Takut

40 4 0
                                    

Elvan berada dirumah sakit setelah dibawa oleh adiknya Gilang. Anak itu menemukan keadaan kakak sudah terbaring penuh luka terbaring lemah tak berdaya dilantai.

"Lo benar-benar gila kak. Lebih gila lagi bisa-bisanya lo ngelakuin hal kaya gitu?" Gilang menatap penuh tidak kepercayaan saat Elvan sudah kelewat batas melakukan hal diluar kendali nya.

"Setelah lo maksa gua buat ikut bully anak itu. Lo malah bikin hidup dia makin menderita? Tahu perbuatan lo ini sudah termasuk kriminal, kapan aja lo bisa masuk penjara!"

Gilang adalah salah satu pembully Shaka disekolah. Dia tidak berniat sama sekali melakukan hal keji itu dia dipaksa Elvan untuk melakukannya. Jika ngga dituruti maka dia akan diadukan ke papa kalau dia pernah bolos beberapa kali.

"Buat perbuatan yang ini gua ngga bakal mau bantu lo. Dalam hal apapun, gua mau lo pertangungjawaban semuanya. Jangan bisa cuma lakuin,"

Elvan tertawa kecil tak peduli setelah ini hidupnya akan seperti apa. Lagipula dia sudah malas untuk menghadapi papa terlalu menyudutkan dirinya karena menjadi anak tidak pintar, memaksa dia belajar padahal dia sama sekali tidak menyukai. Menjadi anak slalu mendapatkan tekanan membuat dia menjadi anak penuh dengan hal ambisi.

Elvan akan melakukan apapun yang dia mau jika semua tidak tercapai, hal nekat pun bisa dia lakukan. Sudah di bilang ini semua karena seluruh tekanan batin dari papanya sendiri, Gilang tidak mengetahui semua itu karena dia hanya anak bungsu. Tidak akan pernah mendapatkan hal yang dia dapat, Gilang dibebaskan memilih kesukaan dia sedangkan Elvan ngga sama sekali.

"Lo bisa bilang gitu karena ngga tahu tentang hidup gua. Lo bisa bebas, sedangkan gua engga!" Gilang menyerngit bingung apa dimaksud Elvan barusan. Bukankah mereka sama-sama dibebaskan dalam hal apapun.

"Tanpa lo tahu gua slalu dapat tekanan serta tuntutan dari papa. Gua ditekan untuk dapat nilai bagus, kalau sekali aja nilai turun dapat hukuman ngga dapat jatah makan seharian. Lo bisa bebas milih hal lo suka. Gua? Gua ngga akan bisa,"

"Dari semua tekanan itu ngebuat gua jadi kaya gini. Gua butuh pelampiasan emosi, jadi gua lakuin bully disekolah sebagai pelampiasan nya!" Elvan mengalihkan pandangan ke arah lain tak mau bersitatap mata dengan Gilang.

"Tapi tetap aja salah. Lo jadiin Shaka pelampiasan emosi? Bukan cuma itu lo udah lecehin dia kak. Itu udah keterlaluan!"

Napas Elvan menggebu-gebu dia melirik tajam pada adiknya. "INI SEMUA KARENA PRIA BAJINGAN ITU! PADA MALAM DIMANA LO JALAN BARENG DIA. GUA! GUA DIJUAL SAMA PRIA GILA!"

"GUA DILECEHIN! BAHKAN SAMPAI DAPAT KEKERASAN SEKSUAL! LO MANA TAHU ANJING!"

"PAPA MARAH! DIA KASIH GUA SAMA PRIA BRENGSEK! LO ... LO NGGA TAHU APA-APA TENTANG SEMUANYA!"

Tangis bersamaan teriakan kencang membuat seisi ruangan penuh dengan teriakan Elvan. Tangan bergetar hebat mengingat malam dimana dia dilecehkan banyak pria hidung belang di sebuah club. Dia diperkosa secara paksa, dipukul, ditendang kalau dirinya menolak.

"Semua karena papa ... Gua ngga mau menderita sendirian. Papa jahat!"

Gilang sampai menutup mulut tak percaya atas kegilaan papa sampai sebegitu mudahkan dia menjual putranya sendiri. Bagaimana bisa? Papa selama ini terlihat seperti sosok ayah yang baik, tidak ada pikiran dia sampai papa bisa sejahat itu.

"Kak ...." Dia dekap tubuh ringkih dan rapuh Elvan. Ternyata dibalik brengsek seorang Elvan dia menyimpan masa kelam yang sangat menyakitkan.

"Papa jahat ..." lirihan tak jelas Elvan membuat hati Gilang semakin sakit.

Elvan melihat dari kejauhan Gilang bersama kedua orang tuanya sedang bersama. Ingin bergabung kesana takut Papa akan marah, dia melihat kertas berisikan nilai ujian hari ini. Nilainya hanya 80 Papa pasti bakal marah besar, takut sekali untuk menghadapi kemarahan Papa.

Shaka And Wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang