Satu bulan sekolah berjalan, Jason tak benar benar dapat menemui Biru dengan intens. Dia akan sesekali mampir ke Cafe di akhir Minggu. Biru masih sibuk dengan aktifitas nya belajar dan bekerja. Kepala sekolah tak lagi mempermasalahkan itu meski tau Biru tidak mengindahkan perintah nya untuk berhenti bekerja.
Kata Biru, kepala sekolah membiarkan nya karena tak lebih dari lima bulan dia akan lulus dari sana. Kepala sekolah hanya ingin semua nya berjalan lancar hingga hari itu.
Biru masih harus mencari uang untuk biaya masuk kuliahnya yang waktu itu di curi. Masih harus membayar sisa hutang ibu yang masih sisa setengah karena uang asuransi tak lebih cukup untuk melunasi sepenuhnya.
Dia tak mungkin menjual rumah peninggalan nya karena masih ada ayah meski tak pernah pulang. Rumah tersebut juga menjadi saksi bisu kenangan kenangannya di masa lampau walau lebih banyak mengalami kesakitan. setidaknya, dia pernah sangat di sayang saat masih kecil dulu.
2 Minggu yang lalu, Jason menemaninya membuat SIM. Menjadikannya tidak perlu lagi repot repot jalan dan naik bis. Kak Rey menyerahkan motor cafe untuk mempermudah Biru beraktifitas. Sekalian membantu mengantar pesanan pesanan online yang masuk minta diantar.
Jason sedikit kagum saat mengetahui Biru sudah pandai berkendara meski tak pernah terlihat menyetir dalam waktu yang lama. Dia tidak tahu sejak kapan Biru sudah bisa mengendarai motor.
Hari itu terakhir kalinya Jason bertemu Biru. Satu Minggu belakangan, dia hanya beberapa kali melihatnya berjalan di gedung sebelah.
Mendekati ujian akhir, kegiatan belajar cukup padat terutama di kelas 'S'. Jason tidak tahu, kelas lain memiliki jadwal sepadat itu atau tidak. Yang pasti, di kelas S sangat di dorong untuk menghasilkan nilai sempurna di akhir nanti. Untuk mendongkrak jumlah nilai sekolah yang berpengaruh pada peringkat sekolah itu sendiri.
Jason merasakan lelah di akhir pekan karena dia masih harus bolak balik ke rumah sakit untuk bergantian dengan ibu.
Pada Senin pagi ini, Jason baru sadar, dia tak melihat Biru semenjak kamis yang lalu. Biasanya, dia akan melihat Biru keluar dari parkiran setiap pagi saat dia berjalan di koridor menuju kelasnya.
Entah karena Biru yang lebih telat berangkat ataupun terlalu pagi hingga Jason tak melihatnya. Jason akan memastikan sendiri nanti sore, dia akan ke kafe untuk memastikan keadaan nya. Karena, terakhir kali ia lama tak melihat Biru, sesuatu yang buruk terjadi kepada nya. Dia tak ingin itu terulang lagi. Jason sadar, Biru tak mempunyai siapapun lagi disisinya.
Sore itu, Jason agak terlambat pulang karena mengurusi beberapa nilai yang teringgal selama 'Juan' sakit. Guru mapel berkata, sebelumnya Juan pernah izin tidak masuk saat masa penilaian tengah semester karena sakit selama dua hari. Dan selalu mangkir saat diminta untuk memenuhi nilai kosongnya.
Sudah pasti tidak mau, dia akan lebih memilih meminta ibu mengurusinya agar tidak repot repot melakukan tes sendiri. Ibu akan melakukan apapun untuk anak kesayangan nya itu.
Pikir Jason.Sore itu area sekolah sudah sangat sepi, ditambah awan mendung yang bergulung membuat hari lebih gelap dari seharusnya.
Saat tiba diparkiran, hanya ada beberapa mobil yang masih tertinggal. Kemungkinan kepunyaan bapak ibu guru yang masih belum pulang. Dia tidak yakin bahwa masih ada siswa yang belum pulang sekarang, melihat tidak ada lagi kendaraan milik anak anak yang biasa ia lihat.Jason memasang helm dengan cepat setelah menaiki motornya yang terparkir. Melihat siluet mencurigakan lewat kaca spionnya didepan. Seseorang berseragam sama dengannya -tapi menggunakan topeng berjalan menghampiri nya dari belakang diam diam. Sebagai mantan atlet MMA, dia selalu bisa waspada terhadap hal hal seperti ini. Tingkat kecekatan nya mungkin lebih tinggi dari siswa manapun. Dia sudah terlatih menangkis gerakan meski datang tiba-tiba.
Namun di hari itu, keadaan sedang tidak berpihak padanya. Jason kalah cepat dengan orang itu yang dengan sigap menyuntikkan sesuatu ke lehernya. Ia kesulitan bergerak sebelum tak sadarkan diri dan jatuh tetap dihadapan sepatu milik orang tersebut.
Jason bangun karena rasa sakit yang mendera nya dari arah kepala dan perut. Dinding dinding kumuh adalah hal pertama yang ia lihat saat membuka mata. Ruangan tersebut cukup gelap karena tak memiliki jendela dimanapun. Cahayanya hanya bergantung pada bohlam lampu di tengah atap yang juga sudah mulai redup.
Tapi, meskipun gelap, ia dapat melihat tubuh seseorang yang tergeletak di lantai tak jauh dari tempatnya terkapar. Tak terlihat jelas wajah milik siapa disana karena minimnya pencahayaan. Tubuhnya menegang tak nyaman. Jika yang di hadapi nya adalah penjahat bergerombol apalagi bersenjata, dia sudah pasti akan kalah jika melawan. Dia akan berusaha semampunya sembari berpikir cara melarikan diri dari sana.
"Sudah melihat lihatnya? " Suara orang lain menggema mengalihkan perhatian Jason. Baru menyadari bahwa seseorang mengawasinya sedari tadi.
Jason memandang sosok itu, mengenakan topeng yang sama dengan sosok di parkiran. Hanya saja, sekarang dia menggunakan pakaian serba hitam. Jason masih dapat melihat ujung rambut berwarna blonde terang dibalik tudung Hoodie nya yang terpasang.
Pernahkah dia melihatnya di suatu tempat?
Orang itu memiliki suara ringan meskipun terkesan lebih berat, menunjukan bahwa usianya pasti tak jauh dari Jason.
Jason juga dapat merasakan bibir orang itu yang tersenyum remeh dibalik topeng di wajahnya.Tubuhnya masih susah bergerak, sepertinya dia telah dipukuli bertubi tubi dengan keras saat tidak sadar. Untungnya, dia tidak di ikat. Dia hanya perlu bangkit disaat waktu yang tepat untuk membalasnya. Tubuhnya terlampau biasa menerima pukulan pukulan keras dari lawan. Seharusnya, ini tak menjadi masalah lagi baginya.
Jason hanya perlu memastikan berapa orang yang akan di lawannya dan senjata apa yang kemungkinan akan lawannya gunakan.
Matanya mengamati kesegala arah ruangan. Tidak menemukan siapapun lagi selain mereka bertiga. Orang bertopeng itu bekerja sendiri di ruangan ini. Tidak tahu jika diluar mungkin saja ada komplotan nya yang lain.
Jason juga masih belum tahu apa yang terjadi dengan sosok yang tergolek di lantai, apakah dia korban sepertinya, atau salah satu teman persekongkolan nya.
"Apakah kau mengabaikanku? Apa yang kau cari? Tidak ada yang akan membantumu. Temanmu yang bodoh itu sudah mati disana"
Sosok bertopeng itu kembali berbicara sambil menunjuk ke arah tubuh yang tergolek.
Teman? Siapa teman yang di maksud? Temannya ? Atau teman Juan? Teman yang mana?
Jason bergerak panik saat tidak ada nama lain yang muncul di benak nya selain Biru. Anak itu tidak muncul selama dua hari lebih, ia sangat khawatir.
Sembari memegangi perutnya yang terasa perih, ia menyered tubuhnya lebih dekat ke arah orang yang tergeletak. Membalikkan wajahnya agar melihat lebih jelas siapa gerangan sosok tersebut. Tidak tahu harus merasakan lega atau terkejut saat melihat rupa wajah orang itu.
Maxime?
"Kau terkejut? Tak ada yang membantu mu sekarang?"
Jason tak benar benar mengindahkan perkataan pria bertopeng, masih dengan perasaan leganya saat mendapati itu bukan Biru bercampur bingung apa yang terjadi dengan Maxime?
Apa yang membuat nya terhubung dengan Maxime?
Apa yang telah dilakukan Juan sebelumnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE BLUE
ФанфикSaat kembali bangun, dia harus menghadapi suasana pelik yang penuh kesalahpahaman.