Marahnya Davian

34 2 4
                                    

"LO UDAH GILA! MAKSUD LO APA ANJING! UDAH NGURUNG SHAKA SAMPE KAYA GITU!"

Teriakan Davian menggema di seluruh ruangan mata anak itu mengilat tajam, gigi berkertak emosi dalam dirinya sudah membuncah dengan hebatnya.

"Jelasin sama gua maksud lo apaan. Jangan cuma diam aja! Udah bisu lo hah!" Davian menarik kerah baju Elvan tatapan bengis begitu menusuk Elvan sedikit gemetar kecil, sungguh aura saat anak ini marah sangat menusuk hingga kakinya sedikit melemas.

"Gua benci sama dia. Dia anak cacat ngga pantes jadi keluarga terhormat kita, gua mau dia mati!"

Brak!

Tendangan keras menghantam perut Elvan hingga tubuh terlempar sampai menabrak meja lalu vas bunga pun jatuh diatas kepalanya.

"MERASA HEBAT LOH HAH! UDAH BUAT MENTAL KAKAK GUA RUSAK! LO PERNAH MIKIR KAGA SIH KONSEKUENSINYA!"

"KARENA NIAT BUSUK LO! NGGA CUMA BIKIN MENTAL TERGANGGU! TAPI DIA JUGA SERING BILANG KALAU DIA UDAH KOTOR!"

"BRENGSEK!"

"LO UDAH LECEHIN KAKAK GUA, SIALAN!" pukulan telak di wajah Elvan tak dapat terhindarkan Davian dengan segala emosinya menatap tajam kakak sepupunya, tidak ada lagi kasihan dalam dirinya hanya kebencian dan harus membalas semua sakit hati Shaka pada manusia tak punya otak didepan nya.

Arjuna menangis diam-diam dibelakang sana, separah itukah perbuatan Elvan? Dia sampai melecehkan adiknya, kepalan tangan itu dengan tatapan tajam penuh kebencian dia melihat sosok tak lebih dari seorang bajingan.

"Kali ini lo udah keterlaluan. Tunggu aja sampai polisi cari lo! Gua bakal laporin semua perbuatan lo sama polisi!" Davian meninggalkan Elvan sudah terkapar penuh luka di rumahnya tak memperdulikan ada Arjuna berdiri dibelakangnya.

"Van, gua ngga habis pikir sama lo. Gua tahu lo benci sama dia, tapi ngga segitunya juga. Kali ini perbuatan lo udah termasuk kriminal, bisa bunuh nyawa dia!"

Elvan menyeka darah di sudut bibirnya, tersenyum remeh menatap kehadiran Arjuna sekarang.

"Lo juga sama brengseknya!"

Lagi pukulan diberikan kepada Elvan wajahnya tertoleh kesamping dengan kencang. "Jangan samain gua sama lo! Gua emang brengsek! Tapi lo lebih brengsek!"

Elvan terkekeh kecil melihat dirinya tidak mampu melawan kedua sepupunya, dia diam memang mengakui kalau dirinya salah. Sejak saat itu dia tidak dapatkan rasa tenang, slalu diliputi rasa bersalah memang sudah keterlaluan apalagi sampai melecehkan si korban. Sungguh—Elvan tidak tahu mengapa sampai melakukan hal sekeji itu niat awal hanya ingin menyiksa saja, seperti ada bisikan setan yang membuat dia gelap mata tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada masa depan.

§§§§

Hati Sarah berdesir hebat melihat bagaimana Shaka tidak mau didekati siapapun dokter yang menangani sampai kewalahan untuk menenangkannya. Setakut dan setrauma itu dia berdekatan dengan siapapun, Sarah hanya bisa menangis diluar tempat ruang rawat Shaka.

"Mbak," Zio datang membawa dua kresek berisikan makanan untuk Sarah yang sengaja dia belikan di perjalanan kesini.

"Shaka—"

"Memburuk," belum selesai dia berbicara tapi Sarah sudah memotong lebih dulu. Zio melihat dari kaca Shaka sedang tertidur pulas, setelah mendapatkan suntikan penenang anak itu baru bisa tidur dengan pulas tanpa merasakan gelisah dan ketakutan karena mengingat kejadian masa itu.

"Dokter menyarankan untuk membawa Shaka ke rumah sakit jiwa. Supaya dapat penanganan kejiwaan nya lebih intensif, jika dibiarkan maka akan semakin memburuk." jelas Sarah mengulang ucapan dokter tadi padanya.

Shaka And Wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang