Biru

289 16 0
                                    

Saat jam pelajaran pertama berakhir, Jason masih memegangi tissue untuk menghalangi darah yang keluar dari hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat jam pelajaran pertama berakhir, Jason masih memegangi tissue untuk menghalangi darah yang keluar dari hidungnya. Si rambut coklat memukul keras wajahnya sebelum di lumpuhkan Jason lewat pukulan pada tengkuk. Jason tidak mempersiapkan diri akan dipukul sekeras itu pada wajahnya. Meski sekarang sudah tidak keluar banyak, hidungnya masih terasa sedikit perih. Mungkin ada luka lecet di sekitar dinding hidungnya. 

 Saat si rambut coklat pingsan dan di bawa ke ruang kesehatan, beberapa anak menawarinya untuk mengobati nya juga. Namun dia tolak karena merasa ini adalah hal yang biasa ia alami saat latihan tinju. Jason hanya berharap tidak memukul anak laki laki itu terlalu keras karena kabarnya, dia masih tak sadarkan diri hingga sekarang. 

Mungkin dia harus memeriksa nya nanti saat jam istirahat tiba. 

Dua siswa perempuan yang duduk di depannya berbalik menghadapnya, ikut meringis saat melihat Jason menyeka darahnya kembali, mengganti tissue dengan yang bersih. Dua perempuan itu juga lah yang menawarinya untuk diobati pagi tadi. Sepertinya, mereka cukup dekat dengan Juan karena hanya mereka yang berani menghampiri nya sejak ia masuk ke kelas. 

Anak laki laki yang duduk di ujung  - anak yang berkelahi tadi pagi- juga menghampiri nya. Menyeret bangku milik laki laki berkacamata yang duduk disebelahnya secara paksa. Membuat nya pindah secara tidak suka rela ke bangku di belakang. Jason melirik tidak suka, namun tidak mengatakan apa apa karena dia sendiri tidak mengetahui orang itu dengan pasti. 

"Apa kau benar baik baik saja? " anak laki laki berambut hitam legam dan bertindik satu disamping nya bertanya. Maxime namanya, Jason sempat melihat nametag dibajunya.  meski terdengar peduli, Max tetap membuat nya sedikit muak setelah menyaksikan seperti apa kelakuannya yang semena mena itu.

"Yaa, aku baik baik saja" Jawab Jason. 

"Bagaimana mungkin kau baik baik saja? Dia membuat mu mimisan seperti itu setelah kau baru sembuh dan sempat koma yang disebabkan oleh nya juga? Dia pantas mendapatkan pukulan keras olehmu, bukankah akan lebih baik jika dia tidak bangun lagi"

Chloe, Perempuan berambut pirang bergelombang didepannya dengan lipstik merah tebal mencebik saat dipukul ringan teman disamping nya sembari memperingati nya untuk tidak sembarangan berbicara. Sungguh, apakah sekolah ini mengijinkan anak anak memakai makeup setebal itu disekolah? Mereka juga membolehkan anak anak menge cat rambut mereka selain hutam? 

Jason menggeleng pelan, dengan tangan kanannya yang masih memegangi tissue, pandangan nya berpindah ke arah perempuan satunya yang berambut pendek sebahu, dengan wajah yang terlihat lebih lembut. Tidak menemukan namanya, dia tidak memasang nametag nya. 

"Apa yang kau cari? "

Jason tersentak, apakah dia memeriksa terlalu lama? 

"Tidak ada" 

"Tunggu, apakah kecelakaan yang lalu merubah cara bicaramu? Oh! Kau pasti mencari namaku kan tadi? Apa kau juga mengalami amnesia? Aku mendengar rumor tentang kau yang kehilangan ingatanmu, aku pikir itu tidak benar" Si rambut pendek mencecar pertanyaan, Jason tak menyangka dia akan secepat itu menyadari ada yang berubah.

"Jangan bicara sembarangan! " Max menimpal. Namun, secara bersamaan ketiganya menatap Jason menunggu jawaban. Bukan hanya ketiga anak itu, seluruh anak kelas yang mendengar pembicaraan mereka diam diam ikut memperhatikan. Mereka sepertinya turut penasaran kepada Jason. 

"Ya, bisa dibilang seperti itu" jawab Jason, tidak memiliki jawaban lain juga yang masuk akal. 

Max dan Chloe melongo terkejut, tidak menyangka Jason telah kehilangan ingatannya. 

"Maksudmu, setelah anak itu membuatmu terluka parah, lalu koma dia juga membuatmu hilang ingatan juga? Aku tidak mengerti kenapa ibumu melepaskan nya begitu saja, dia pantas mendapat pelajaran! "

Perempuan yang tidak diketahui namanya itu berbicara semakin menggebu. Jason lelah sekali mendengar suara cempreng nya, dia kira anak itu lebih baik daripada chloe, namun rupanya sama saja. 

"Siapa? " tanya Jason. 

"Aku? Yena! " 

Jason bahkan tidak peduli dia punya nama atau tidak. 

"Bukan. Anak itu" 

"Biru maksudmu? Anak yang berkelahi dengan ku dan yang memukul mu tadi pagi" kali ini Maxime yang menjawab. 

"Dan juga yang membuatmu koma satu minggu yang lalu. Kau juga melupakan itu?" lanjut Yena.

Ah, Biru namanya. Biasanya, biru menggambarkan ketenangan bukan? Tapi anak itu seperti suka sekali berkelahi dan jauh dari kata damai. 

Namun, jika dilihat dari wajahnya, Biru sangat cocok untuknya? 

Menarik. Akan lebih menarik jika dia cepat mengetahui bagaimana hubungannya dengan Juan. 

"Apakah kau juga melupakan tentang kita adalah teman baikmu? " Yena masih saja mengoceh menanyakan Jason berbagai macam pertanyaan. 

"Kalian bahkan tidak menjenguk ku dirumah sakit" 

Jason merasakan tiga orang tersebut saling pandang, menyembunyikan raut keterkejutan sebisa mungkin. 

"Eyy, kata ibumu kau mengalami koma dan tidak bisa sembarangan orang menjenguk. Kita bahkan terkejut saat kau tiba-tiba sudah sehat dan berangkat ke sekolah" 

Terserah apa kata mereka, untuk kali ini Jason sangat malas untuk sekedar meladeni.

Kepalanya masih pening kerena hidungnya masih terasa perih. Dia sedikit menyesal tidak pergi ke ruang kesehatan tadi pagi.  

Mungkin di waktu yang akan datang Jason butuh mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi. Pastinya, dia tidak akan seratus persen percaya. 

Terutama anak laki laki bernama Maxime itu. Jason melihat lewat ekor matanya, dia -maxime- menyungging remeh saat Jason menyatakan hilang ingatan. Jason tidak tau dia berinisiatif seperti itu atau memang menjadi kebiasaannya. Semua orang harus di waspadai, siapapun itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OVER THE BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang