Bab 3

1.2K 178 44
                                    

Bersama bertahun-tahun, tapi mengasingkan diri ketika bersama. Oki merasa, mungkin itu ungkapan paling tepat untuk menggambarkan keadaannya dengan Oka saat ini.

Hampir setiap hari seperti ini. Ketika Rusmini sudah pulang, maka ia yang mengerjakan seluruh tugas rumah tangga. Oka yang berinisiatif menyuruh Rusmini pulang setiap jam lima.

"Nggak enak Maghrib-Maghrib sama istri orang. Aku yang nggak enak sama Cak Dar, ya walau Cak Dar juga nggak pa-pa. Jadi jam 5 Buk Rus harus udah pulang. Jadi usahain kamu jam enam udah sampe rumah."

Oki mengingat keputusan Oka kala itu. Seingatnya waktu itu Zayyan sudah enam bulan lebih. Jadi setiap hari, ia akan berusaha sampai rumah di sekitar jam enam. Kebetulan ia sendiri juga tidak suka berlama-lama di kantor. Apalagi operasional hanya begitu-begitu saja. Jarang sekali ada lembur. Kalaupun ada lembur dan meeting, ia bisa mengondisikannya dengan Oka.

Di rumah ini Rusmini memang lebih difungsikan untuk mengurus segala keperluan Zayyan seperti menyiapkan makan, membantu memandikan, mencuci, menata lemari pakaian Zayyan, membantu mengecek PR, dan segala hal yang berhubungan dengan Zayyan.

Akan tetapi, Rusmini turut membersihkan rumah ini tanpa diminta. Seperti menyapu dan mengepel lantai, menjemurkan pakaian di keranjang cucian, membuangkan sampah dan membersihkan kamar mandi. Biasanya Rusmini melakukan semua pekerjaan itu sebelum Zayyan pulang sekolah atau saat Zayyan sedang tidur siang. Padahal, ia selalu melarang. Tapi Rusmini memang rajin dan tidak bisa diam. Rusmini juga tidak suka nonton TV. Hobi Rusmini memang bersih-bersih rumah.

Oki memasukkan potongan tahu ke dalam kuah sup-nya. Sejenak ia melirik Zayyan yang sedang menggambar di meja makan.

Jika hanya memasak, ia bisa melakukannya sendiri. Sejak awal menikah dengan Oka, ia sudah terbiasa mengatur waktu seperti ini. Masak juga hanya menu yang praktis saja. Di kulkas selalu tersedia stok frozen food dan ayam ungkep. Jadi jika ia lelah, ia tingga menggoreng saja. Sejauh ini, ia dan Oka sepakat tidak perlu menambah ART karena memang belum perlu. Memang ia harus repot sedikit ketika pulang kerja, tapi itu tidak masalah. Jika tidak sempat memasak, mereka akan membeli makanan. Biayanya jauh lebih murah daripada menambah ART.

"Assalamualaikum.." Terdengar suara Oka yang sedang mengajari Romeo kosa kata baru di teras depan rumah. "Assalamualaikum..."

Sejenak Oki melirik gemas. Daripada mengajari burung beo, kenapa tidak mengajari Zayyan saja? Dibanding dirinya, Oka lebih punya waktu.

"Mama aku mau pup." Zayyan menatap wajahnya.

Oki mematikan kompor dan segera mengantar Zayyan ke toilet. Anaknya itu memang belum bisa naik sendiri ke atas kloset. Selesai mendudukkan Zayyan ke atas kloset, Oki kembali membumbui tempe di meja dapur.

"Romeo bilang, Assalamualaikum..." Suara Oka kembali terdengar.

"Cewek!"

"Bukan, Romeo. Kok kamu bisanya cuma bilang cewek sih?"

Oki mendengarkan sambil menatap tempe-tempenya. Memangnya itu beo bisa ngomong yang lain?

"Mama sudaaaaah..." Terdengar gema suara Zayyan dari kamar mandi, tepat ketika Oka membuka pintu dan masuk lagi ke dalam rumah.

Oki sengaja diam demi menguji reaksi Oka yang selalu sama. Namun entah mengapa ia selalu mengulangi hal seperti ini lagi dan lagi.

"Mama sudaaaahhh...." Suara Zayyan menggema lagi.

Ia berlagak tidak dengar dan sibuk dengan tempenya. Diam-diam melirik Oka yang juga sepertinya berlagak kehilangan telinga tapi tidak perlu pura-pura sibuk sepertinya.

TULANG RUSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang