Mas, aku pingin cerai....
Semalam, kalimat itu hanya sampai di kepalanya. Tidak pernah benar-benar keluar dari bibirnya. Entah mengapa, Oki juga tidak tahu.
Semalam, ia tidak memasak dan membeli nasi goreng. Seperti biasa, ia menyediakan satu bungkus untuk Oka di meja makan. Sepertinya Oka lapar, sehingga langsung membawa nasi goreng itu ke ruang tamu dan makan sendirian di sofa. Sementara ia dan Zayyan makan berdua di meja makan.
"Yho Papa nggak makan cini?" Zayyan menatap keheranan.
"Papa pingin di sana," jawabnya sambil menyuapi.
Oki sungguh dapat merasakan energi itu, jika Oka masih marah dan menaruh benci padanya. Tidak mau melihat, tidak mau bicara, dan interaksi terbangun seperlunya. Tapi ia tetap melayani kebutuhan Oka, meski selalu mendapat sikap yang tidak seharusnya.
Oka hanya ingin melihat ia melayani di rumah, tapi tidak pernah merasa perlu memperbaiki hubungan. Oki sudah lelah jika lagi-lagi hanya dirinya yang berusaha memperbaiki hubungan. Sikap diam Oka adalah petunjuk jelas jika suaminya itu memang tidak ingin hubungan mereka membaik. Oka hanya mau begini saja. Oka tidak mau diganggu dan betah tidak berbicara satu sama lain.
Lalu mengapa ia memaksakan diri untuk bertahan?
Maaf Zayyan. Setelah makan dan membersihkan meja makan, ia mendekati Oka sambil membawa penyesalannya. Sungguh menyesal, karena ia tidak kuat lagi, tidak sanggup lagi, dan hanya ingin menyerah.
Ia akan merelakan pernikahan ini dan mungkin menjadi penyebab keluarga kecil Zayyan tidak lagi utuh. Ironisnya, hanya ia yang membawa perasaan bersalah ini. Sementara Oka? Sepertinya Oka santai-santai saja. Tetap merasa tidak bersalah meski sengaja mendiamkannya dalam waktu lama. Pasti demi membuat mentalnya hancur.
"Mas..." Ia duduk di ujung sofa. Merasa kaku sekaligus berjarak.
Mata elang Oka menemukannya, belum-belum sudah menyayat perasaannya. Ia tidak menangkap kesan selain sorot dingin dan benci.
"Mas aku mau ngomong sesuatu...." Oki ingat suaranya sedikit bergetar. Jemarinya saling bertaut ketika aliran dingin merambat dari kaki. Ia melihat Oka menaruh perhatian penuh, siap mendengar. Tapi permintaan yang sudah ia susun, ingin ia katakan, seketika berguguran. "Kenapa kemarin nggak makan cuminya?" Ia malah menanyakan hal yang tidak penting.
Entah ke mana nyalinya pergi. Tapi bayangan Oka tantrum dan ribut-ribut membuat ia merubah rencananya dengan cepat. Bagaimana jika Oka murka dan mengusirnya dari rumah? Oki bukannya takut jadi gelandangan, toh ia bisa menginap di hotel. Tapi bagaimana jika Oka menahan Zayyan? Ia tidak bisa pergi tanpa Zayyan.
"Lupa," jawab Oka dengan enteng.
"Aku... aku bawa ke kantor, daripada mubazir nggak dimakan...."
"Hmm..." Oka hanya mengangguk. "Kemarin aku sempet cobain.. rasanya kurang.."
"Hah?" Serta merta ia mengerutkan dahi. "Enak kok. Aku cobain enak kayak biasanya...." Oki yakin rasa cumi-cuminya sudah enak seperti biasanya. Lagi pula, Bisma juga berkata jika rasa cumi-cuminya enak.
"Di lidah aku rasanya kurang...." Oka mengangkat kedua alis, seolah menegaskan rasa cumi yang tidak enak.
Masih dalam perjalanan, dan ia malah memikirkan soal rumah tangganya padahal sebentar lagi harus mengisi presentasi di The Arca Hotel & Resort. Acara dimulai jam sepuluh, Pak Rudi dan Bu Rora selaku pemilik, sudah mengumpulkan seluruh staf fungsional untuk mengikuti presentasi.
Setelah itu ia akan memantau sebentar booth open table yang terbuka untuk umum. Ia mendapat laporan Bisma dan tim sudah lebih dulu stand by di sana. Kebetulan di The Arca Hotel & Resort sedang berlangsung pameran wedding & jewelry selama satu minggu. Bank EYZ menjadi satu-satunya sponsor dan mereka memanfaatkan moment ini untuk menggaet lebih banyak nasabah sekaligus meningkatkan penjualan produk-produk perbankan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULANG RUSUK
RomanceSelama ini Oka mengira pernikahannya sempurna dan baik-baik saja sampai ia mengetahui istrinya diam-diam mengagumi lelaki lain dan mengunggah semua kejelekannya. Istrinya bercerita melalui akun samaran, jika telah kehilangan rasa cinta dan hanya ber...