Dua Minggu sehabis menyerahkan handphone Juan kepada kakak sepupu nya, akhirnya handphone itu kembali ke tangan Jason. Dengan keadaan telah bebas dari kunci sandi.
Sore hari itu, saat Jason masih memikirkan kejadian di Cafe tempat Biru bekerja, Kak Arga -kakak sepupunya, menelepon dengan tidak sabaran. Mengatakan bahwa dia harus cepat mengambil handphone nya sendiri ke rumah.
Menemukan tatapan penuh curiga kak Arga saat seperempat jam kemudian Jason sudah sampai di rumahnya.
"Kau tidak akan berbuat macam-macam bukan?"
Arga bertanya sekian kali lagi kepada Jason yang baru saja menerima uluran Handphone.
"Kau pikir aku bisa melakukan apa?"
Arga menghela nafas dan kemudian membuangnya. Menepis segala pikiran negatif yang masih menyertai semenjak pertama kali menemukan Juan hampir sekarat.
"Aku tidak membuka ataupun membaca apapun dari sana, kau tidak usah khawatir. Tapi, apapun keperluan mu, tetaplah berhati-hati dalam bertindak. Jangan sampai kau menjadi Juan ke dua"
"Okey" Jawab Jason singkat. Menepuk pundak sepupunya yang masih terlihat tegang.
"Hey, kau tenanglah! Aku tidak seperti Juan yang sering mencari masalah"
"Yaaa, kalian berdua memang sangat berbeda. Tetapi kaulah yang lebih nekad dari pada dia. Apapun diluar perkiraan, kau bisa saja tiba-tiba melakukan "
Jason hanya tersenyum, kemudian berpamitan setelah berulang kali meyakinkan kepada Arga bahwa dia tidak perlu khawatir.
Menyenderkan punggungnya dengan nyaman pada headboard, Jason mulai membuka handphone ber wallpaper beruang kartun tersebut.
Notifikasi chat misterius dari nomor dengan foto profil yang dicurigainya sebagai Biru, kini sudah lenyap. Mungkinkah Kak Arga tak sengaja menghapus pop up chat nya?
Jason masih sangat ingat saat pertama kali bertemu di parkiran, garis wajah Biru memang serasa tidak asing. Meski foto dalam profil itu memperlihatkan dari arah samping dan dengan resolusi kecil, pikirannya langsung menghubungkannya dengan pria yang baru ditemui nya itu.
Jason seringkali memperhatikan postur wajah anak anak dikelas maupun sekitaran sekolah secara diam-diam. Saat di perpustakaan, kantin maupun saat berjalan sepanjang koridor. Mencari yang paling mirip dengan foto itu. Kecurigaan nya bertambah semakin lama ia memandang Biru. Ia hanya harus menunggu ponsel Juan berhasil dibuka, untuk dapat melihat dengan jelas foto pada pesan yang mencurigakan itu.
Entah kenapa, perasaan nya tidak menentu saat ia berhasil membuka ponsel dan menemukan aplikasi pesan dengan titik merah bertuliskan 1 pada tepian logo. Ada satu pesan yang belum di baca.
Sebelum membuka pesannya, Jason lebih dulu menelusuri profil si pemberi pesan. Tidak ada apapun kecuali nomor dan foto profil yang sudah ia duga sebagai Biru. Kemudian, kembali untuk membuka baris chat yang terasa mengganggu nya sejak pertama kali ditemukan itu.
Awalnya, dia tersenyum konyol melihat profil yang dipasang Juan, foto beruang yang sedang cemberut. Tidak bisakah dia memilih gambar yang lebih lucu lagi?
Namun kemudian, perasaan nya mendidih ketika membaca pesan pesan terakhir antara Juan dan Biru. Kekesalannya bertambah ketika tidak menemukan chat chat sebelumnya, semua pesan sudah di hapus.
Jason merasakan emosinya tiba-tiba meninggi, ini tak akan baik baik dirinya sendiri maupun orang sekitar. Jadi, dia memutuskan menutup handphone Juan meski masih ingin membaca pesan lain selain dengan Biru. Saat ini, ia perlu menenangkan dirinya terlebih dahulu.
Menyambar kontak motor di mejanya, ia memutuskan keluar sebentar agar kembali stabil.
Cara ini telah dilaluinya seringkali untuk meredakan perasaan nya yang membuncah. Ia akan berkeliling dengan motornya sampai perasaan itu hilang. Kadangkali, jika jalur yang dilalui nya sepi dan tidak memiliki tanda-tanda kehidupan orang, ia kan melajukan dengan kecepatan tinggi.
Satu satunya yang dapat mengalahkan emosinya adalah rasa adrenalin yang meningkat. Dia akan lebih fokus dan melupakan perasaannya saat itu. Sama halnya saat dia fokus belajar, melakukan itu sangat ampuh meredakan hatinya.
Jason berhenti karena lampu merah di pertigaan halte tak jauh dari rumahnya, harus melihat sosok yang ia kenali baru saja keluar dari kamar mandi umum kemudian berjalan berbelok ke arah sebaliknya.
Biru.
Anak itu sudah berganti pakaian santai. Jason bisa menjamin kalau anak itu bahkan belum pulang ke rumahnya.
Kemana dia akan pergi?
Tanpa sadar Jason sudah mengikuti nya, menemukan dia masuk disebuah cafe cantik di salah satu ujung gang.
Jason tak langsung masuk, memilih berdiri tak jauh untuk mengawasi gerak gerik biru lewat dinding kaca transparan cafe yang membuatnya dapat melihat apa yang terjadi didalam.
Setengah jam kemudian, kejadian tak mengenakan itu terjadi.
Sore itu, sadar atau tidak dia telah membentak Biru. Mengatakan hal yang mungkin menyakiti nya meski Jason belum seratus persen yakin dengan apa yang terjadi.
Mungkin dia salah, namun di hari hari kemudian, dia lebih memilih mengabaikannya. Sampai tiga Minggu berlalu pun dia belum meminta maaf atau dia tidak perlu minta maaf?
Dia sedikit takut jika akan bertindak lebih jauh lagi saat mendekati Biru. Secara kebetulan , sekolah mengumumkan pelaksanaan penilaian semester ganjil.
Jason senang, dia hanya perlu fokus belajar agar tenang. Entah membutuhkan berapa waktu untuk itu, suatu saat, dia akan mendekati Biru lagi. Mencari tahu lagi apa yang sebenarnya terjadi.
Dan memiliki keberanian lagi membuka pesan lain yang bisa membawanya petunjuk besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE BLUE
FanfictionSaat kembali bangun, dia harus menghadapi suasana pelik yang penuh kesalahpahaman.