Scar

152 15 0
                                    

Juan pertama kali mengenal biru sekitar dua tahun yang lalu, saat pelaksanaan OSPEK siswa baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan pertama kali mengenal biru sekitar dua tahun yang lalu, saat pelaksanaan OSPEK siswa baru.

Mungkin, Juan bukan satu satunya anak yang mengetahui namanya jalur ospek. dihari kedua, mereka berdua sama sama disuruh maju untuk mendapat hukuman karena tidak membawa barang yang diminta panitia. Tidak ada yang aneh sebelumnya, hingga salah satu panitia menanyakan umur dari mereka berdua.

Biru, yang memang masuk SMA dua tahun lebih lambat karena suatu alasan menjawab dengan jujur yang membuat terkejut seluruh siswa di ruangan tersebut. Hal ini juga yang mendasari banyak anak lebih mudah mengenalnya pada hari hari kemudian.

Biru ingat sekali, saat kembali ke tempat duduk asalnya, dia mendengar perempuan dibelakang nya tanpa malu membicarakannya.

Berbisik-bisik tentang alasan paling tepat menurut mereka tentang keterlambatanya masuk SMA. Semua tahu, masuk SMA tersebut bukan hal yang mudah, mereka harus mendapatkan nilai yang cukup kecuali kau punya uang yang sangat banyak untuk menutupi secara ilegal jika memiliki nilai jelek. Biru berpenampilan tidak seperti anak kaya raya pada umumnya. Kemungkinan menyogok tidak mungkin Biru miliki.

Biru tidak mendengarkan pembicaraan mereka lagi setelahnya karena memutuskan untuk fokus mengikuti pembicaraan panitia ospek di depan. Tanpa menyadari bahwa tak jauh beberapa hari setelahnya, kabar tentang dia yang masuk karena beasiswa dan miskin menjalar di antero sekolah.

Tidak semua orang memperdulikan kabar itu, namun tak sedikit pula yang meremehkan dan memandang sebelah mata setiap kali bertemu Biru.

Memutuskan untuk bersekolah di tempat yang cukup elit membuat Biru sudah mempersiapkan apapun yang terjadi saat telah berhasil masuk kesana. Dia tidak peduli serta mengabaikan apapun yang dikatakan orang lain kepadanya.

Namun, Minggu kedua setelah ospek, salah satu geng pimpinan kakak kelas yang cukup terkenal anarkis -dia tahu karena beberapa anak kelas membicarakannya- menghampirinya saat jam makan siang.

Biru tidak mempersiapkan apapun karena tidak berpikir mereka akan melakukan hal buruk kepada nya. Dia bahkan tidak benar benar mendengar apa yang mereka bicarakan di sekelilingnya. Biru mengabaikan pertanyaan pertanyaan meledek yang dilontarkan dengan keras dari mereka.

Tak pernah menyangka sekalipun bahwa satu menit kemudian dia akan di lempar nampan stainless yang menyebabkan makanan diatasnya bercecer di seragam putih nya. Biru sangat terkejut hingga tak bisa cepat memproses apa yang barusan terjadi, dan hanya bisa diam di tempat.

Butuh waktu beberapa detik untuk dia sadar bahwa setelah ini, kehidupan sekolahnya tidak akan mudah lagi.

"Apa itu yang membuat wajahmu penuh lebam saat kita pertama bertemu?"

Jason senantiasa menunggu jawaban Biru. Untuk kedua kalinya, dia bermalam di kamar sewa Biru setelah seharian membantu Biru di cafe.

Sebenarnya, Jason pulang lebih awal karena harus ke rumah sakit dan berganti pakaian untuk nya sendiri. Tidak mungkin untuk meminjam pakaian Biru lagi karena tidak ada celana yang pas di badannya juga. Meski memiliki tinggi sama, Jason mempunyai badan yang lebih besar daripada Biru. Sepertinya, Biru lah yang memiliki badan terlalu kurus untuk seumurannya.

Dengan melihat penampilan nya saja, orang akan menganggap Biru anak yang tidak suka makan dan penyakitan. Wajahnya juga seringkali pucat dan lebam di beberapa titik. Untungnya, Biru memiliki wajah yang cukup tampan. Di wajahnya yang terbilang kecil, dia memiliki mata yang cerah dan besar dengan bulu mata panjang, kulit bersih dan bibir yang masih merekah karena tidak pernah merokok.

Wajahnya membuatnya tidak terlihat terlalu menyedihkan seburuk apapun penampilan ataupun gaya rambutnya.

Bahkan, dibawah lampu yang sudah meremang karena sudah waktunya diganti pun, wajah Biru masih terlihat berseri.

