Di tepat hari libur Shaka menghabiskan waktu di panti bermain bersama dengan anak-anak. Shaka terkadang mengeram kesal, marah tapi tak lama juga dia tertawa kecil yang tidak semua orang dapat melihat nya.
"Mas Shaka curang, masa lempar bolanya pas aku tidak siap." marah seorang anak berambut sebahu dengan kacamata yang slalu menangkel di hidungnya.
"Loh, Mas sudah benar kok. Kamu saja memang tidak fokus," balas Shaka seolah tidak mau mengalah. Sengaja dia ingin membuat anak itu kesal, tatapan tajam di berikan oleh anak itu membuat Shaka menahan senyumnya. Bukan keliatan seram, malah keliatan lucu apalagi mata anak itu yang bulat.
"Aku kesal," dia menghentakkan kakinya pergi ke dalam untuk mengadu dengan ibu Panti.
"Bagus, Mas. Sesekali kita ganggu anak-anak perempuan," ucap seorang anak laki-laki bermata sipit mendekatinya.
"Reaksi yang diberikan mereka begitu lucu. Jadi sering-sering saja buat mereka kesal," Shaka tentu menyetujui dengan ucapan santai si anak laki-laki itu.
Tawanya terhenti disaat melihat ada seorang laki-laki dewasa datang berdiri di depan gerbang.
"Mas, jangan bilang itu adalah penculik." Anak itu bersembunyi di sebalik tubuh Shaka. Shaka sendiri hanya bisa menatap dengan wajah kebingungan, siapa dia? Apa ada sesuatu yang dia inginkan di sini.
"Maaf adek-adek apa bisa kalian panggilkan pengurus panti ini." benar saja dia ingin bertemu dengan ibu panti. Shaka menyuruh anak laki-laki itu pergi ke dalam untuk memanggil ibu panti.
Shaka sempat berkontak mata dengan laki-laki dewasa itu namun dengan cepat dia mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Ada yang bisa saya bantu," Sarah sudah datang menemui seseorang yang ingin bertemu dengannya. Shaka sudah pergi ke taman belakang, tidak berminat untuk menguping obrolan dia manusia berbeda jenis itu.
"Biar lebih enak kita bicara di sana saja." Sarah menuntun laki-laki itu mengikutinya. Tanpa sebuah bantahan dan ucapan dia pun menuruti, duduklah mereka dekat pintu utama.
"Saya ingin menanyakan keadaan anak yang 16 tahun saya titipkan disini." Sarah menyergit bingung, memang sosok laki-laki ini pernah menitipkan seorang anak di sini. Kejadian yang disebutkan pun sudah sangat lama, apa dia melupakan itu.
"Anakmu? Apa kau benar pernah menitipkan seorang anak di panti ini. Aku sudah tidak begitu mengingat nya,"
"Benar, dia anak laki-laki. Yang ku beri nama Shaka Alden Fellino, apa kau ingat?" Sarah terkejut disaat laki-laki menyebutkan salah satu anak asuhnya.
Sarah tidak menyangka jika ada seorang laki-laki datang mengakui kalau dia adalah ayah dari Shaka. Sungguh ini sangat mengejutkan, Sarah hampir tidak percaya.
— Jika laki-laki ini membawa semua berkas yang menguatkan kalau dia memang ayah biologis Shaka, terlalu lama dia terdiam membuat laki-laki dengan pelan menegurnya kembali untuk menanyakan hal sama."Kau mau bertemu dengan nya?" Mendapatkan jawaban hanya sebuah anggukan sudah cukup bagi Sarah. Dia menyuruh untuk mengikuti setiap langkah nya, sampai dimana dia melihat seorang anak duduk di kursi roda menatap taman belakang begitu fokus.
"Mas, ada yang ingin bertemu." Shaka dengan sekali panggilan langsung menengok menatap wajah teduh Sarah. Menatap sosok yang ia temui saat di gerbang tadi, ternyata dia masih ada di sini.
Barusan Sarah juga bilang ada yang ingin bertemu dengannya? Siapa? Shaka menuntut penjelasan Sarah, masih bingung akan semua.
"Mas, jangan panik ya. Harus tenang, ibu akan jelaskan semuanya. Bisa kan, sayang?" Shaka tidak tahu apapun mengangguk saja. Sudah terlewat penasaran, apa yang akan Sarah sampaikan sampai keliatan wajahnya begitu serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaka And Wish
Fanfic"Aku hanya ingin merasakan keluarga lengkap, meskipun dikasih kesempatan hanya sekali seumur hidup ku," Shaka seorang anak panti asuhan bersama harapannya untuk merasakan keluarga lengkap. Bersama lukanya dia berdiri untuk terus berjuang, apakah ha...