Bagian 14

1.7K 46 0
                                    

***

Mobil yang dikendarai Arga dan Rhea baru saja memasuki pagar dan terparkir di halaman teras depan.

Tiga hari sudah kepergian ayahnya. Terhitung sejak itu pula Rhea memutuskan untuk menginap di kediaman orang tuanya. Sementara kedua mertua serta Adik iparnya telah pulang lebih dulu, sehari sebelumnya. Jika kalian bertanya apakah selama menginap Rhea dan pria itu sekamar, jawabannya tidak.

Rhea memilih tidur bersama ibunya. Alasannya klasik, Rhea merindukan kedekatan bersama ibunya, sehingga dia ingin menghabiskan waktu beberapa hari ini dengannya. Ratna pun percaya-percaya saja tanpa ada sedikitpun rasa curiga.

Sedang Arga harus tidur dikamar Rhea, meski wanita itu sempat mewanti-wanti agar tidak menyentuh barang-barang pribadi miliknya. Mau tak mau Arga menyetujui saja.

Dan kini mereka sudah kembali lagi ke rumah. Rhea berjalan kearah kamar seraya menarik koper miliknya disusul Arga yang juga membawa barang bawaannya masuk.

Arga mendudukkan diri di sofa. Sepasang netra legamnya mengamati Rhea yang terus melangkah dengan raut wajah sendu, hingga beberapa saat kemudian menghilang dari balik pintu kamarnya.

Sepanjang perjalanan pulang tadi hingga tiba di kediamannya, Arga menyadari perubahan sikap dari wanita tersebut. Dia lebih banyak diam dan murung, tatapannya pun tampak kosong. Duka teramat dalam yang masih dirasakan menjadikan Rhea berlaku seperti itu .

Arga menganggapnya sebagai sesuatu hal yang wajar, dia pun bisa memahami apa yang dirasakan Rhea saat ini. Namun dia juga tidak ingin jika Rhea terus-menerus tenggelam dalam kesedihannya. Bukankah memang tidak harusnya sampai berlarut-larut begini.

Atau mungkin saja karena dia sudah terbiasa dengan kebawelan wanita itu? Entahlah .


"Permisi!"

Seruan pelan dari luar, mengalihkan perhatian Arga yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Saat sudah berada di teras depan rumahnya, dia mendapati seorang pria dengan seragam berwarna merah serta topi berwarna senada, tengah berdiri seraya membawa sebuah barang.

"Selamat siang mas! Saya mau mengantarkan ini buat mba Rhea,"

Sahut pria berusia sekitar dua puluh lima tahunan dengan ramah, lalu menyodorkan bingkisan berbentuk kotak yang masih terbungkus plastik.

Arga yang sempat bingung, mengerutkan dahinya,"dari siapa?" Tanyanya kemudian.

"Kalau itu saya kurang tahu juga mas, tapi sepertinya sih dari seseorang spesial."

Mendengar penjelasan si kurir, Arga mendadak penasaran. Dia meraih box berukuran sedang, terhias cantik dengan pita merah ditengahnya. Saat mendapati kertas kecil terselip disebelahnya, Arga lantas membaca kalimat yang terangkai pada lembaran kertas.

"Aku ingin melewati semua bersamamu, menjelajahi isi dunia, merangkai banyak kisah, Mengukir segala kenangan yang indah. Semua itu hanya berdua denganmu. Namun sepertinya hari-hariku harus dimulai dan berakhir tanpa dirimu. Dan aku benci itu, sebab Kamu telah membawa kunci ke dalam hatiku dan sama sekali tak akan perna ada orang lain yang bisa membukanya."

Arga tidak tahu, siapa yang telah mengirimkan bingkisan romantis lengkap dengan kata-kata sepuitis ini. Dia pikir pria manapun tidak akan semudah itu melabuhkan hati pada wanita sepertinya namun ternyata dugaannya salah.

𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲  [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang