Strawberry

404 22 0
                                    

Pagi pagi sekali, dapur rumah sudah menguarkan aroma manis dari roti yang di panggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi pagi sekali, dapur rumah sudah menguarkan aroma manis dari roti yang di panggang. Suasana rumah di pagi hari yang sudah dua hari layaknya tidak berpenghuni itu, kini terisi dengan suara suara bising  penggunaan peralatan dapur. 

 Dengan setelan seragamnya, Jason telah berjongkok di depan lemari pendingin, mencari selai yang dapat dia gunakan untuk teman roti bakarnya. Sebenarnya, awal niatnya adalah dia akan membuat sarapan dengan memasak dari bahan bahan yang ada, namun, saat melihat bumbu bumbu yang sama sekali tidak lengkap, mengharuskannya membatalkan niat awalnya itu. Mungkin dia harus berbelanja dulu kebutuhan lauk, pada siang nanti. 

Ibu meliburkan asisten rumah tangganya sementara, karena anaknya di kampung mau menikah katanya. Dan secara kebetulan, Juan mengalami musibah dan harus masuk rumah sakit. Ibu tidak pernah sempat memasak sejak saat itu, apalagi ayah tidak bisa mengambil cuti terlalu lama.

Ibu hanya pulang untuk mengambil pakaian bersih untuk dibawa ke rumah sakit. 

Ayah baru berhasil menyewa orang kepercayaan untuk membantu keperluan Juan kemarin malam. 

Derap langkah kaki terdengar semakin nyata dari arah kiri Jason, yang baru saja mengoleskan selai strawberry ke roti yang sudah dia panggang tadi. Hanya itu selai yang  dia temukan. Padahal dia tidak suka dengan rasa asam pada strawberry. Dan juga seingatnya, keluarga nya tidak ada yang suka dengan selai asam itu. Entah kenapa selai tersebut ada disitu, antara cita rasa mereka yang berubah atau sekedar hanya untuk suguhan tamu. Apakah Juan memiliki teman dekat yang sering dia ajak menginap? Tidak mungkin juga mereka menyuguhkan roti dan selai kepada tamu ayah atau ibu. 

"Kau bangun pagi sekali" suara lembut berasal dari ibu yang kini berkacak pinggang di ambang pintu dapur. 

"Tentu, aku harus tetap sekolah" 

Ibu buru buru mendekat, duduk didepan Jason persis. Menampakkan ke terkejut an nya yang menurut Jason itu tidak perlu. 

Kenapa ibu terkejut sekali? 

"Kau tadi bilang apa? Sekolah? Sekolah dimana? Kau akan kembali ke Kanada? "

Ibu belum tau. 

"Ah.. Aku lupa, aku sudah meminta ayah untuk memindahkan sekolahku ke sekolah Juan. Maafkan aku tidak memberi tahu ibu dulu, aku hanya tidak ingin ibu terbebani kemarin. Ibu cukup fokus dengan Juan saja"

Raut terkejut ibu masih belum menghilang, malah terganti dengan kekhawatiran yang Jason tak tau kenapa. 

"Kau tidak perlu melakukan itu bukan? Sampai harus merelakan sekolah mu di Kanada? Maafkan ibu telah membuatmu terlampau khawatir dengan bercerita tentang Juan, kau bisa membatalkan itu, ibu akan bantu membicarakan nya dengan ayah"

"Tidak. Aku sudah resmi keluar dari sekolah sana, tidak sembarangan bisa masuk lagi"

"Kau tau, ibu bisa membantu mu" ibu menggengam tangan Jason, menyalurkan rasa dingin di genggaman tangannya. 

Sudah lama tangan ibu terasa selalu dingin Saat Jason menggengam nya. Awalnya, dia tidak sadar, hingga saat dia ingin pergi ke Kanada, ia baru menyadari, terakhir kali dia merasakan tangan ibu yang hangat itu memang sudah dulu sekali, pada masa masa yang sudah tidak dia ingat. Dan itu terasa lebih menyedihkan baginya. 

"Berhenti melakukan itu, bukan seperti itu cara ibu mendidik anak anaknya" 

Jason melepaskan genggaman ibu, untuk mengambil minum. 

"Ibu hanya khawatir terjadi sesuatu denganmu, cukup Juan saja yang seperti itu. Ibu akan mati jika kau__ " ibu tidak melanjutkan perkataannya, wajahnya menunduk, kekhawatiran nya memang nyata. 

"Berhenti berfikir an negatif bu, Kau tau aku adalah mantan atlet MMA? "

"Juan juga mahir taekwondo, tapi dia bisa seperti itu"

Suara ibu melirih seiring berakhirnya perkataannya. Ibu benar benar-benar khawatir. 

"Jangan khawatir oke? Aku tidak akan membuat masalah seperti itu. Aku janji. "

"Aku berangkat dulu, aku akan kembali ke rumah sakit setelah berbelanja kebutuhan nanti siang "

Jason pergi setelah sekali lagi memandang ibu yang terlihat masih kalut. Tidak ada jalan lain selain ini. Dia harus bersekolah di tempat Juan. 

🥀

Sekolah Juan termasuk dalam sekolah yang paling banyak diminati, mengingat kemudahannya untuk masuk ke universitas terbaik dalam maupun luar negeri setelah lulus nanti. Sangat menggiurkan bagi anak anak yang ingin jalan kerjanya mulus tanpa hambatan. Ya, setidaknya itu yang di jaminkan dari pihak sekolah. Sebenarnya, itu semua tergantung kemauan dan kegigihan dari individual nya saja. 

Memiliki tiga tingkat dan dua gedung terpisah, sekolah ini terlihat cukup megah bagi Jason yang baru pertama kali masuk ke dalamnya. 

Tujuan pertamanya adalah kantor ruang guru berada. Dia pikir, akan lebih mudah menemukannya karena biasanya kantor guru terletak tak jauh dari pintu masuk gerbang. Nyatanya, setelah ia bertanya kepada bapak satpam tadi, ruang guru berada di ujung koridor yang membentuk letter U. Akan lebih cepat sampai jika kita menyeberangi lapangan outdoor. 

Meski masih cukup pagi, beberapa anak laki laki terlihat sudah bermain bola di tengah lapangan. Berteriak dan bersorak sesuka hati mereka. Terasa sedikit menyebalkan bagi Jason mendengar teriakan sekencang itu di pagi hari. 

Jason sadar, beberapa pasang mata mengawasinya sejak dia masuk gerbang. Hal yang normal terjadi ketika datang siswa baru yang belum pernah mereka lihat. Bisa jadi, itu juga tatapan men judge? Apakah penampilan nya kurang rapi? Apa dirinya terlihat seperti siswa cupu karena memakai kaca mata? 

Jason tidak peduli sebenarnya, 

Ah... Dia hampir lupa kalau ini Sekolah Juan, apakah mereka mengira dirinya Juan? 

Jason menyungging, membayangkan teman teman Juan mengiranya sebagai Juan yang tiba tiba berangkat menggunakan kaca mata. 

Apakah mereka akan meledeknya? 

Tunggu, Juan memiliki teman kan? Apakah mereka tau apa yang terjadi dengan Juan? Tapi Ibu tidak pernah menceritakan teman Juan? 

"Jason...! "

Langkahnya seketika berhenti, Pertanyaan pertanyaan yang mengelilingi kepalanya pun turut berhenti mendengar seseorang memanggil namanya. 

Jason? Dia memanggilku Jason?

Jason? Dia memanggilku Jason?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






OVER THE BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang