Hurt

134 15 0
                                    

"kau memang bodoh sekali "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kau memang bodoh sekali "

Ujar pria bertopeng, diiringi tawa mengejeknya yang masih terdengar menyebalkan bagi Jason.

Jason dapat melihat kedua tangan pria itu terangkat menurunkan tudung Hoodie yang menutupi kepalanya semenjak ia sadar. Rambut blonde terang menerpa penglihatannya. Dan saat tangan pria itu mulai membuka topeng, dia tidak bisa untuk tidak menahan nafas. Menantikan bagaimana rupa pria bertopeng itu sebenarnya.

Jason benar.
Saat topeng terjatuh tak lagi menutupi, wajah Biru yang selalu ia lihat akhir akhir ini muncul dibaliknya. Pria bertopeng itu benar benar Biru seperti dugaannya.

Jason dapat melihat Biru melangkahkan kakinya mendekat. Berjongkok disamping kanan Jason. Sangat dekat hingga lengannya dapat merasakan ujung sepatu Biru yang berlagak akan menginjak kapanpun juga.

Senyum Biru mengembang, senyum yang sangat berbeda dan tidak tahu bisa muncul dari seorang Biru. Memandang dingin kebawah kearah Jason yang tergeletak dengan memegangi dadanya yang kian sakit.

"Kau tidak terkejut? Kau sudah mengetahui kalau aku Biru, aku tidak perlu dengan topeng itu lagi bukan? "

Jason mempertahankan ketenangan nya meski berulang kali meringis kesakitan. Cepat cepat membaca situasi dan mencari jalan yang tepat untuk dia lakukan. 

"Kau cocok dengan rambut terang. Bagaimana kabarmu?"

"Mm baik? Bukankah aku yang seharusnya bertanya itu? Sebentar lagi kau akan mati"

"Benarkah?"

"Ya. Dan aku tidak akan menanyakan kepadamu tentang permintaan terakhir. Tidak ada kesempatan apapun lagi bagimu"

"apa sudah terlambat? "

Mulut Jason sedikit bergetar. Dadanya mulai sesak. Dengan kondisi yang seperti ini, akan lebih mudah baginya jika tak sadarkan diri lalu mati. Dia sudah terlalu lama menahan rasa sakit yang sangat tidak mengenakkan. Racun yang disuntikkan ke badannya, sepertinya memang di peruntukan untuk menyiksa terlebih dahulu. Dan itu lebih menyakitkan dibanding dengan langsung mati begitu saja.

"Terlambat? Kau memang tidak memiliki kesempatan sejak awal. Takdirmu memang mati ditanganku"

"Kenapa?"

Biru berdecih, mengerutkan dahi dan menatap tajam ke bawah.

"Kau masih bertanya kenapa? "

"Ya, kenapa berbohong padaku?"

Biru memandang bingung ke arah Jason, tak tahu arah mana pertanyaan Jason tertuju. Berbohong apa?

Tanpa disadari bahwa tangan kanan Jason mulai bergerak dari samping badan Biru. Menargetkan area leher dan dengan cepat memukul nya.

Badan Biru ambruk. Meskipun masih diatas kesadarannya, ia menderita batuk keras. Kerongkongan nya terasa habis dipukuli dengan kuat. Saat Kepalanya belum pulih dari berkunang kunang dan mata yang masih memburam, dia melihat Jason bergerak ke arahnya. Mencoba mencekek lehernya kalo saja tidak ditahan oleh ke dua tangannya.

Biru tersudut. Menyaksikan mata Jason yang seakan menyalang merah. Ia tidak tahu bahwa racun yang disuntikkan tidak mampu melumpuhkan kekuatan Jason. Badan dan tenaga Jason terasa jauh lebih kuat darinya, dia akan kalah begitu saja tanpa senjata.

Ah senjata?

"Siapa kau?!!"

Jason berteriak kepada orang yang sekarang berada di  bawah Kungkungan nya.  Wajahnya memerah. Otot lengannya kelihatan mengeras. Jika kau menyaksikan apa yang di lakukan nya sekarang, kau akan menilai bahwa Jason sudah sangat siap untuk membunuh orang tersebut.

"Maksudmu? A-aku Biru"

Jason tak mengendorkan sedikit pun kekuatannya meski lawannya sudah beberapa kali terbatuk karena cengkraman di lehernya.

