Biru hidup dengan ketakutan dan kekhawatiran selama bertahun tahun semenjak malam itu. Perasaan ini bertambah kuat seiring perubahannya menjadi dewasa. Saat kecil, dia hanya menganggap Angkasa layaknya hantu bermuka seram yang bisa kapan saja memunculkan diri saat malam hari.
Namun saat waktu bertambah, ketika dia sudah mampu berpikir lebih realistis, yang dia takutkan adalah Angkasa sebagai manusia yang jahat. Belakangan, ia mengetahui bahwa kucing miliknya yang mati di malam itu adalah perbuatan Angkasa. Dia tak sengaja mendengarkan percakapan ibu dan ayahnya tentang kejadian malam itu yang membuat mereka khawatir juga.
Ayah bilang, ia menemukan kucing Biru yang sudah bersimbah darah awalnya. Terdapat luka menganga di dada seperti bekas tusukan benda tajam. Ayah membersihkan nya terlebih dahulu sebelum memberitahu Biru karena tidak ingin membuat nya takut.
Ini menjadi masuk akal kenapa baju Angkasa terlihat di penuhi bercak darah. Sebelum masuk gudang , Angkasa berkemungkinan terlebih dahulu membunuh kucing milik Biru. Entah apa tujuannya, asumsi ayah, Angkasa hanya mengikuti kemauan hatinya.
Saat itu Biru baru lulus dari kelas 6 SD. Dia pernah membaca di internet tentang kelainan jiwa seseorang yang akan senang melihat mangsanya menderita hingga berani membunuh. Biru mengerti bahwa penyakit jiwa seperti itu benar terjadi di dunia nyata. Mulai hari itu, dia takut kepada Angkasa sebagai seseorang yang memiliki sikap sadis.
Mungkin akan lebih baik Angkasa itu hanya hantu yang menakutinya dalam gelap dan pergi saat matahari muncul. Dibanding dengan sebagai manusia yang bisa melakukan apa saja tanpa memandang waktu.
Berbagai cara untuk menyibukan dirinya dengan aktifitas, tidak bisa membuatnya begitu saja melupakan wajah Angkasa di pikirannya. Rasa penasaran, takut dan bersalah bercampur menggerogoti hatinya.
Puncaknya, adalah malam hari setelah libur semester berlangsung. Ia terbangun di kamar yang gelap karena hempasan angin yang cukup keras dari jendela balkon. Dengan mata yang terbuka setengah, ia bangkit menuju jendela yang sudah terbuka lebar. Seingatnya, dia sudah menguncinya sebelum tidur. Dia tidak pernah melupakan itu karena rasa takutnya. Bahkan, sebelum matahari benar benar tenggelam, ia akan mengecek semua pintu jendela dan rumah untuk memastikan telah terkunci dengan baik. Akan sangat mustahil ia mendapati jendela terbuka di tengah malam begini.
Bulu kuduknya berdiri seketika. Membayangkan hal yang tidak tidak bisa saja terjadi.
Apakah ada maling?
Atau memang dia yang lupa menguncinya?
Bagaimana kalau ada orang masuk?Biru menyalakan lampu dengan cepat setelah menutup jendela. Memeriksa kesegala penjuru bahkan lemari bajunya untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan.
Dia tak menemukan apapun. Ia berbalik ke arah ranjang nya. Menyadari bahwa kolong tempat tidur belum ia periksa sedari tadi.
Biru berhenti sejenak, mengambil gagang sapu di pojok ruangan untuk berjaga jaga jika muncul sesuatu yang tak terduga sebelum berjongkok untuk melongok.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE BLUE
FanfictionSaat kembali bangun, dia harus menghadapi suasana pelik yang penuh kesalahpahaman.