Golden Fish

176 16 0
                                    



Nyatanya, Jason tidak melakukan apapun selain belajar sampai ujian selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nyatanya, Jason tidak melakukan apapun selain belajar sampai ujian selesai. Tidak membuka ponsel Juan lagi, tidak juga mencari keterangan dari Biru.

Jason tidak mampu membagi fokus dengan baik saat melakukan dua hal yang cukup menguras pikiran. Apalagi dia akan larut jika sudah mulai memegang buku. Membuka ponsel membuat nya memiliki perasaan tidak menentu, dia seperti tidak begitu siap akan apa yang akan di temukannya lagi nanti.

Dulu, dia pikir, dia akan cepat menyelesaikan permasalahan Juan. Namun kenyataannya, tidak begitu. Apa yang sudah di rencanakan nya seakan sangat lambat menemui kemajuan. Entah kenapa, dia tiba-tiba merasa takut hasil akhir dari usahanya ini.

Juan masih belum sadar hingga sekarang, Jason pikir ,akan lebih bagus jika dia bangun lebih cepat. Jason hanya perlu menanyai nya tentang apa yang terjadi, kemudian memutuskan apa yang harus dilakukan. Juan tidak akan bisa berbohong kepadanya omong omong.

Jason paham sekali gelagat Juan saat memendam kebohongan meski hanya dia dengar lewat suara.

Tadi malam, ibu menelpon sambil menangis , mengatakan bahwa Juan menggerakkan jari telunjuk nya. Ibu mengharapkan kalau Juan mungkin sebentar lagi bangun.

Jason turut ke sana, hingga tadi pagi. Tidak mendapati kemajuan apapun dari Juan. Anak itu masih damai memejamkan mata.

Jason merasakan perasaan yang cukup aneh. Kau tau kan ikatan batin antar anak kembar?

Di pikirannya, Juan memang belum berniat untuk bangun. Dia lebih nyaman menutup matanya, entah untuk alasan apa, ada sesuatu yang harus dilakukan Jason terlebih dahulu agar dia mau untuk bangun.

Juan menggerakkan jari nya hanya untuk menghibur ibu dan mengisyaratkan bahwa dia masih ada dan masih ingin hidup.

Jason masih memikirkanya hingga dia sampai di sekolah pagi itu. Mendapati dinding pengumuman yang berada di koridor menuju kelasnya, telah ramai dikerumuni para siswa.

Jason mengerutkan dahi dibalik kacamata nya, merasa bingung saat semua orang di depan memperhatikan nya dengan kompak. Membuatnya mau tak mau merasa penasaran apa yang tertulis pada dinding pengumuman.

"Si bule jepang itu akhirnya ada yang menyaingi"

"Tapi kenapa baru sekarang?"

"Menurutmu apakah dia akan sangat marah? Dia saja secara terang terangan tidak menyukai siswa peringkat ke dua meski tak pernah menandinginya "

Jason mendengarkan beberapa omongan siswa di kanan kirinya saat berhasil menggerakkan badannya di tengah kerumunan untuk melihat papan pengumuman.

Melihat 4 lembar kertas yang sudah tersusun hingga nomor 80.

"Ah, peringkatnya sudah keluar ternyata" gumam Jason, mencari namanya diantara daftar tersebut.

Jason menyeringai senang saat mendapati namanya berada di baris paling atas dengan rata rata nilai 10. Dia sudah menduganya dari awal, pelajaran di sini sudah ia pelajari sedari kelas 1 di Kanada. Cukup mudah baginya karena tinggal mengingat kembali materi materi tersebut.

Dia keluar dari kerumunan masih dengan senyum yang terpasang. Menyelakan satu tangan nya kedalam saku, berjalan lurus menuju kelasnya, menghiraukan perhatian orang-orang sepanjang koridor yang di lewatinya.

"Apa Juan sebodoh itu? Sampai mereka terkejut hingga melotot begitu?"

Gumam Jason menggelengkan kepalanya.
Duduk di bangkunya seperti biasa, mulai mengeluarkan peralatan belajar ke atas meja. Tinggal menunggu bel masuk berbunyi.

🥀

Satu ikan mas di kolam belakang terlihat mengapung tak bernyawa. Tidak menimbulkan bau apapun, sepertinya ikan itu mati baru saja. Petugas kebersihan bahkan belum mengetahuinya mengingat ikan itu masih disana sejak seorang perempuan duduk di bangku tak jauh dari lokasi kolam.

Mata hazelnya menatap tajam kearah ikan yang terapung di kolam.  Tidak melakukan apapun, hanya melihat tanpa berpindah.

Rambutnya panjang mengkilat, terlihat sangat terawat. Dan terasa lembut meski hanya melihatnya saja.

Pandangannya tak berganti meski bibirnya  berkali kali menegak cola ditangan nya dengan kasar. Satu cola sebelum nya bahkan ringsek karena di genggam terlalu erat. Dia bahkan tidak peduli akan setitik darah di jarinya disebabkan terkena ujung cola yang cukup tajam.

Wajahnya tidak begitu tenang, seperti memendam kegelisahan. Sosok yang selama ini terkenal kokoh dan penuh percaya diri itu nampaknya sedang sedikit gemetar karena terlalu marah.

Dia tidak bisa menangis meski sangat ingin. Matanya tidak boleh terlihat sembab dan sayu. Dia juga harus tetap terlihat rapi dan cantik. Orang harus tidak bisa merendahkannya meski hanya satu kata. Orang lain tidak boleh mengetahui kelemahannya.

Orang yang lemah akan mudah kalah. Dia mungkin akan mati seperti ikan di depannya. Ikan itu terlalu lemah sehingga harus kalah dengan ikan lain meski memiliki warna berbeda dan lebih cantik. Dia tidak akan mau menjalani hidup seperti ikan itu. Mati sia sia lebih dulu daripada mereka yang tidak lebih sempurna darinya.

Dia mengatur nafasnya kembali yang semula berantakan. Merapikan ulang baju seragamnya. Menyisir rambutnya dengan jari meski sudah rapi sedari tadi.

Dia berdiri tegap, mengepal erat telapak tangan. Memantapkan pikiran dan tekad.

Dia akan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya.

Dia akan terus menjadi si 'paling' hingga kapanpun.

OVER THE BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang