Biru selalu bangun lebih awal bahkan sebelum alarm yang di setel nya berbunyi. Menjadi sebuah kebiasaan atau keharusan. Dia tidak tahu, seandainya masih hidup bersama ibu, dia akan bangun sepagi itu atau tidak. Karena dulu, saat masih kecil pun dia senantiasa bangun lebih pagi demi melihat ayahnya pergi bekerja.
Dulu, tidak ada kesempatan melihat ayah selain pada hari libur karena ayah akan berangkat kerja ketika Biru masih tertidur dan pulang setelah Biru sudah tidur di malam hari. Dia selalu ingin bersarapan bersama ke dua orang tuanya sebelum berangkat sekolah. Jadi, dia berusaha sekuat tenaga selalu bangun pagi meski kemudian tak sengaja tertidur lagi karena mengantuk.
Meskipun beberapa tahun kemudian, dia tak bisa lagi benar benar bertemu ayahnya dalam jangka waktu lama, kebiasaan bangun pagi nya tetap melekat di sehari hari. Apalagi, setelah memutuskan hidup mandiri seperti saat ini.
Karena tidak memiliki waktu lagi setelah sepulang sekolah, Ia harus membersihkan kamar sebelum berangkat ke sekolah. Menyapu, mengepel lantai dan Mencuci pakaiannya sendiri. Semua dilakukannya secara manual demi menghemat biaya listrik.
Dia bahkan tidak memiliki alat seterika an atau pengering, dia akan menggantung pakaian yang sudah setengah kering di pojokan kamar hingga klimis karena angin dari luar. Jika bajunya terasa masih belum rapi, ia akan melempit bajunya kemudian membiarkan semalaman dibawah bantal tidurnya. Mungkin ada sebagian orang yang tidak mengerti bagaimana ini bisa bekerja, namun langkah itu benar-benar dilakukan oleh Biru.
Hanya ada 2 perabotan elektronik yang memang tersedia di kamar sewanya, yaitu sebuah rice cooker mini dan dispenser. Pemilik sewa juga menyediakan sebuah single kompor beserta gas nya. Cukup memudahkan nya, jika ia ingin memasak makanan sendiri. Walaupun sangat jarang ia gunakan karena kurangnya bahan makanan.
Disaat hari libur sekolah , biasanya ia akan membantu kak Rey belanja keperluan cafe. Membawakan belanjaan dari pasar dan menata nya di cafe sebelum memulai pekerjaan utama nya disana. Lagi lagi ia melakukan ini setelah memaksa kak Rey yang selalu tidak setuju jika Biru bekerja terlalu pagi.
Itu dimulai saat kak Rey mencari orang yang mau bekerja part time di cafe nya selama liburan karena lebih ramai. Tugasnya hanya membantu berbelanja dan menata stok barang. Biru melihatnya sebagai peluang dan menawarkan diri agar dia saja yang mengisi posisi tersebut. Tentu saja kak Rey tidak setuju, kak Rey tidak mau Biru terlalu lelah setelah ia mengambil full time juga. Ia bahkan akan meng gaji lebih meski Biru bekerja seperti biasa.
Biru lebih tidak mau jika seperti itu, dia hanya ingin mendapatkan bayaran sesuai yang ia kerjakan. Akhirnya kak Rey tetap menyetujui, dengan syarat bahwa Biru melakukannya hanya jika sekolahnya libur. ia juga tidak punya banyak waktu untuk mentraining karyawan baru, menjadikan solusi paling tepat untuk saat itu.
Biru membuka matanya menemukan hari sudah tak lagi gelap. Setitik cahaya masuk lewat fentilasi pintu. Bergegas bangkit dari tidurnya, menyadari bahwa dia bangun lebih lambat dari biasanya. Dia meraba raba ponsel di sekitar tempat ia tidur, mengecek apakah alarm nya tidak berbunyi atau lupa tidak dinyalakan. Menemukan bahwa alarmnya tetap berbunyi , namun mungkin dimatikan oleh dia sendiri tanpa sadar. Tidak biasanya dia seperti ini, apakah tubuhnya yang terlalu lelah ?
Mengingat hari yang akan semakin siang, Biru mulai beberes. Memulai dengan menggulung kasur hingga menge pel lantai. Aktifitas paginya membuat hawa dingin yang menerpa tubuhnya berkurang. Ia tidak akan kedinginan jika mandi sekarang.
Biru menyentuh air dalam bak yang masih saja terasa dingin di kulit, menyebabkan tubuhnya menggigil sebelum tersiram sepenuhnya. Berpikir mungkin akan lebih baik jika ia mandi dengan air panas. Menyadari bahwa sudah lama sekali dia tidak pernah melakukan itu. Sebenarnya, dia bisa saja memasak air panas dengan kompor sekedar untuk mandi. Namun ia merasa itu akan terbuang sia sia dan memboroskan gas. Lagipula, mandi air dingin akan membuatnya segar sepanjang hari yang terasa penat.
Setetes air jatuh mengenai punggung telanjangnya menyalurkan rasa dingin yang mengejutkan. Membuatnya melongok keatas, mendapati baju seragamnya tergantung di tempat biasanya ia menggantung pakaian basah.
"Kapan aku mencuci baju?"
Biru menggeleng dan menghiraukan apa yang dilupakan nya. Memilih cepat menyelesaikan mandinya dan bergegas berganti baju. Sweater panjang sepertinya akan cocok untuk hari ini. Dia juga harus keluar untuk berbelanja keperluan cafe, jadi dia tak perlu memakai jaket lagi.
Perutnya berbunyi, lapar. Seperti biasa. Dia hanya akan meminum air hangat untuk pengganjal. Mungkin dia akan mencari sarapan di pasar nanti, atau mungkin tidak makan sama sekali hingga waktu makan siang tiba. Sudah terlalu biasa baginya menahan lapar.
Biru sedang memasukan handphone nya ke dalam tas pinggang kecil saat terdengar suara kenop pintu dibuka . Matanya memandang awas ke arah pintu. Bertanya tanya siapa yang mencoba memasuki kamarnya. Tidak begitu khawatir karena setiap malam ia menguncinya dari dalam.
Apakah ibu kos? Namun, dia tidak menunggak ataupun melakukan kesalahan apapun.
Apakah maling? Semoga bukan. Meski tak memiliki barang begitu berharga, dia Was Was jika si maling membawa benda tajam dan melukainya.
Suara putaran kenop pintu berbunyi kedua kalinya. Biru makin awas, pintu kamarnya memang seringkali macet dan agak susah dibuka. Dia selalu mengeluh akan suara yang ditimbulkan setiap kali ia membuka dan menutup. Dia juga sudah melaporkan nya kepada pemilik kos, namun tidak ada perubahan apa apa. Untuk pertama kalinya merasa bersyukur bahwa pintu kamarnya seperti itu kali ini. Membuatnya sadar bahwa ada yang coba membukanya paksa.
Biru menggaet gagang sapu secepat kilat saat pintu berhasil terbuka. Membelalakkan matanya saat mengetahui sosok yang muncul dari balik pintu.
"Astaga! Kenapa aku melupakan anak itu?!"
Gumam Biru berdecak. Menurunkan gagang sapunya dan bernafas lega.Sementara orang di depannya masih terpaku, bingung dengan pemandangan yang di lihatnya selangkah setelah masuk.
"Kenapa mengayunkan sapu seperti itu? Kau ingin memukul ku?"
Biru merotasikan bola matanya, merasa kesal karena dibuat terkejut oleh Jason.
"Bisa tidak sih kau bersuara saat masuk? Setidaknya mengetuk pintu dulu"
Jason menggaruk tungkaknya yang tidak gatal itu. Tersenyum kaku, merasa sedikit bersalah.
"Maaf. Aku kira kau masih tidur. Aku hanya tidak ingin mengganggu"
Biru mendengus, memandang Jason sekali lagi. Anak itu masih berpakaian yang dipinjamkan olehnya tadi malam. Wajahnya sudah segar dan rambutnya terlihat basah. Seperti nya anak itu sudah mandi. Biru jadi menyadari kenapa ada baju sekolah tergantung dikamar mandi. Itu pasti bukan bajunya, melainkan baju Jason.
Jason berjalan mendekat, membuat bunyi gemerisik yang berasal dari kantong keresek yang dipegangnya dari tadi.
"Aku keluar membeli sarapan"
Ucap Jason sambil mengangkat kantong keresek nya dan tersenyum kaku, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE BLUE
FanfictionSaat kembali bangun, dia harus menghadapi suasana pelik yang penuh kesalahpahaman.