dasar, manusia tidak punya hati.

"Terus mau kamu apa? Mau bunuh aku," kata Shaka sudah sangat lelah sekedar melepaskan ikat tali. Sudah ada luka lecet, sebab terlalu memaksakan.

"Good."

"Tepat sekali. Gua ngga akan buat lo mati langsung, tapi siksa lo secara perlahan dengan begitu lo bakal mati dengan cara yang menyiksa diri." bisik Elvan di telinga Shaka yang membuat dia meremang.

"Pasti akan menyenangkan," Elvan sudah tidak sabar mendapatkan hiburan kecil. Setidaknya sampai dia puas menyiksa Shaka, barulah dia bunuh anak itu. Siapa peduli kalau mereka masih ada ikatan persaudaraan, Elvan tidak mau di keluarganya ada anak cacat seperti Shaka. Tidak akan sudi, sampai mati pun tidak akan mau menerimanya.

"Kalau mau bunuh aku, bunuh langsung saja. Aku tidak mau kau menyiksa ku dulu," Shaka lebih baik langsung dibunuh kalau harus merasakan penyiksaan yang sangat menyakitkan batin maupun mentalnya.

Shaka And Wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang