Bab 9

894 127 26
                                    

"Jujur, itu juga salah satu faktor yang bikin aku batalin rencana nikah Mbak. Reno bolehin aku kerja, asal aku bisa bagi waktu buat keluarga. Mumpung belum ada lamaran, mumpung belum dua keluarga belum ketemu, aku akhiri aja. Secinta-cintanya aku sama dia, aku lebih cinta diri aku sendiri."

Malam itu ia kembali mendengar curhatan Lely via panggilan video, mumpung Oka sedang nongkrong di gazebo. Ia melihat Lely yang sudah berada di kamar kos dan masih mengenakan seragam kerjanya.

"Maaf ya Mbak, tapi denger cerita Mbak... terus liat gimana capeknya Mbak yang jadi punya beban ganda, udah kerja di kantor eh di rumah masih ngerjain pekerjaan rumah, aku udah capek duluan Mbak. Lagian kenapa dia yang nentuin aku boleh kerja apa nggak? Emang dia yang bayarin sekolahku? Emang dia yang ngurus aku dari kecil? Terus kalo aku nggak kerja, dia juga nggak sanggup tuh cover semua kebutuhanku kayak buat langganan netflix, nge-gym, nyalon, ke klinik, jalan-jalan, makan enak, dan lain-lain."

Oki tersenyum saat Lely menyuap kembali bakminya. Dalam hati merasa tertampar kenyataan. Tapi ia senang adiknya berpikir lebih kritis sehingga tidak perlu mengulangi penyesalannya.

"Maaf ya Mbak. Buat apa aku nikah kalo cuma buat nurunin standar hidup? Buat apa aku nikah kalo cuma buat ngenakin laki-laki, tapi aku jadi kesusahan sendiri? Mending aku nggak usah nikah. Tujuan aku selama ini cepet lulus kuliah, hunting kerjaan, terus rajin kerja, ya buat ngenakin hidup aku sendiri. Terus ujug-ujug diajak nikah... eh dapetnya cuma dia? Bener-bener cuma dia?" Lely membelalakkan kedua mata sambil berlagak heran yang membuat senyuman Oki mengembang getir.

"Emang burungnya laki-laki seenak itu kah Mbak?"

Tawanya menyembur.

"Heaven banget gitu? Beneran aku nggak tahu. Aku masih virgin Mbak." Lely yang tahun ini berusia tiga puluh mengangguk bangga.

Oki semakin tergelak meski menekan malu. Nyatanya, dulu hal itu menjadi salah satu faktor yang membuat ia dan Oka memutuskan buru-buru menikah.

Maksud Oki, aktivitas mereka.

Saat itu, ia sedang kasmaran dan terbuai. Dalam angannya pernikahan hanya diisi dengan hal-hal indah bersama Oka, sekaligus yang saru-saru.

Dulu Oka hampir selalu mengajak berkencan di rumah ini, yang masih kosong melompong. Tetangga di sini juga tidak saling mengurusi satu sama lain. Saat berdua-duaan mereka tergoda melakukan hal-hal yang sebenarnya belum boleh mereka lakukan. Oki bahkan masih ingat bagaimana perasaannya saat melihat milik Oka untuk pertama kalinya.

Malu-malu, tapi rasa penasarannya tuntas terbayar. Kagumnya semakin bertambah dan hasratnya kian menggelora. Lalu si jejaka membiarkan si perawan yang penasaran melakukan yang lebih jauh.

Ia bahkan masih ingat bagaimana ekspresi Oka saat itu. Racauan kacau Oka menyeret bangganya karena menjadi yang pertama. Kini andai bisa memutar waktu, ia ingin putar balik sejauh-jauhnya.

Dasar gede!

Eh... burung!"

Oki masih malu jika mengingat bagaimana ia dulu.

Sungguh Lely tidak tahu sebodoh apa ia dulu. Oka bahkan tidak perlu berusaha lebih niat untuk melamarnya. Entah kenapa dulu ia tidak berpikir panjang. Oki jadi malu sendiri jika mengingat kelakuannya dulu. Memang Oka saat itu luar biasa menggoda dan sedang ganteng-gantengnya. Tapi, kenapa dulu ia sangat tidak bisa menahan diri? Kenapa ia tidak punya harga diri? Mau-mau saja diajak berkencan di rumah kosong lalu berasyik masyuk dengan jejaka yang penasaran.

Dulu di rumah ini, mereka saling memberikan kesenangan. Saat itu mereka berpikir, pasti lebih enak jika mereka cepat menikah agar bisa lebih bebas dan tidak khawatir kebablasan. Lalu mereka memutuskan cepat-cepat menikah.

TULANG RUSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang