Lima hari telah berlalu, semenjak Jason terakhir kali menginjakkan kaki di kamar sewa Biru malam itu dengan kebimbangan. Seringkah kau merasa tidak bisa membedakan mana intuisi, dan mana imajinasi? Jason merasakan hal itu. Perasaan nya mengatakan ada sesuatu yang tidak benar dengan apa yang diceritakan. Namun, dia tidak yakin perasaan yang dimilikinya apakah intuisi menuju kebenaran atau hanya imajinasi nya belaka.
Jason pernah mengabaikan intuisinya saat kelas lima SD dulu. Mengabaikan firasat buruknya saat bersepeda di jalur curam tak jauh dari rumah. Hatinya berkata dia tidak akan berhasil dan jatuh dengan parah. Dia hanya harus menuntun sepeda nya turun. Namun, otaknya menolak dan meyakinkan diri bahwa dia akan mampu melewatinya. Nyatanya, dia gagal. Sepedanya terbalik saat sudah hampir sampai di jalan datar. Dia terjatuh dengan muka lebih dulu mendarat ke aspal. Pipinya sempat sobek dan berdarah sangat banyak. Mengharuskan nya dijahit dan memiliki bekas lukanya yang tinggal satu senti hingga sekarang. Setelahnya, dia sangat menyesal telah mengabaikan intuisinya. Dia tidak akan menyesal telah jatuh jika tak harus menetap di rumah sakit. Dia sangat membenci bau rumah sakit. Entah kenapa.
Dilain waktu, dia sangat mempercayai intuisinya saat memutuskan untuk mendorong teman Juan yang memukul Juan dengan bola plastik di taman bermain sore itu. Dia yakin anak itu sengaja melakukan itu, tapi Juan berteriak bahwa mereka sedang bermain lempar bola,dan temannya tidak sengaja melempar kelewat keras. Anak itu menangis keras sebelum dibawa pergi oleh ibunya. Semua anak anak yang berada disitu bubar dan pulang. Begitupun dengan mereka berdua. Mereka pulang dengan Juan yang mengomeli Jason agar tidak bertindak gegabah sebelum mengerti apa yang terjadi.
Intuisinya salah. Bukan, itu bukan intuisi. Hanya praduga dan imajinasi dalam otak Jason saja. Jason tidak benar benar pintar dalam membaca intuisi, ini juga terjadi saat Juan berteman dengan geng motor yang membuatnya resah. Tidak terjadi apapun selama Juan bergabung dengan mereka meski Jason sudah berpikir yang tidak tidak. Dia jadi sadar, bahwa mungkin dia hanya terlalu khawatir terhadap orang sekitar. Dia menjadi lebih protektif kepada orang yang dianggap nya berharga. Jason tak tahu hal ini merupakan memang sifatnya atau ada sesuatu yang menjadikannya seperti itu. Jason pun masih buntu.
Sekolah sudah diliburkan sejak empat hari yang lalu. Empat hari itu juga Jason hanya bolak balik rumah lalu rumah sakit dan juga sebaliknya. Sesekali mampir ke Gym jika ingin merilekskan otot.
Kesehatan Juan menurun. Itu yang ia pertama kali ia dengar saat masuk ke ruang inap setelah pulang dari tempat Biru. Lingkaran hitam dibawah mata ibu makin nampak. Sepertinya dia memang kekurangan tidur. Ia harus mengerjakan pekerjaan online nya dirumah sakit sambil menemani Biru. Meski membawa serta pembantu rumah tangga, ibu tetap tidak bisa meninggalkan Juan disana. Ibu memang lebih protektif kepada Juan karena dia lebih manja dibanding Jason. Layaknya ibu pada umumnya yang tidak mau terpisah dari anak anak anaknya.
Juan terbiasa manja dan tergantung kepada ibu. Berbeda dengan Jason yang sudah bisa melakukan apa apa sendiri sejak lama. Ibu bukan tipe yang membedakan kasih sayang nya kepada anak. Jason mengerti, ibu menyayanginya dan Juan dengan porsi sama meski caranya sedikit berbeda.