"Apa menurut mu aku sebodoh itu? Meski kau memiliki wajah yang sama dengannya, aku masih tau, kau sama sekali bukan Biru. Tingkah laku dan bagaimana kau bicara saja sangat tidak mungkin kalian orang yang sama!"

"Lalu? Menurutmu aku siapa? Hah! Lepaskan! Aku tidak bisa bernafas! JASON LEPASK-!!"

"Diam kau si palsu! Satu hal yang Biru ketahui dan tidak kau ketahui adalah aku bukan Jason yang kau maksud! Dan Biru yang kukenal tidak akan mungkin berlaku kotor seperti mu. Katakan! Siapa kau dan dimana Biru Yang asli?!"

Jason merasakan tangan yang menghalangi cengkraman nya terlepas. Menjadikan kesepuluh jarinya kini mencengkeram langsung kulit leher orang dibawah nya.

Meski masih terbatuk dan hendak kehabisan nafas, pria bermuka Biru itu masih saja tersenyum miring dan seperti mengejek. Membuat Jason makin emosi dan tanpa sadar makan mengeratkan Cengkraman.

"Kau-punya-jiwa-pembunuh-juga?"

Pria misterius itu terus saja bicara meski terbata karena kehabisan udara. Membuat emosi Jason semakin  melambung tinggi. Melupakan rasa sakit yang terasa semakin parah didalam badannya.

"sangat menyenangkan melihatmu seperti ini. Seperti yang sudah aku bilang, kau tidak memiliki kesempatan lagi untuk hidup di tanganku. Kau-akan-mati-setelah ini brengsek!"

Lengan kanan Pria misterius tersebut mengayunkan belati yang sedari tadi disembunyikan nya didalam kantong Hoodie. Menimbulkan bunyi tusukan setelahnya , disertai teriakan Jason yang tercekat hanya sampai di leher.

Pria berwajah Biru mendorong badan Jason agak tidak jatuh mengenai tubuhnya. Melihat darah yang mengucur dari belati miliknya yang tertancap di perut sebelah kiri Jason.
Dia mengusap tangannya yang terkena darah meski sia sia -lengan bajunya bahkan sudah dipenuhi cairan merah. Dia tersenyum saat mendapati merahnya darah terlihat menyatu dengan warna hitam pada lengan Hoodie nya.

Pria itu bangkit bersamaan dengan bunyi pintu terbuka dengan sangat keras. Menampilkan seseorang yang tergesa gesa berlari ke arah mereka berdua.

"JASON!!"

Jason merasakan kepalanya terangkat. Diantara kesadaran nya yang makin menipis, dia mendengar seseorang terus meneriaki namanya.
Pandangan yang semula tertuju pada pria blonde didepan, kemudian beralih kearah satu orang yang baru saja datang. Tangan dinginnya merasakan pegangan erat yang sayangnya sama sekali tidak membuat tubuhnya hangat, tapi cukup menenangkan.

Pipinya terasa basah terkena setetes air. Bukan dia yang menangis. Orang yang memegangnya yang menangis.

Jason tersenyum saat pandangannya menangkap wajah orang tersebut.
Dia benar kan? Dia tidak salah. Inilah Biru yang dia kenal. Tidak ada rambut blonde dan senyum menyebalkan. Bahkan pandangan teduhnya masih terasa meski ditengah linangan air mata.

"Ma-af"

Jason hanya sanggup mengatakan satu kata tersebut sebelum kesadarannya benar benar hilang. Tak lagi melihat atau mendengar apapun selain gelap dan sunyi.

Biru dengan gemetar menelfon nomor darurat di handphone nya.  Membiarkannya masih tersambung setelah mengatakan alamat lengkap dimana dia berada sekarang.

Tubuh nya bangkit. mengusap tetesan air mata terakhir yang kini telah berganti dengan tatapan tajam. Kakinya melangkah mendekati pria blonde yang kini sedang mengusap ngusap bajunya yang penuh darah tanpa merasa bersalah.

Dia sangat benci melihat wajah orang itu. Dia lebih membenci saat menyadari bahwa dia memiliki wajah yang sama dengan orang tersebut.

"Kau telah bertindak terlalu jauh, Angkasa."

Pemilik nama Angkasa itu mendongak saat namanya terpanggil. Tertawa remeh mendapati dirinya ditatap tajam. 

"Oh ya?"

OVER THE BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang