Biru pandai berbohong. Terlampau biasa menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakan. Saat baru saja masuk sekolah dasar, beberapa anak kelas 6 menyebutnya anak paling lucu di sana. Selalu merasa gemas dan memujinya saat bertemu di kantin saat jam istirahat tiba. Membuat Biru menjadi malu dan tak tahu harus apa karena dia merasa masih sangat kecil dan baru di sekolah tersebut.
Dia menjadi lebih populer dikalangan teman teman nya dan kakak kelas hingga saat naik ke kelas empat SD. Setiap tingkat dibagi menjadi 3 kelas, A, B dan C. Susunan anggota kelas akan berubah di setiap tahun. Sekolah me rolling anggota kelas setiap tahun agar semua siswa dapat mengenal satu sama lain. Meskipun ada kemungkinan mendapatkan kelas yang sama lagi, banyak juga yang baru bertemu saat perpindahan kelas tersebut.
Biru mendapatkan teman sebangku yang sebelumnya belum pernah menjadi anggota kelasnya saat memasuki kelas 4. Seorang anak laki-laki yang lebih kecil dan berkulit putih darinya. Biru cukup berani dan pandai mendekati teman terlebih dahulu. Tapi, tak disangka, teman sebangkunya itu lah yang memulai percakapan denganya pada hari pertama mereka bertemu. Biru cukup gembira karena biasanya dia yang akan banyak bicara jika berteman.
Anak anak kelas enam masih sering memanggil manggil namanya, mencubit pipinya karena gemas lalu memberinya sebuah permen. Dia cukup senang atas atensi yang didapat nya itu, ia jadi merasa punya kakak karena dirumah dia tidak mempunyai saudara satupun. Ia tak pernah menyangka bahwa perlakuan yang didapat nya akan menimbulkan kecemburuan bagi teman sebangkunya.
Pada Jum'at pagi, seluruh kelas beramai ramai membicarakan pesta ulang tahun yang diadakan oleh teman sebangkunya Minggu besok. Saat ia masuk kelas di pagi hari, semua siswa terlihat sedang memegang undangan pesta ulang tahun yang kelihatan sangat cantik. Ia tersenyum, menunggu teman sebangkunya memberikan kepadanya juga nanti. Namun hingga waktu pulang sekolah, dia tak mendapatkan apapun.
Biru agak bingung, berpikir bahwa mungkin saja temannya lupa dan mengira dia telah menerima undangan. Jadi, dia menanyakan padanya, berakhir dengan ia yang di beritahu dimana tempat pesta diadakan tanpa diberi undangan.
Biru tidak tahu, bahwa usahanya membeli kado pada Sabtu pagi akan berujung sia sia karena alamat yang diberikan kepadanya merupakan alamat palsu. Teman sebangku yang ia kira cukup dekat dengannya membohongi nya.Sore itu, Biru pulang dengan menangis dibawah rintik hujan yang kebetulan turun. Sebagai seorang anak kecil yang masih duduk di kelas 4 SD, ia merasa sangat terpukul dan sedih telah di bohongi sebegitunya.
Kesedihannya tidak berhenti disitu, satu hari setelah sekolah kembali berjalan di hari Senin, semua menjadi berubah. Tak ada lagi yang menyapa nya, tak ada yang mau membalas sapaanya. Tak ada lagi yang tiba tiba mendekatinya untuk memberikan permen. Biru tak tahu mengapa, yang ia dengar hanya mereka yang mengatakan bahwa ibunya merupakan orang miskin. Ia tak mengerti kenapa mereka menyebut nya miskin. Apakah berangkat tidak diantar dengan mobil mewah menandakan bahwa dia miskin? Biru benar benar tak mengerti.
Keadaan menjadi semakin parah saat ia memasuki kelas 6. Semakin bertambah nya umur, ego juga semakin bertambah besar. Teman sebangkunya dulu, mengajak anggota kelas lain untuk menganggu Biru secara bergerombol.
Membuang bukunya ke selokan, menarik tas nya sampai robek hingga kejadian terparah adalah mereka yang mulai membully secara fisik. Biru hampir menerima pukulan kalau saja tidak ada anak laki laki dari kelas empat yang membantu nya sore itu.
Anak itu memiliki tubuh lebih pendek , bermata bulat dan pipi chubby khas anak kecil. Memiliki gigi kelinci yang membuat wajahnya terlihat sangat imut. Meskipun begitu, kekuatan anak Itu tidak main main. Dia bahkan berhasil membanting dan memukul salah satu anggota yang membully Biru.
Biru khawatir tentang anak itu yang bisa saja dilaporkan dan diprotes oleh orang tua anak yang dipukulnya. Ia akan dikeluarkan jika ketahuan memukul. Tapi kenyataannya, itu tidak terjadi hingga hari hari selanjutnya. Tidak ada yang membahas kejadian tersebut termasuk mantan teman sebangkunya. Meski terheran, ia cukup bersyukur.
Ia selalu mengingat perkataan anak yang lebih muda dua tahun dari nya itu sebelum pergi,
"Kau harus melawan. Aku tidak bisa selalu membantu mu, tapi aku bisa mengajarkanmu bagaimana cara melawan"
Meski sempat berpisah dan tak lagi bisa menemui anak kecil itu -dan kemungkinan anak itu tak lagi mengingat nya, Biru selalu ingat wajahnya.
Bahkan Biru langsung mengenali nya meski sudah berubah remaja saat melihatnya di aula, ketika sama sama maju kedepan pada saat masa orientasi siswa baru SMA.
Biru tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi.
Biru cukup senang dan berniat mendekati nya untuk berteman, sebelum ia menjadi bahan olok olokan karena terlambat masuk SMA dua tahun dan kemudian kabar dirinya dadi keluarga miskin menyebar.
Kehidupan SMA tak selancar yang ia kira. Rasa percaya dirinya makin berkurang. Ia tidak berani memulai pertemanan dengan yang lain. Untuk sekedar berbincang sebentar saja, ia tak memiliki nyali. Rasa khawatir akan ditolak menyerangnya setiap hari. Niatnya untuk berteman dengan anak laki laki yang ia ketahui bernama Jason itu seketika ia urungkan.
Biru berbohong jika ia mengatakan bahwa ia baik baik saja. Ia berbohong saat mengatakan telah terbiasa diabaikan. Dia hanya memaksa kan diri untuk terbiasa.
Semua orang membicarakan hal yang buruk tentang nya, menghindari berhubungan dengannya sebisa mungkin, tidak ada yang berani mendekati nya semenjak ia dijadikan sasaran bully segerombol anak kelas C . Semua orang takut dan tidak berani melawan dengan geng bully itu. Mereka terhubung dengan geng motor sekolah sebelah yang terkenal dengan kebengisan nya. Sudah ada banyak anak yang memilih pindah saat harus berhubungan dengan mereka.
Biru merasakan hal yang sama. Dia sama sekali jauh dari kata kuat untuk menghadapi Bullyan mereka. Beberapa kali mereka memukul nya dan bertambah kasar saat Biru mulai melawan. Biru kalah jumlah. Hampir setiap malam ia pulang dengan menangis. Di tengah gelapnya kamar sewa yang sempit.
Dia ingin sekali menyerah. Dia bahkan beberapa kali mencoba menyerah dan selalu gagal. Saat dia berkata bahwa dia harus bertahan hingga lulus agar dapat masuk universitas ternama, ia tak benar benar serius mengatakan itu. Dia pernah mengajukan pengunduran diri dari sekolah dengan segala alasan. Kepala sekolah tak membolehkan.
Ia pernah nekad tidak masuk selama seminggu, hanya kemudian guru kelas membujuknya untuk kembali dan tidak bisa keluar begitu saja tanpa alasan yang kuat, karena dia harus membayar biaya masuk yang telah dikeluarkan sekolah untuk nya lewat beasiswa. Secara kasar, dia harus ganti rugi karena sekolah telah mengeluarkan uang untuk nya demi dia bisa belajar disana. Biru terpaksa melanjutkan karena tak mungkin membayar jumlah uang sebanyak itu.
Biru sudah tahu, ia tidak boleh bekerja selama bersekolah. Ia tetap melakukan itu karena butuh dan berharap ini dapat menjadi alasan dia dikeluarkan. Namun, kepala sekolah tak kunjung mengeluarkan nya.
Puncaknya, saat kejadian pengeroyokan Jason di stasion terbengkalai hari itu. Ia mengambil tanggung jawab sebagai pelaku. Berharap ia dikeluarkan dan mungkin akan lebih baik jika dia masuk penjara remaja. Namun, orangtua Jason malah meminta sekolah untuk mempertahankan nya.
Hidup Biru semakin menderita. Ia bahkan ingin mengakhiri hidupnya sendiri kalau saja tidak terlalu takut melakukan nya. Ia merasa geram karena dunia seolah menginginkannya untuk mati menderita di sini.
Hal yang lebih parah bagi Biru adalah, Jason menjadi salah satu anggota di geng itu. Geng yang membully nya setiap ada kesempatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE BLUE
FanfictionSaat kembali bangun, dia harus menghadapi suasana pelik yang penuh kesalahpahaman.