Saat Jason memutuskan belajar di luar negeri pun ibu sangat keberatan. Namun, harus tetap melepas karena kemauan Jason sendiri. Jason tak tahu pasti, tapi mungkin itu juga yang menyebabkan Ibu lebih protektif kepada Juan. 1) Juan tidak pernah hidup sendiri, ibu terlalu takut dia tak bisa berjuang sendiri dibawah sakitnya 2) ibu beranggapan bahwa Jason bisa pergi meninggalkan nya kapan saja dimasa depan demi karir, berbeda dengan Juan yang sudah pasti akan tetap dirumah hingga mewariskan perusahaan ayah.
Ia mengerti apa yang dirasakan ibu dan tak bisa menyalahkannya. Ia hanya khawatir sifat ibu yang seperti itu tidak bisa dirubah dan akan mempengaruhi kehidupan pribadi Juan di masa depan. Membayangkan siapapun yang menjadi calon pendamping Juan nantinya, pasti akan kesusahan mengimbangi sifat ibu jika terus seperti itu. Hanya Juan yang bisa merubahnya.
Melihat kondisi ibu yang terlihat sakit membuat Jason memaksanya untuk pulang dan istirahat. Ia mengatakan bahwa akan mejaganya 24 jam selagi sekolah masih diliburkan.
Ibu akhirnya menurut dengan berat hati setelah beberapa kali dipaksakan. Dan mengatakan bahwa dia tetap akan datang setiap malam untuk menge cek. Jason hanya bisa setuju.
Selama menunggui Juan, dia tak bisa pergi kemanapun dengan lama. Dia bahkan tak lagi menghubungi Biru sama sekali. Dia tak memiliki nomornya, selain nomor misterius yang belum pasti milik Biru atau bukan. Biru sendiri juga tak pernah menghubunginya.
Namun, meskipun mereka telah bertukar nomor telepon, tidak alasan yang pasti juga untuk saling terhubung. Memangnya apa yang akan mereka bahas jika bertukar pesan? Saat bertemu langsung saja masih cukup canggung untuk dikatakan berteman.
Pukul tujuh malam, ibu datang lagi. Menyuruh Jason istirahat atau berjalan jalan sebentar untuk merelaksasi kan otak. Atau mandi dirumah dan berganti pakaian. Melihat penampilan ibu yang lebih segar dari sebelumnya, membuat nya tersenyum lega.
Dia memutuskan untuk keluar ke jalan sebentar. Berkeliling dengan mengendarai motor terdengar menenangkan. Mengeluh kemudian saat merasakan perutnya berbunyi lapar. Teringat bahwa dia belum sempat makan malam apapun tadi.
Jason melihat minimarket terdekat di depan. Memarkirkan motornya kemudian masuk kedalam. Dia tidak sedang ingin makan berat, tapi juga bingung harus memakan apa yang tersedia di toko. Jadi, dia berkeliling ke rak rak makanan ringan. Mengehentikan langkahnya saat melewati rak yang berisi bermacam macam mie instan biasa maupun yang cup. Kembali mengingat saat memakan mie cup yang sama dengan Biru malam itu. Dia mengambilnya. Memutuskan untuk makan mie saja. Mengambil juga satu bungkus sosis dan minuman soda sebelum membayar dikasir.
Jason mengamati sekitar, mendapati meja panjang yang disediakan untuk makan ditempat yang menghadap ke arah jalan. Ada satu orang di ujung yang juga sedang menyantap mie. Memperhatikan lebih detail orang tersebut karena merasa tak asing. Setengah wajahnyanya tertutup tudung Hoodie yang dipakainya, meski Jason masih sanggup melihat rambut blondenya dari samping.
Jason merasa tak yakin, tapi orang itu terlihat mirip dengan Biru. Atau mungkin memang Biru? Dia akan mencari tahu nanti. Dia harus membayar belanjaan nya dulu. Akan sangat kebetulan jika ia bertemu Biru disini.
Saat berbalik, orang itu sudah pergi. Jason memandang keluar, mendapati punggung anak itu yang berjalan pergi. Melihatnya menengok kebelakang sebelum menaiki angkutan umum.
"Dia memang Biru bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE BLUE
FanficSaat kembali bangun, dia harus menghadapi suasana pelik yang penuh kesalahpahaman.