"Bisa jadi. Jason me__ aah maksudu Juan membantu ku mengatasinya"

Biru menjawab tanpa memandang Jason yang tengah duduk diatas kasur. Tangannya mengumpulkan sampah bekas mie cup yang diseduh nya untuk makan malam tadi. Setelah menolak berulang kali saat Jason menawarinya makanan pinggir jalan, Biru memutuskan untuk makan mie saja karena menurut nya lebih segar dan menggugah selera makan.

Jason hanya mengikuti kemauannya, kembali ke tempat Biru dengan membawa dua cup mie dan satu box nasi berukuran medium. Jason juga menanyakan keberadaan satu kotak kardus mie dan coklat bar dibawah meja belajar yang ia lihat kemarin malam. Berakhir ia mengetahui bahwa itu bukan milik Biru, melainkan milik Joo-ha, perempuan yang di temuinya di cafe siang tadi. Biru bekerja untuk perempuan itu entah sejak kapan. Tugasnya hanya mengirimkan mie dan coklat setiap kali Joo-ha meminta karena konon katanya, ayah Joo-ha melarang ia makan makanan sembarangan.

Jason merasa itu hal yang wajar dilakukan oleh seorang ayah. Dulu, ayah juga sering melarang Dia jajan sembarangan. Saat ketauan melanggar, ayah akan mengomel sebentar lalu terlupakan dihari selanjutnya. Dia tidak paham kenapa Joo-ha harus diam diam seperti itu hingga meminta Biru menyelundupkan mie tengah malam. Orang yang tidak mengerti pasti akan berpikir bahwa Biru menyelundupkan sesuatu yang lain. Lain kali, Jason akan melarang nya melakukan itu supaya menghindari dicurigai yang tidak tidak di masa depan.

"Maksudmu, Juan membantu mu melawan? "

"Juan selalu menggagalkan mereka yang hendak memukulku. Sampai mereka lelah dan tak pernah mengganggu ku lagi. Tapi, seiring mereka yang tak lagi menggangguku, Juan juga tak menampakkan dirinya lagi dihadapan ku. Kami memiliki kelas yang berbeda. Aku pun tidak mau menghampiri nya terlebih dahulu takut menganggu. Kita tak pernah lagi bertegur sapa sampai akhirnya aku dipindahkan di kelas B tahun lalu"

"Kukira kau cukup kuat untuk melawan saat itu?"

Biru mengangguk.

"Aku bisa meski harus kalah karena jumlah. Tapi aku menahannya, kalaupun bukan aku yang salah, beasiswa ku akan tetap dicabut jika membuat keributan"

"Kau memukul Maxime waktu itu bukan?"

"Iya. Beasiswa ku sudah dicabut semenjak kejadian itu. Tidak ada lagi yang ku khawatirkan. Aku bisa melawan semauku"

Jason tertegun sejenak. Melihat Biru yang duduk tak jauh darinya setelah membereskan sampah makanan.

"Kau membayar sendiri sekolahmu?" Tanya Jason tak percaya.

"Seseorang sudah membayarkannya "

"Siapa?"

"Entah. Aku selalu merasa hidupku menderita sepanjang waktu. Namun, di waktu yang lain, aku dikelilingi orang-orang yang terlalu baik tanpa pamrih "

"Apa menurut mu itu sesuatu yang baik? Maksudku, orang yang membayarkannya tidak bermaksud lain bukan?"

"Semoga saja"

Mereka berdua berhenti sebentar. Keheningan malam turut menyelimuti. Angin luar menyelinap lewat celah celah fentilasi yang membesar di makan rayap.

Jason mendengar Biru menghela nafas kasar satu kali. Kemudian terdengar suara gesekan baju karena Biru bergerak mendekat.

"Aku tidak melakukan itu. Aku tidak tahu siapa yang melakukan itu. Saat bangun, aku sudah melihat Juan tak sadarkan diri"

Jantung Jason berdegup sebentar. Inikah jawaban yang ditunggunya? Inilah topik yang ingin diketahui nya?
Inilah alasannya berdiri disini sekarang, dibanding menetap di Kanada.
Tapi,Kenapa terasa tidak benar?

"Dia di keroyok bukan? Kenapa kau ada disana bersama Juan?"

"Sepertinya kami membuat marah sekelompok orang"

Jason menunggu dengan teliti apa saja yang keluar dari mulut Biru.

"Kau mungkin tidak akan percaya apa yang akan ku bicarakan selanjutnya "

Biru memandang lekat ke arah Jason, membuat Jason sedikit gugup karena dipandang seperti itu tiba-tiba.

"Maafkan aku. Secara sengaja atau tidak, aku membuatnya berurusan dengan bandar narkoba di pusat kota"

Badan Jason membeku seketika.

OVER THE BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang